Buku ini awalnya kutulis hanya untuk menenangkan jiwaku sekaligus menenangkan diriku seolah mengatakan bahwa, "tidak apa-apa, li. jika begini pasti orang-orang akan mengerti dirimu." meski sebenarnya aku tahu bahwa tidak ada yang mengerti aku sebaik aku mengerti diriku sendiri.
Terima kasih kepada orang-orang yang mencoba mengerti perasaanku, aku sungguh mengapresiasinya.
Setelah menulis cerita itu, bertepatan besoknya orang tuaku diminta bertemu melalui zoom oleh wakil dekan. Tentu saja membahas tentang nilaiku bersama dengan 19 orang tua murid yang juga nasibnya mirip denganku. Tapi ada yang aneh.
Nilai ujianku, 4 kali berturut-turut D minus. Aku sebenarnya agak bingung, karena aku paham dan ketika mengerjakan itu aku lancar-lancar saja, tapi rupanya memang ada yang aneh.
Sebelumnya ujian kami isian singkat, dan agak memungkinkan bagiku untuk dapat nilai yang tidak sesuai ekspektasi. Tapi, bisa dibayangkan pada ujian dengan pilihan ganda kalian masih dapat nilai di bawah 45? Kurasa itu hanya terjadi jika aku tidak belajar dan mengandalkan kancing baju untuk menjawab pilihannya.
Masalahnya adalah, aku menjawab 3-4 paket soal kating terdahulu yang 75%-nya sama dengan soal ujianku yang sekarang. Aneh, sampai akhirnya aku meminta lembar jawabanku sendiri karena dokter pengampuku mengatakan nilai angkaku hanya 40. Tapi yang kudapatkan malah aku dikatai ingin mencontek lembar jawaban. Kenapa aku dicurigai seperti itu padahal aku hanya ingin melihat kolom merah sebanyak 60 soal di lembar jawabanku.
Sampai sekarang aku belum diberikan lembar jawabanku, entah kenapa. Malah diadakan remed untuk ujian kemarin. Fishy, dan kenapa harus aku dari ratusan anak? Bahkan jika itu random sampling dan namaku sudah ditentukan akan dibuang sejak awal, kemungkinanku 1/170-an anak. Sangat sedikit dan jika benar random sampling maka aku adalah manusia terapes.
Sampai akhir aku berusaha mencari kebenaran nilaiku sampai mendatangi DPA-ku yang sialnya memang tidak membantu sama sekali. Well, pada akhirnya setelah aku bilang jika nilai ujianku berturut-turut D minus, besoknya nilai ujian selanjutnya berubah menjadi C minus, yang mana memang tetap tidak lulus, hanya saja, hurufnya berbeda dari sebelumnya.
Aku tidak percaya dengan angka itu, mencoba lagi bertanya kepada semua orang, semua dosen, bahkan ketika dosen pengampu blok menyuruhku bertanya pada wakil dekan bidang akademik, lalu wakil dekan bidang akademik menyuruhku bertanya pada dekan, dan dekan menyuruhku memastikan lagi pada wakil dekan bidang akademik. Aku bernegosiasi hamper seminggu penuh, hanya demi dapat melihat lembar jawabanku.
Aku hampir menyerah karena ketika aku menuju ruang dekan, dan dekannya menyudutkanku. Meski akhirnya aku menang adu mulut, tapi aku tidak bisa membuatnya membuka lembar jawabanku sebelumnya. Ya, aku hampir menyerah sampai ketika jalan-jalan dengan temanku dan salah satu diantara mereka bilang, "Aku dikasih izin untuk mencocokkan lembar jawabanku, Bersama DPA dan orang tuaku."
Aku terdiam sebentar, sebelum akhirnya bertanya lebih banyak. Ucapannya seperti membuka peluang dalam hidupku yang sudah tidak ada harapan lagi.
"Dikasih izin untuk lihat jawabanmu?" aku bertanya di eskalator. Dia mengangguk.
"Langsung sama kunci jawabannya juga. Memangnya kamu gak dikasih izin? Harusnya bisa, untuk transparansi."
Aku mengumpat dalam hati.
"Besok aku pastikan lagi, terima kasih infonya."
Kami berpisah setelahnya, dan aku kembali berkutat, bernegosiasi dengan membawa nama beberapa teman yang diperbolehkan untuk melihat nilainya. Akhirnya, 2 hari kemudian aku diperbolehkan melihatnya. Aku mengira akan diperlihatkan jawabanku, tapi nyatanya hanya persentase jawaban benar. Sangat tidak masuk akal. Aku berargumen kembali bersama wakil dekan bidang akademik yang tidak tahu malu dan malah memojokkanku, padahal aku hanya meminta lembar jawaban ujianku. Kami berargumentasi lama dan hasilnya aku kalah karena aku tidak punya kewenangan sepertinya.
Sekarang, jika dipikir-pikir, aku sangat berani pada saat itu. Seperti seorang remaja yang amarahnya dan semangatnya sedang berada di puncak, tak tahu akan takut untuk bertanya dan meminta keadilan. Rupanya aku-- sangat keren.
Ya, pada intinya, karena nilaiku sangat jelek dan aku, meski sudah meminta kesana kemari untuk diberikan melihat lembar jawabanku tapi tak bisa sama sekali, aku-- di DO. Tanpa surat apapun dan tanpa pemberitahuan apapun. Aku tak lagi bisa mengakses SSO kampus di hari terakhir pembayaran UKT. Tapi anehnya, hari itu, aku tidak menangis.
Hari itu, aku bilang kepada semua orang di rumah, "Aku akan masuk kampus lain." meski jalur UTBK sudah ditutup dan yang tersisa hanya jalur mandiri di beberapa univ. Karena univ lain sudah selesai melakukan penerimaan mahasiswa baru.
Dengan semangat yang tersisa, aku mendaftar di beberapa univ yang tersisa, menjalani tes mandiri secara online, dan meskipun aku ditolak oleh salah satu univ, aku juga diterima oleh univ lainnya, yang sekarang kutempati berkuliah.
Universitas yang kutempati sekarang, sangat berbeda jauh dari universitas lamaku. Aku sangat senang diterima disini sampai aku menangis sangat lega pada hari aku melihat pengumuman dan diterima. Seperti apa ya? Seolah seluruh bebanku terangkat setelah sekian lama. Pelan-pelan, aku bangkit dengan semangat yang tersisa. Menata kembali hidupku yang sempat hancur sehancur-hancurnya.
Kukira setelah masuk universitas baru dan mulai berkuliah dengan biasa, kehidupanku akan mulus. Nyatanya, tidak juga. Ada banyak hal yang mengerikan terjadi setelahnya. Terlalu banyak hingga mungkin akan kuceritakan di bab selanjutnya.
Untuk kali ini, mungkin cukup sampai di sini dan kita lanjutkan lagi kapan-kapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirty Little Secret
Randomkisah ini memang mengisahkan diriku sebagai mahasiswa kedokteran, tapi bukan cerita yang sangat menarik bak para mahasiswa lain yang sangat pintar dan bisa bertahan. kisahku, mengenai hal terburuk yang akan terjadi padaku. bagi kalian yang membaca c...