~Drttttt....Drtttttt....Drtttttttt....~
" Nggh…," terdengar geraman kecil dari balik selimut tebal yang menutupi sosok-sosok dibawahnya. Suara dering telepon genggam yang begitu nyaring jelas mengganggu tidurnya. Meski kekanak-kanakan, ditutupnya telinganya dengan bantal untuk meredam dering telepon genggam itu.
~Drttttt....Drtttttt....Drtttttttt.....~
Akan tetapi tetap saja dering keras telepon genggam itu tak teredam.
" Felix…," panggil sosok dibawah selimut yang telah berhenti menutupi telinganya itu. Rambut cokelat tersembul dari sisi selimut saat ia berusaha membangunkan orang yang berada disampingnya.
" Felix… Telepon genggammu berdering terus menerus…," ujarnya lagi lebih keras. Sebelah tangannya berusaha mengguncang tubuh Felix yang berada disampingnya. Beberapa detik kemudian Felix pun terbangun dari tidurnya. Mulutnya menggumam tak jelas karena kesal. Rambut hitamnya semakin berantakan sementara ia berdiri dan berjalan menuju telepon genggamnya.
" Mengganggu saja…," gumam Felix kesal sembari melotot kepada telepon genggamnya. Dengan cepat ia mengambil telepon genggamnya.
" Halo?!," sapanya kesal. Ditempat tidurnya ia mampu melihat sepasang mata cokelat milik Anastacia memperhatikan gerak-geriknya.
" Halo, Lord Walford…," jawab suara berat diseberang telepon dengan sopan. Napas Felix tertahan sejenak mendengar panggilan itu. Hanya anggota keluarga bangsawan Walford atau penghuni Walford Palace yang memanggilnya seperti itu.
" Ada apa?!," tanyanya tegas dan mendesak. Bertahun-tahun ia tidak pernah berhubungan dengan tempat kelahirannya. Namun kali ini mendadak mereka menghubunginya di tengah malam seperti ini. Ia nyaris mampu melihat pandangan mata penasaran Anastacia setelah mendengar nada bicaranya. Entah mengapa mendengar panggilan itu hanya asumsi-asumsi buruk yang hadir di kepalanya.
" Lord Walford… Maksud saya, tuan Aaron ditangkap polisi…," jawab suara itu sedikit ragu-ragu. Tanpa sadar mata Felix membelalak mendengar berita ini.
" Apa?!."
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
" Sial!," seru Felix sembari membanting telepon genggamnya seenaknya. Tanpa sadar kakinya membawanya berjalan mondar-mandir hingga sebuah tangan menggenggam tangan kanannya. Ia pun berbalik menatap wajah khawatir Anastacia.
" Ada apa?," tanya Anastacia lembut. Felix menggelengkan kepalanya keras. Ia tak ingin membuat Anastacia khawatir.
" Felix, ada apa? Katakan saja padaku…," ujar Anastacia lagi. Felix menggelengkan kepalanya lagi.
" Tidak ada apa-apa…," jawabnya keras kepala. Padahal ia tahu jelas Anastacia mampu mengetahui bahwa ada sesuatu yang terjadi. Namun mendadak Anastacia menarik lengannya kuat-kuat membuatnya hilang keseimbangan dan nyaris terjatuh menimpa Anastacia. Untungnya refleksnya yang cepat membuatnya mampu menopang tubuhnya dengan tangannya. Saat ia menatap ke bawahnya, mata coklat hangat Anastacia menatap lurus ke arahnya.
" Anastacia…," gumamnya tanpa sengaja. Anastacia menatapnya dengan senyum sabar di wajah cantiknya.
" Felix… Topeng yang kau pakai di wajahmu ini sudah tak berguna lagi dihadapanku. Aku kira kau telah menyadari hal itu. Aku tahu ada sesuatu yang salah. Katakan padaku…," ujar Anastacia lembut namun Felix mampu mendengar kata-katanya itu adalah perintah. Felix pun menghembuskan napas pasrah.
" Tadi orang dari Palace memberitahuku bahwa… kakak kembarku Aaron, ditangkap polisi," ujarnya. Mata coklat Anastacia melebar karena terkejut. Namun yang selanjutnya keluar dari mulut Anastacia malah membuat Felix tercengang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doll Princess
FantasíaDahulu kala disaat pemerintahan para raja masih berkuasa di Eropa, Inggris mempunyai sebuah keluarga kerajaan tersendiri. Uniknya, pemerintahan dipimpin bukan hanya oleh seorang raja tetapi juga bersama lima orang kepala keluarga yang masing-masing...