Genre: Anekdot
Note:
Cerita ini sebenarnya berasal dari komik yang aku bikin buat tugas. Iya, tau. Komik yang aku bikin masih jauh dari bagus. Maklum lah, aku belum komikus profesional. Hahaha... 😄Jadi, kalo kalian mau lihat karya aslinya, itu karya aslinya ada di mulmed. Mohon maaf kalo tulisannya blur di mulmed. Tapi, yang di mulmed sama yang aku ketik ini alurnya dijamin sama 100%.
*✧ ───────── ✧*
Pada suatu hari, Lenin Kayo, si orang terkaya di sebuah kampung di Bukittinggi, Sumatera Barat, ingin berkunjung ke rumah sahabatnya, Markoni Koto. Namun, di tengah perjalanan, Lenin menemukan Markoni yang sedang duduk bersantai di sebuah kedai kopi.
"Nah, ternyata. Si Markoni ada di sini nih," gumam Lenin.
Lenin pun mendudukkan dirinya di samping Markoni. Namun, Markoni belum juga menyadari keberadaannya, saking terlenanya ia dengan aroma dan kehangatan kopi hitam panas yang masuk ke kerongkongannya.
Lenin Kayo pun menepuk bahu Markoni, "Oi Mar, enak sekali kopi kau, sampai tak sadar aku sudah duduk di dekat kau."
Markoni pun tersentak dan menatap penampilan Lenin dengan tatapan heran, "Ondeh, Len. Lama sekali kita tak berjumpa. Ada apa ini? Tumben kau pakai kopiah segala."
Lenin tersenyum, sorot matanya berseri-seri, "Nah, ini yang mau kuceritakan pada kau. Aku ini baru saja pulang umrah. Ondeh, Mar! Panas sekali di Arab sana. Untung saja di Masjidil Haram udaranya sejuk sehingga aku masih bisa berusaha khusyuk dalam ibadah."
"Kau tahu, Mar? Setiap aku minum dan berwudhu' dengan air zam-zam rasanya segar sekali. Rasanya, hilang semua rasa gerah yang kudapat di luar sana. Masya Allah, Subhanallah. Memang air zam-zam itu banyak sekali khasiatnya," lanjut Lenin bercerita pada sahabatnya.
Markoni manggut-manggut mendengar penjelasan Lenin. "Oh, andai aku mampu untuk pergi ke Tanah Suci, menunaikan ibadah umrah dan haji bersama anak dan istriku," gumamnya.
"Oh iya, Mar. Aku ada bawa oleh-oleh untuk kau. Satu botol air zam-zam, dan satu baju koko yang terbaik dari Arab Saudi," ucap Lenin sambil memberikan sebuah tas berisi oleh-oleh.
"Wah, kukira kau akan melupakanku di Tanah Suci. Boleh kubuka saat ini juga kah, Len?" tanya Markoni senang.
"Oh, tentu saja, Mar! Dijamin kau pasti akan terpesona dengan baju kokonya. Bagus sekali motifnya. Jahitannya juga rapi," ucap Lenin bangga.
Markoni membuka tas tersebut. Di dalamnya ada sebotol besar air zam-zam dan baju koko yang terlipat rapi di dalam kotak.
Markoni mengeluarkan baju tersebut. Memang benar kata Lenin. Motif baju koko itu bagus sekali, dan jahitannya pun rapi. Namun saat Markoni melihat kotak baju tersebut, ia terdiam.
Markoni memerhatikan kotak baju tersebut lekat-lekat sambil sesekali menyesap kopi hitamnya.
"Baju koko khas Arab?" gumamnya sambil meneliti kotak baju itu.
Anehnya, sejenak kemudian, ia tertawa terbahak-bahak, bahkan hingga memukul-mukul meja di hadapannya.
Lenin Kayo menatap sahabatnya dengan heran, "Oi, Mar! Kenapa kau tertawa-tawa sendiri seperti itu? Tak mungkin kau sudah gila detik ini juga, kan?"
Markoni, yang masih terus tertawa menjawab, "Aku tidak gila, aku hanya menertawakan kebodohan kau, Len!"
"Kurang ajar kau, Mar! Apa maksudmu tiba-tiba mengatakanku gila?" tanya Lenin yang mulai emosi mendengar ucapan Markoni Koto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
Short StoryHai! Ini kumpulan cerpen yang aku bikin sendiri dari berbagai genre. Ada anekdot, romantis, religi, persahabatan, dan lain sebagainya digabung menjadi satu. Dijamin, perasaan kalian akan diaduk-aduk saat membaca satu demi satu cerita dalam kumpula...