Menjelang

11 4 0
                                    

Kurang tiga hari lagi mereka akan berangkat umroh, mereka berdua pulang ke Malang terlebih dahulu untuk meminta doa restu kepada kedua orang tua Wina. Berangkat menuju bandara di antar oleh Pijar dan Reksa.

"Win nanti aku nitip tulisin nama aku sama Dita ya biar bisa cepet nikah terus  bisa umroh kayak kamu sama bang Zendi."

"Siap Sa, beres kalau itu."

"Aku juga ya Win sama Ashalina." Pungkas Pijar.

"Iya siap, aku doain juga biar nanti pernikahan kalian lancar ya."

"Amiin..."

Sampai di bandara mereka pun berpisah, Wina dan Zendi telah berada didalam pesawat.

.
Sampai dirumah Wina, mereka disambut hangat dengan keluarga, Bramastya yang sudah semakin tubuh besar masih saja selalu meminta gendong Zendi.

"Bram om Zendi capek lo." Tegur Ghozan.

"Enggak apa kok bang, Bramastya emang selalu begini."

Karena Wina merasa kelelahan dia memilih selonjoran dikasur depan televisi.

"Istirahat dikamar sana Win."

"Enggak bang disini aja."

Lama kelamaan Wina terlelap, Zendi yang baru saja keluar bersama Bramastya melihat Wina tertidur dia tidak tega membangunkan.

"Zen Wina bawa ke kamar aja bisa? Kamu juga sekalian istirahat." Pinta ibu Wina.

"Bisa bu."

Bramastya digendong oleh ibu Wina, setelah itu Zendi membopong Wina menuju kamar.

"Berat nggak Zen?." Tanya ibu.

"Enggak bu saya udah biasa gendong dia." Zendi tersenyum menatap istrinya yang masih terlelap. diperjalanan menuju kamar Zendi masih sempat-sempatnya mencium wajah Wina tak ada rasa sungkan sedikitpun kepada mama mertua. sedangkan mertua Zendi menatap bahagia melihat Wina disayang dengan orang yang tepat lega sekali rasanya. Sampai dikamar Wina.

"Mbah aku mau sama uncle Zen Zen." Ucap Bramastya dengan suara imut.

"Udah Bramastya sama mbah uti aja, om sama tante mau istirahat."

"Aaaaaa bram mau sama uncle." Bramastya merengek

Zendi menghampiri Bramastya dan menggendongnya.

"Udah bu biar sama saya aja, mumpung saya disini Bram pengen habisin waktunya sama saya."

"Nggak ganggu kalian Zen?."
"Tidak sama sekali bu."

Setelah ibu Wina pergi, Zendi dan Bramastya menyusul Wina.

"Bram kita tidur aja ya."

"Iya uncle, Bram juga capek."

Entah kapan Bramastya tiba-tiba sudah lelap padalan baru saja dia terbaring. Menatap Bramastya dan Wina hatinya tersentuh

"Jadi pengen cepet punya anak." Batin Zendi.

.

Esok hari pagi-pagi sekali seluruh keluarga sedang sibuk bersiap-siap untuk berangkat ke Lumajang.

"Dek Bramastya kemana ya?."

"Masih mandi kayaknya mas."

"Bisa-bisanya aku kangen sama dia."

"Bramastya juga bisa suka banget gitu ya mas sama kamu. "
"Iya dong, mas kan pinter ambil hati orang. "

"Pantes jadi idaman ibu-ibu komplek."

LOVE IN STRUGGLE SEASON 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang