•Like I Would•

333 59 4
                                    

Menjelang pukul 9 malam Yuta keluar dari gedung pernikahan setelah menyelesaikan jobnya yang sebagai seorang Disc Jockey. Dengan mulut yang mengunyah permen karet dan musik yang terputar di ponselnya ia berjalan menuju mobil. Tak sedikitpun ia berniat bergabung untuk sekedar minum-minum.

Itu karena malam ini Yuta ada janji dengan teman lamanya—ah tidak, tepatnya mantan kekasihnya yang bernama Sicheng. Pria cantik itu menunggunya di sebuah mall yang kini tengah Yuta tuju. Ya, mereka tetap menjalin pertemanan meskipun sama-sama berstatus mantan.

20 menit Yuta mengemudi, akhirnya ia tiba di mall yang dituju. Ketika menuju parkiran Yuta menyembulkan kepalanya dari jendela mobil, terlihat Sicheng sedang mengobrol bersama sepupunya.

Yuta turun dari mobil dan mendekati keduanya. Ia tersenyum tipis ketika mereka menoleh kearahnya. "Hey, aku harap kalian tidak menunggu sejak aku mengambil job." Ucapnya disertai tawa.

"Tentu saja tidak. Kami datang sejam yang lalu dan menghabiskan waktu dengan makan-makan." Jawab Sicheng diakhiri dengan senyuman lebar.

"Baguslah. Uhh.. Ayo." Mendadak ekspresi Yuta berubah canggung.

Sebenarnya tak apa jika ia dan Sicheng bertemu di sebuah cafe atau restoran, tapi kali ini, entah apa yang Sicheng pikirkan, pria cantik itu ingin berkunjung ke rumahnya! Bukannya tak suka, hanya saja Yuta merasa canggung jika harus mengobrol bersama mantan kekasih didepan keluarganya.

Mungkin Sicheng ingin tetap menjalin hubungan baik bersama keluarganya, entahlah. Tapi ada satu hal yang berhasil mengalihkan perhatian Yuta, yaitu saat ia berbalik. Samar-samar ia mendengar percakapan antara Sicheng dan sepupunya.

"Aku harap dia bisa membuatmu bahagia lagi."

"Terima kasih atas doamu Luke." 

Hanya itu yang Yuta dengar, setelahnya ia memutuskan mempercepat langkahnya menuju mobil. Yuta tidak mau dibuat berharap balikan dengan Sicheng jika kenyataannya Sicheng masih mencintai selebgram itu.

Ketika Sicheng memasuki mobilnya, mendadak mood Yuta menjadi berantakan. Bahkan di sepanjang perjalanan obrolan hanya di dominasi oleh Sicheng, Yuta hanya membalas seperlunya saja. Ia marah—marah karena Sicheng lebih memilih selebgram itu daripada dirinya.

Dan kemarahan Yuta berlangsung hingga ia tiba di rumahnya. Sicheng yang menyadarinya mulai tak enak hati, membuat pria cantik itu ragu menuruni mobil.

"Kalau kau lelah atau sedang badmood, lebih baik dibatalkan saja. Aku akan—"

"Tidak tidak. Aku baik-baik saja, sungguh." Yuta berusaha meyakinkan Sicheng melalui senyuman, walaupun sebenarnya dalam hati ia sedang marah pada pria cantik itu.

Pada akhirnya Sicheng memutuskan untuk percaya. Lagipula di lain hari belum tentu ia memiliki waktu untuk berkunjung ke rumah Yuta. Karena selain berkunjung, ia ingin tetap menjalin hubungan yang baik dengan keluarga Yuta.

Namun sayangnya tidak ada satupun orang yang terlihat didalam rumah. Hal ini tidak hanya membuat Sicheng bingung, tapi Yuta juga. Ia mengira ibu atau ayahnya sedang berada didapur, tapi setelah tiba disana ia justru mendapat sebuah note.

"Apa isinya?" Tanya Sicheng seraya melihat note yang dibawa Yuta.

Yuta membaca tulisannya sekilas sebelum akhirnya menghela nafas. "Orangtua ku sedang bepergian dan akan kembali satu jam lagi." Ucapnya malas.

Yuta meletakkan kembali note itu keatas meja dan membuang permen karetnya. Ia memutuskan untuk menyiapkan minum untuk dirinya dan Sicheng dengan amarah yang masih menyelimuti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Like I Would •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang