Katakanlah Jaemin gila, bagaimana bisa dia menikmati apa yang bukan miliknya."ssshhhh ahhhh, nyahh disitu jae -ahh"
Pemuda pucat yang sedari tadi terhentak di sofa itu menatap lawannya dengan mata yang sayu juga dengan mulut yang terbuka
Indah, itulah yang selalu jaemin ucapkan dalam hatinya
"ngghhh-- ahh- jae dalem banget! enak banget!" Chenle meringis, benda tumpul ini masuk terlalu dalam, shit, ini sangat nikmat
Jaemin merendah mencecap seluruh inci dari birai yang sedikit bengkak itu, ciuman turun ke leher lalu ke puncak dada pemuda itu, Chenle membusung membuat Jaemin semakin leluasa untuk menjilat, memberikan gigitan-gigitan kecil hingga menyesapnya seakan bayi yang mengharapkan asi dari sang ibu
"fuck Chenle, kamu sempit banget" Jaemin menggeram, baginya bercinta tidak pernah senikmat ini, meskipun dirinya bercinta dengan pasangannya
Chenle dihadapannya, dalam keadaan tak berdaya, merasakan nikmat yang mengantarkannya pada peluh
"Jaemin yang cepet! aku mau yang kasar!" bagai gayung bersambut Jaemin menambah tempo hentakkannya kedalam prostat pemuda manis itu dengan brutal
"gila Jae, ini enak banget! rasanya aku mau diewe Jaemin sampe pingsan!" kalimat kotor yang diiringi desah itu sudah memenuhi ruang tamu kediaman Jaemin sejam yang lalu
"enak hm?"
Dengan lemas Chenle menganggukkan kepalanya sambil menutup mata dan mengigit bibirnya sendiri
Sungguh, wajah Chenle saat ini semakin membuat Jaemin benar-benar ingin merusaknya
Tubuhnya semakin kuat mendorong penisnya untuk menumbuk berkali-kali titik nikmat dari seorang Zhong Chenle
Mereka saling berbagi kesah yang penuh dengan keluh dan peluh
Dirasa puncaknya akan datang, Jaemin terus memompa prostat Chenle dengan gerakkan yang berantakan
Tangan kanan pria itu memegang pinggang ramping si pemuda manis sedangkan tangannya yang satunya lagi memegang penis kecil pemuda manis dihadapannya yang sudah dibuat tak berdaya oleh dirinya
Ini gila! apakah dirinya sedang ada disurga? pikir Chenle
Tangannya meremat ujung sofa, kepalanya menggeleng hebat, Jaemin benar-benar membawa Chenle merasakan surga dunia yang terlarang, surga dunia yang seharusnya tidak ia lakukan dengan pria yang sudah berstatus milik orang lain
Persetan dengan status Jaemin, saat ini hanya dirinya lah yang memiliki pria tampan dihadapannya ini. Dirinya hilang kendali
"kakk i wanna cumhhhh ... akhhhh"
"bareng sayanghh!"
Matanya menatap Jaemin dengan sayu sementara mulutnya terbuka, mengais nafas
Lubangnya terasa penuh, bahkan lelehan sperma mengalir ke paha dalam chenle, begitupun dengan cairan dirinya yang mengenai perutnya sendiri
Jaemin lalu langsung ambruk dengan menimpa Chenle yang dibawahnya. menempatkan kepalanya diceruk leher pemuda manis.
Nafasnya keduanya sama-sama tersengal-sengal seperti baru saja melakukan olah raga yang berat.
"aduhh kakak berat ihhhh"
Kata Chenle sembari memukulkan tangannya pada bahu sang dominan, berharap sang dominan menyingkir dari tubuhnya
Tapi perbuatannya sia-sia, Jaemin malah menjilati lehernya dan mengigitinya kecil, Chenle yakin itu akan meninggalkan bekas
"sampe kapan? sampe kapan kita begini terus ka?" ada jeda dalan pertanyaannya.
Pertanyaan tiba-tiba yang chenle lontarkan membuat kegiatan Jaemin dilehernya berhenti, kemudian mengubah posisinya menyamping disamping pemuda manis.
Tangannya bergerak menyentuh wajah sang submissive, Chenle menutup matanya merasakan sentuhan halus diwajahnya, ia sungguh menikmatinya.
"enggak tau .... kamu taukan aku ngga bakalan bisa ninggalin kakak kamu" tangan Jaemin berhenti membuat chenle membuka matanya, menatap netra sepekat malam yang sedang menatapnya juga.
"aku cinta dia le" ada jeda pada kalimatnya
Sakit ? tentu tidak. Chenle tau bahwa dirinya tidak akan bisa merebut Jaemin dari kakaknya, kedua saling mencintai, itu faktanya. dirinya hanya pelampiasan.
"kalo gitu kita harus akhirin ini semua kak, kak renjun selalu baik sama aku tapi sebagai balasannya aku malah membuat suaminya mendesah"
Ada kekehan diakhir perkataanya, dia adalah adik yang buruk, dirinya tidak pantas disayang oleh renjun, Chenle telah berkali-kali mengkhianati Renjun tanpa Renjun sadari, Chenle pantas dicaci maki oleh Renjun.
Chenle bangkit untuk duduk dan ikuti oleh Jaemin, tubuh keduanya bersandar disofa.
Jaemin menggenggam tangan mungil Chenle, mengelusnya dengan ibu jari lalu mengecupnya berkali-kali.
"bagaimana kalo aku ga mau?"
Chenle menarik tangannya dari genggaman Jaemin, matanya menatap netra yang selalu bisa menghipnotis dirinya.
"jangan gila! kamu gabisa egois! kamu ga bisa memiliki dua istana sekaligus Jaemin!"
Chenle berdiri, berjalan untuk memungut pakaiannya yang berserakan tak beraturan kemudian memakainya .
"keputusanku sudah bulat kak, aku akan kembali ke China setelah lulus nanti, aku tidak mau terus-terusan menjalani hubungan terlarang ini, aku akan memulainya dari awal lagi, membuka hatiku untuk orang lain, dan aku harap setelah aku kembali ke China kakak melupakan hubungan ini, pandang aku sebagai adik iparmu"
Setelah mengatakan itu Chenle segera bergegas ke kamar, keputusan ini sudah bulat dan dipikirkannya matang-matang. Chenle sudah bertekad untuk mengakhiri hubungan tidak sehatnya dengan kakak iparnya itu.
Ini adalah yang terbaik untuk Jaemin, Chenle dan juga Kakaknya, Renjun.
-Tamám Shud-
12.00 am
jmclps. aku ga baca ulang lagi yaa, males revisi
kalo ceritanya ga nyambung atau kurang ngefeel maaf yaa soalnya aku penulis amatiran hehe- rei