Stay

26 5 0
                                    

Pertama kali Kim Namjoon bertemu dengan Kim Seokjin adalah pada waktu itu... Waktu dimana daun-daun berguguran di sekitar, berserakan warna warni dan pemuda manis itu duduk dibawah pohon maple besar sambil membaca buku yang kelihatannya tebal dengan sangat serius. Pemandangan itu menggugah hati yang sebelumnya jelas-jelas sudah mati.

Kim Namjoon terpaku.

Dan untuk pertama kalinya ia tahu apa arti dari eksistensi keindahan. Pertama kali ia susah tidur karena bayang-bayang, serta pertama kali pula berpikiran untuk menggenggam erat seseorang.

Berhari-hari setelah itu, di sebuah perpustakaan kecil pusat kota, ia berani mendekat untuk mengenali pemuda itu dengan lebih baik, mendalaminya lebih jauh hingga berbulan-bulan lamanya dan berakhir jatuh. Menolak untuk kembali. karena baginya, Seokjin seperti rumah. Ia yang gelandangan di sepanjang hidupnya, menemukan itu berdiri kokoh disebuah padang gersang, terlihat kecil, sederhana tapi entah bagaimana nyaman luar biasa. Dan Namjoon ketagihan.

Sedikit demi sedikit mulai serakah untuk menguasai rumah itu untuk dirinya sendiri. Walau pada akhirnya ada orang-orang tertentu yang berniat untuk merampasnya sesuka hati. Seperti keluarga busuk bermarga Kim itu. Keluarga besar milik Kim Seokjin.

Tapi tidak. Seokjin hanya miliknya. Sampai kapanpun. Mereka yang berani mengambilnya pantas diadili. Namjoon jelas ingat waktu dimana kedua orang tua Kim menguji kesabarannya. Juga datang Paman dan bibi yang entah bagaimana ikut campur dan menantang garis bawahnya. Mereka pikir Namjoon begitu baik hati dan terkendali? Tidak. Mereka pikir lagi dan lagi menggunakan seorang gadis murah untuk menjeratnya akan berhasil?

Jelas mustahil.

Jujur saja, kecelakaan yang terjadi, segala krisis yang pernah di derita Kim's company dulu, tekanan pemegang saham dan tuntutan kerugian kerja sama, serta proposal pernikahan bisnis yang pernah ia ajukan ke keluarga Kim hanyalah pancingan. Itu hanya umpan, karena target sesungguhnya jelas Kim Seokjin. Pemuda itu menolaknya tanpa hati setelah sekian lama kebersamaan mereka dan Namjoon merasa dikhianati. Ia marah. Ia berpikir jika Seokjin tidak bisa ia kuasai maka ia akan menghancurkan seluruh keluarga besarnya agar pemuda itu sadar siapa raja sesungguhnya. Dan kini Namjoon berhasil.

Katakan lagi, Ia memang monster yang kejam. Tapi Kim Namjoon rasa hanya ia yang begitu layak untuk bersama Kim Seokjin. Apapun kondisinya kini. Sehat atau sakit bahkan dalam keadaan hidup atau mati sekalipun. Ia tidak peduli. Toh sekarang mereka sudah memiliki satu sama lain.

Segalanya adil dan terbayarkan.

Sayang sekali ada beberapa orang yang masih buta dan berpikiran sembrono bahwa akan ada celah di masa depan. Bodoh sekali. Kumpulan manusia-manusia serakah. Jika bukan karena Seokjin, sudah lama ia singkirkan.

Ya. Selama ada Jinseok-nya, masih ada sedikit waktu. Setelah itu, Namjoon akan mengikuti kemanapun pemuda manis itu membawanya pergi. Bahkan ke kematian.

.

.

.

"Oh, maaf mengganggu... " Wajah Kim Jisoo memerah diiringi tatapan tajam terarah padanya ketika ia tidak sengaja memekik keras, melihat pemandangan manis itu di ruang santai. Sudah semalam ini tapi kenapa si pria Kim masih berada di rumahnya?

Dimana Jungkook? Dimana orang tuanya? Mengapa mereka membiarkan dewa kejam ini memonopoli kakak sulungnya? Jisoo entah kenapa menjadi kesal. Ia baru pulang, cukup lelah untuk menyelesaikan tugas kampus seharian dan pemandangan dua orang yang sedang menempel di sofa itu membuatnya sakit mata.

Menggertakkan gigi, ia perlahan melirik sambil berlalu. Lalu tertegun setelahnya melihat bagaimana sang kakak sulung, Seokjin, meringkuk setengah bola dengan mata terpejam sedangkan pria lainnya merengkuhnya erat.

M O O NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang