Prolog

8 2 0
                                    

_____

"Senja kok sudah bangun sayang"

Wanita muda itu menghampiri anaknya. Gadis lucu yang mengenakan piyama bergambar kartun doraemon disertai rambutnya yang tampak acak-acakan.

"Senja ingin melihat fajar" Jawab gadis itu dengan semangat.

Ranti mencium kening Senja, mengusap lembut surai gadis kecilnya dengan sayang. "Tapi ini masih pagi sayang" Ucapnya.

Gadis kecil yang usianya baru genap lima tahun itu melirik jam yang menggantung di dinding kamarnya. Jam itu menunjukan pukul lima tiga puluh lima menit.

"Senja tahu, justru kalau sudah siang Senja tidak bisa melihat fajar"

Ibu satu anak itu menautkan kedua alisnya. "Senja kan masih bisa bertemu Fajar di sekolah nak. Lagi pula Fajar juga pasti belum bangun kalau sekarang"

Senja mengerucutkan bibirnya, menatap sang ibu dengan tatapan kesal yang justru malah terlihat lucu di mata Ranti. "Ish bunda, Senja itu ingin melihat fajar di langit, bukan Fajar teman Senja" Ucapnya.

Setelah mengerti akan maksud sang anak, Ranti pun tertawa. Ia tak menyangka jika fajar yang gadisnya itu maksud bukanlah Fajar yang menjadi teman dekat sang gadis di sekolahnya.

"Ya sudah ayo kita lihat Fajar sama-sama" Ajak Ranti, membawa anak gadisnya keluar menikmati fajar yang ingin Senja lihat.

Langit berwarna jingga, suara burung berkicau yang saling bersahutan disertai udara sejuk yang menyelimuti membuat gadis lucu yang masih mengenakan piyama itu menutup matanya sejenak, merasakan nikmatnya keindahan fajar yang sedang ia nikmati sekarang ini.

"Senja suka fajar" Lirihnya yang masih bisa didengar oleh telinga sang ibu.

Ranti tersenyum kemudian memeluk Senja memberi kehangatan pada tubuh gadis kecil itu.

***

Goresan warna jingga pada cakrawala mambuat seorang anak laki-laki tak henti menatapnya dengan terpukau.

Anak laki-laki itu terpukau melihat betapa cantiknya langit saat ini. Waktu di mana sang raja siang dan sang raja malam bergantian untuk bertugas. Ia menyukai waktu itu, waktu yang sering orang sebut sebagai senja.

"Fajar ayo masuk sayang, main di luarnya sudah ya"

Iren menghampiri anak laki-lakinya yang tengah berdiri mematung sambil menatap langit. "Fajar liat apa hm?" Tanya nya.

"Senja" Jawab anak itu tanpa berniat untuk menatap wajah sang ibu.

"Kenapa?"

"Karna senja cantik" Jawab Fajar sekali lagi yang mengundang kekehan keluar dari mulut Iren.

"Fajar suka senja?"

Anak itu terdiam beberapa detik dan untuk pertama kalinya Fajar menolehkan wajahnya menatap sang ibu.

Fajar mengedipkan matanya beberapa kali sampai akhirnya ia menggandeng tangan Iren, membawa perempuan itu masuk meninggalkan senja yang masih terpampang dengan cantik.

"Ma, ayo masuk"

Fajar dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang