Satu

10 2 0
                                    

PERTAMA kali aku melihatnya? Biar kuceritakan.

Pada celah rak buku di perpustakaan sekolah, tahu-tahu aku menemukannya. Tertidur pulas dengan bantalan buku entah berjudul apa yang sebegitu tebalnya.

Aku tidak sekonyong-konyong menyukainya. Ini bukan serial drama televisi yang biasa kau tonton. Cinta, membutuhkan proses.

Tapi, magnet itu ada. Gelitik pada perut itu ada. Rasa tertarik itu, ada.

Aku tak tahu apa yang begitu berbeda atau menonjol, sampai rasa tertarik itu muncul tanpa bisa kucegah.

Apa mungkin helai rambut hitamnya yang terlihat sehalus bayi?

Atau, wajah terlelapnya yang terkena sorot samar cahaya matahari, membuatnya nampak.., nyaris tak nyata?

Atau malah, dengkuran halus yang keluar dari bibir, membuatnya nampak.., lucu?

Aku tak tahu.

Aku hanya remaja lima belas tahun yang masih kebingungan tentang banyak hal; perasaan adalah salah satunya. Ini rumit. Perasaan, adalah hal yang rumit. Bukan begitu?

Wajah pada pertemuan pertama itu kusimpan baik-baik dalam sudut memori dikepala.

Aku tak mencarinya.

Aku menemukannya.

Dan begitu saja, lembar kisah cinta pertamaku tahu-tahu telah dimulai.

Perjalanan MelepaskanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang