I

159 13 14
                                    

Happy Reading^^

.

.

.

Daniel memasuki ruang rapat setelah mendapat pengumuman bahwa seluruh dosen diminta menghadiri rapat tengah semester. Pundaknya langsung dirangkul teman sejawatnya –Hwang Minhyun.

"Daniel kau jadi buka lowongan asisten dosen?" tanya Minhyun ketika mereka duduk diruang rapat.

"Jadi. Mungkin setelah rapat aku umumkan. Kenapa?" ganti Daniel yang bertanya. Minhyun menggeleng sebagai tanggapan.

"Aku kira tidak jadi. Soalnya kau terlihat sibuk beberapa hari, kupikir masih bisa handle sendiri."

Daniel hanya tersenyum sebagai jawaban sambil mengusap cincin perak dijari manisnya. Tanda kepemilikkan dirinya dengan orang lain.

"Justru supaya asdosku nanti bisa bekerja lebih fokus, makanya urusan lain aku kerjakan secepatnya. Aku tidak mau diganggu saat menikah dan bulan madu nanti."

Minhyun ikut tersenyum mendengar keseriusan Daniel, "Ah temanku akan menikah saja. Aku ditinggal sendirian."

"Makanya suruh kekasihmu pulang dan menikahimu. Suka sekali digantung."

"Enak saja! Dia kerja jauh juga buat menafkahiku juga ya."

"Menafkahi tapi tidak menikahi, aku tidak percaya dia serius."

"Kang Daniel!"

"Iya iya, maaf. Bang Jonghyun pasti serius denganmu."

"Kau kenapa selalu memanggil Jonghyun dengan sebutan Bang? Sedangkan aku selalu dipanggil nama langsung? Padahal kami sepantaran."

"Kaum bawah yang jago mendesah tidak cocok dipanggil dengan embel-embel."

Minhyun segera memukul Daniel dengan jurnal pribadi miliknya. Cukup malu dengan penuturan Daniel walaupun mereka berdua bicara bernada pelan.

"Perhatian Bapak Ibu Dosen, rapat segera dimulai."

.

.

.

Jihoon melangkah menuju kantin setelah tugasnya selesai. Dosen-dosen mendadak tidak mengajar karena harus menghadiri rapat tengah semester. Walaupun kelasnya kosong, tugas yang diberikan sebagai ganti jam mata kuliah tidak bisa dianggap enteng. Jadilah ia memilih mengerjakan tugasnya dikelas bersama beberapa orang temannya supaya bisa main sepuasnya tanpa terbebani tugas.

Seporsi nasi campur juga minuman es dengan gelas besar tersaji dihadapan Jihoon. Ponsel dia nyalakan sambil mengaduk minuman. Ini sebuah kebiasaan Jihoon, dia akan mematikan ponselnya ketika kelas atau fokus mengerjakan sesuatu. Kebiasaan yang diturunkan dari sang Bunda karena Jihoon termasuk pribadi yang mudah terdistraksi jika ponsel menyala.

"Hm? Guanlin menelpon?" gumamnya sambil menyuapkan makan siangnya. Jemarinya menekan aplikasi pesan dan menemukan Guanlin mengiriminya beberapa pesan yang sanggup membuatnya menarik senyum cerah.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[NielWink] Sour PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang