f&s 1

9 1 0
                                    

_____

"Fajar, tunggu" Senja mempercepat langkahnya, mendekati Fajar yang berdiri di ujung koridor.

Semakin dekat kaki Senja melangkah, maka semakin jauh pula kaki Fajar berlalu.

Senja tak pernah menyerah, ia tetap berlari mengejar Fajar yang semakin lama semakin menjauh.

"Fajar tunggu" Panggilnya dengan lantang tapi tak mengurungkan sedikit pun niat laki-laki di depannya itu untuk berhenti walau hanya sejenak.

Siapa pun tahu, bukan Fajar tak mendengar teriakan-teriakan Senja yang memanggil namanya. Tetapi, Fajar memang sengaja menjauhkan dirinya dengan Senja. Dan Senja tak buta akan hal itu.

Setiap kali Senja mendekat Fajar akan menjauh. Jika Senja datang maka Fajar akan buru-buru pergi.

Berdekatan dengan Senja, layaknya berdekatan dengan dosa yang harus Fajar tinggalkan secepatnya.

Tak ada yang tahu, bahkan Senja pun tak tahu apa alasan laki-laki itu bersikap demikian. Padahal Fajar dikenal dengan laki-laki yang ramah di lingkungan sekolahnya, namun tidak kepada Senja. Senja yang selalu Fajar acuhkan, dan Senja yang tak pernah menyerah untuk mendapatkan atensi dari pemuda itu.

Senja berhenti berlari, ia mengatur deru napasnya yang tak teratur. Keringat mengucur di dahi Senja, padahal hari masih pagi, dan jam pelajaran pun belum dimulai.

Senja mengedarkan pandangannya, mencari sosok laki-laki yang sedari tadi ia kejar. Namun, matanya tak menemukan sosok itu.

Senja menghembuskan napasnya dengan pasrah. Ia hendak berbalik kembali menuju ruang kelasnya, sebelum seseorang meneriakan nama Fajar dengan cukup Keras.

Dengan secepat kilat, Senja kembali berlari mendekat ke arah laki-laki itu.

Fajar hendak kembali pergi, namun laki-laki itu kalah cepat dengan tangan Senja yang sudah menarik bajunya.

"Lapasin baju gue!" Fajar berusaha menyingkirkan tangan Senja yang masih menarik bajunya. Namun, Senja tak berniat untuk melepaskannya.

"Gak, gue gak mau lepasin" Tantang Senja, menatap mata Fajar dengan berani.

"Senja!"

Senja menghela napasnya dengan lelah. "Oke gue lepasin, tapi lo harus janji jangan kabur. Gue capek ngejar-ngejar lo" Ujarnya.

"Gak ada yang nyuruh lo buat ngejar gue"

"Gak ada yang nyuruh lo juga buat kabur terus dari gue"

"Itu hak gue, gak ada yang bisa ngatur"

"Itu juga hak gue. Gak ada siapa pun yang boleh ngelarang gue buat berhenti ngejar lo, termasuk diri lo sendiri"

Fajar pasrah, ia tak berniat untuk menjawab ucapan Senja lagi. Senja pun akhirnya melepaskan tangannya dari baju Fajar.

Senja mengeluarkan kotak bekal berwarna biru pastel dari dalam tasnya.

"Buat lo" Senja menyodorkan kotak itu kepada Fajar, namun tak ada tanda-tanda Fajar akan menerimanya.

"Dari bunda" Ujarnya lagi.

Berhasil. Fajar membawa kotak bekal itu dari tangan Senja.

Senyum Senja merekah dengan lebar. Namun senyuman itu kembali luntur, saat Fajar malah menyerahkan kotak bekal itu pada Farel, temannya.

"Buat lo Rel. Gue udah sarapan"

"Tapi kan bisa buat makan siang" Sanggah Senja. Namun Fajar menghiraukannya. Laki-laki itu malah pergi meninggalkan Senja.

Fajar dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang