Epilog

15 2 0
                                    

Gue melirik sekilas ke arah jam duduk di atas meja kerja. Sebentar lagi jam pulang. Baguslah. Gue bener-bener butuh kasur empuk gue. Kepala gue sudah sangat pusing dengan segala macam jenis komplain dari klien dan juga atasan. Belum lagi ini akhir bulan, dimana pekerjaan akan lebih menumpuk. Mendesah berat, akhirnya tangan gue bergerak untuk membereskan meja kerja dan memasukkan barang-barang yang tadi gue bawa dari rumah ke dalam tas. Setelah memastikan komputer gue mati, gue bangkit dari kursi dan berjalan menuju tempat absen. Tinggal beberapa menit lagi.

Gue tersenyum ramah ke teman-teman kerja yang masih harus menetap di kantor karena pekerjaan mereka yang belum selesai. Gue bangga dengan diri gue sendiri karena selalu berhasil mengerjakan pekerjaan tepat waktu sehingga tidak perlu terlalu sering lembur.

Tepat pukul lima, gue absen. Berpamitan pada rekan kerja lain, gue akhirnya memutuskan untuk menuju lobi sambil memasan ojek online.

"Ra, mau pulang?"

Suara familiar itu membuat gue mengangkat kepala dari ponsel. Rekan kerjaku, Nathan, rupanya juga hendak pulang.

"Iya, nih. Lagi nunggu ojol." Jawab gue sambil menunjukkan layar ponsel yang menunjukkan aplikasi ojek online.

"Padahal bisa bareng gue pulangnya." Tandas Nathan terdengar sedikit kecewa lantaran sudah sering ajakan pulang barengnya ditolak.

Gue ketawa kecil menanggapi ucapannya, "lo tau gue bakal nolak, Nath."

Nathan tidak juga bergegas pulang, dia nemenin gue nungguin ojol datang. Kami tidak terlibat obrolan apapun. Hanya saling diam.

Suara ponsel memecah keheningan antara gue dan Nathan. Ternyata ponsel gue. Terpampang nama seseorang yang menjadi salah satu alasan kenapa gue tadi melakukan kesalahan berujung bikin bos marah. Gue mendesah berat. Enggan mengangkat panggilan itu.

"Ribut lagi?" Nathan bertanya setelah suara dering ponsel berhenti.

Ojol gue sudah sampai. Sedikit bernafas lega, gue hendak berpamitan ke Nathan tapi rupanya cowok itu lebih dulu nyela gue.

"Berhenti kalo lo capek. Jangan maksain sesuatu yang bikin lo nggak nyaman."

Gue nggak tau harus bereaksi gimana. Akhirnya memutuskan untuk keluar meninggalkan Nathan tanpa sepatah katapun.

Nggak semudah itu.

UNCONDITIONALLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang