RAMA POVHari ini adalah hari terakhir gue menikmati masa liburan yang sudah 2 minggu dilewati. Tepat besok hari, gue sudah kembali masuk kesekolah dan menjadi anak kelas 3 SMA.
Gue, Ramadanish Putra Nugraha anak pertama dari bokap gue, Adrian Nugraha dan nyokap gue, Laura Bellalinska. Gue punya adik yang cantik tapi bawel tingkat akut, Feeya Putri Nugraha.
Feey sekarang kelas 2 SMA. Dia sekolah di sekolah yang sama seperti gue, SMA Gardin. Feey itu satu-satu nya cewek selain Nadine yang dekat dan selalu menjadi tempat curhat gue. Feey cewek yang galak, tapi saat sama bokap gue dia paling manja.
Nadine Siskarahayu adalah sahabat kecil gue dan cinta pertama gue. Walaupun umur kita saat itu masih terbilang kecil yang mengakibatkan cinta gue itu cuma bisa dianggap cinta monyet oleh orang-orang, tapi gue tetep menganggap, Nadine is my first love.
Hari ini adalah hari dimana sudah 5 tahun berlalu setelah Nadine ninggalin gue untuk selama-lamanya. 5 tahun itu gue lalui tanpa Nadine. 5 tahun itu juga gue lalui disaat gue ultah tanpa kehadiran Nadine.
Singkat cerita, Saat itu gue sedang menunggu Nadine di rumah pohon. Tepat saat itu juga, gue dapet telfon dari mama. Mama kasih kabar ke gue tentang Nadine yang sudah pergi dari hidup gue selamanya. Pkiran gue sangat kalut. Gue bahkan gak bisa ngapa-ngapain saat itu, bagaikan ada rantai besi yang menahan dan sebuah palu besi yang memukul keras kepala dan hati gue. Semua pandangan gue sangat buram saat itu.
Padahal tepat saat itu juga, gue sudah nyiapin kejutan yang akan bikin Nadine terkejut. Gue sudah nyiapin bunga tulip pink yang baru gue beli ditoko bunga milik tante Runa untuk mengutarakan perasaan gue yang sebenarnya ke Nadine. Tapi yang ada malah sebaliknya, dia yang bikin gue terkejut.
Vino Arkansas:
Lo dmn Ram? gue sama 3 cecurut udh dr tdi nungguin lo di Cafè Owl.
Itu adalah Line dari Vino, sahabat gue yang sudah nemenin gue dari dulu sampai sekarang. Bukan cuma Vino, tetapi ada Gilang, Ardan, dan Bima juga. Kita adalah 6 sekawan dulu waktu Nadine masih ada. Setelah Nadine pergi, Tinggal mereka berempat yang masih setia dan selalu berusaha ngehibur gue.
Gue pun mengetikkan sesuatu untuk membalas Line dari Vino.
Ramadanish Putra Nugraha:
Gue lg nemuin Nadine. Ntar gue nyusul kalian.
Gue mengusap pelan batu nisan didepan gue. Seikat bunga tulip pink kesukaan Nadine yang sedang gue peggang sedari tadi, sudah gue taruh di atas makam Nadine.
"Gue cabut dulu yah din, ntar gue akan lebih sering-sering lagi ngunjungi lo. Bye din, gue sayang lo."
Gue pun mulai beranjak dari makam Nadine. Memang sering Sekali gue dateng nemuin Nadine saat gue kangen dan teringat Nadine. Vino dkk juga sering dateng tapi gak sesering gue. Karena Nadine memang sangat dekat dengan gue.
Sekarang gue akan ke cafè Owl dulu tempat gue dan 4 sekawan gue sering kumpul bareng. Kami hari ini memang sudah janjian buat kumpul bareng dan bersenang-senang, karena besok sudah tidak bisa bebas seperti hari ini.
---------------
"Dateng juga lo akhirnya Ram. Kita udah karatan banget nunggu lo," racau Gilang gemas, "Kirain gak jadi dateng."
Gue terkekeh pelan saat baru memasuki Cafè dan disambut dengan omelan Gilang. Dia memang orang tercerewet dari kami berlima.
"Hehe sori guys. Hari ini gak mungkin gue gak dateng dan ngelewati gitu aja karena besok bonyok gue pasti gak beri gue kebebasan seperti 2 minggu belakangan ini." Ucap gue sembari menarik kursi disebelah Vino. Mereka berempat pun diam dan menatap gue.
"Lo udah ketemu sama Nadine Ram?" Tanya Ardan hati-hati. Gue pun hanya bisa tersenyum kecut dan memandang kosong keadaan di luar Cafè ini.
"Udah.. gue tadi doain dia, sedikit curhat tentang kebiasaan kita suka kumpul bareng belakangan ini," jeda gue sembari menarik napas pelan, "dan, ngasih bunga favorite dia dulu." Ucap gue dan meremas pelan jari-jari gue.
"Uhm, bagus deh. Besok kita-kita juga mau ketemu Nadine." Gue hanya mengangguk mengiyakan.
Keadaan mulai canggung dan hening sesaat. Gue melirik Gilang yang menyikut pelan Bima untuk memberi aba-aba dan segera mengalihkan pembicaraan kaku ini.
Bima yang mengerti akhirnya memecah keheningan yang sempat terjadi tadi. "Eh, Rama kan sudah dateng, sekarang kita mau kemana guys? Gue bosen disini terus. Gue pengen cuci mata gue dan liat cewek-cewek yang.. errrrr sexy, " seru Bima dengan antusias.
Ardan pun menoyor kepala Bima kesal. "Gila Bim, maksud lo mau ngajakin kita ke club kemaren lagi? Gak puas lo baru kemaren ngeliat dan udah dapet yang kata lo tadi, errrrr sexy."
Bima mendecakan lidahnya. " Aelah Dan, santai brooo santai. Lo kaya gak kenal gue aja."
"Iya dah tau lah gue, si Bima raja playboy akut tapi masih perjaka." sahut Gilang jengah.
"Se-Playboy nya gue, gue bakal jaga keperjakaan gue buat istri gue kelak." Jawab Bima dengan menyunggingkan senyum miring andalannya.
Gue pun akhirnya terkekeh pelan dan melirik Bima. "Lah, emang siapa yang mau jadi istri lo Bim?"
Bima pun menatap Vino dengan mengerlingkan matanya.
"Ada tuh. dek Vino mau kan jadi istri abang? Entar abang beliin semuanya buat dek Vino. Tapi jangan yang mahal-mahal. Abang Bimbim ntar bangkrut dan gak bisa bayar utang bu Dini dikantin."
Vino yang sedang menyeruput es jeruknya terbatuk mendengar ucapan asal Bima. Segera ia menyahuti ucapan Bima dengan gak kalah asal. "Sorry bang Bima, Vino sudah punya orang. Mending Bang Bima pilih si neng Ardan, neng Gilang atau neng Rama."
Gue menghela nafas pelan melihat mereka. Beginilah semuanya akan keliatan awkward kalo udah kumpul bareng. Semuanya selengean dan gue berfikir, kayanya cuman gue yang masih normal. Allhamdulillah dahh...
"Ahh gak ah, mereka gak menarik," Bima pun memikirkan sesuatu dan kemudian menjentikan jarinya, "Gue maunya sama pembokat Ardan aja dah. Lumayan montok tu. Sekali grepe-grepe gak apalah."
Gilang membulatkan kedua matanya dan tertawa singkat. "Anjirrr lo Bim! Pembokat Ardan aja mau lo target. Dasar Playboy cap akut pakek BGT lo!"
"Dek Gilang jangan cemburu. Ntar dek Gilang aku beliin daleman warna pink hellokitty segerobak yah, kan ucul." ucap Bima seraya berkedip genit.
"Amit-amit dah!!"
Gue hanya memijit pelipis mendengar obrolan yang makin awkward ini.
"Sudah-sudah. Kita jadi gak cabutnya? Gak usah ke club dah. Gue gak mau kena ceramah bonyok gue. Mendingan kita have fun aja jalan-jalan sekalian gue mau ngajak lo semua kesuatu tempat," ucap gue seraya tersenyum tipis, " Hari ini pasti jadi moment yang sangat berharga buat lo pada."
Gue mencoba menengahi aksi adu mulut mereka berempat. Saat ini gue mau ngajak mereka ke rumah pohon kita waktu sd dulu. Rumah pohon itu sudah gue bersiin kemarin soalnya sudah sangat lama kami gak kesana lagi. Disana banyak kenangan kita semua. Termasuk Nadine.
"Yaudah, let's go Babe!" Teriak Bima sembari berdiri. Nih orang emang gak memperdulikan tempat atau suasana kalo ngomong.
"Najis lo Bim!"
"Dek Vino, yang kamu lakukan ke Mas Bimbim itu, jahat!"
"Hueeekkk!!" Teriak Gue, Vino, Ardan, dan Gilang bersama.
Kami berlima tertawa bersamaan seraya mehampiri motor masing-masing di area parkir dan segera melesat pergi dari Cafè ini.
---------------
Yuhuu..!
Ini cerita pertamaku, hehe. Btw, sorry kalo gak dapet feel nya ya:)
Vomments?
KAMU SEDANG MEMBACA
Remind Of You
Teen FictionKehidupan bukan bermula dari kelahiran, Tidak pula berakhir dengan kematian. Sesungguhnya kehidupan bermula dan berakhir dari kehendak Tuhan. Kematian bukan akhir dari segala-galanya. Saat hujan, pelangi biasanya akan hadir dan singgah untuk me...