Titik Impas - Semester Ketiga

7 1 0
                                    

Semester Ketiga
Awal Rasa Itu Muncul

     Luka di jemariku berangsur mulai kering sakit yang selalu kambuh mulai berkurang intensitasnya, akan tetapi muncul luka baru yang nampaknya tidak sanggup aku langsung taklukan, persis seperti luka lama karena melibatkan perasaan yang sangat mendalam, sial. Lagi-lagi aku harus merasakannya untuk kesekian kali, sering sekali luka ini kambuh, seperti syndrome yang sewaktu-waktu bisa muncul kapan saja dan itu sangat menyakitkan setelah beberapa kali aku merasakannya, rasanya mungkin tidak sama begitu pula penyebabnya tidak sama, namun bagian mana yang terluka sama.
    Pagi hari itu tumben sekali matahari yang terik datang lebih pagi dan aku pikir aku terlambat untuk berangkat kerja, tapi ternyata tidak setelah aku memastikan jam tanganku menunjukan masih pukul delapan pagi, sial. Aku malah enak berdiam diri setelah lega mengetahui waktu masih lama, tapi aku tidak mau berlama-lama membuang waktu hingga aku jadi telat untuk datang ke kantor dan lalu aku bergegas keluar dari rumah menuju kantor melakukan pekerjaan hingga waktu selesai sore hari.
     Akhirnya setelah aku menyelesaikan semua pekerjaan langsung saja aku ingin menuju kampus tentu saja bukan karena hari ini aku sangat bersemangat untuk mengikuti perkuliahan, tetapi aku lebih suka berkumpul bersama kawan-kawan ku hehe..
     Setibanya di kampus aku langsung menuju kelas atas yang sudah terlihat begitu padat dari mulai lawang pintu, nampaknya dosen mata kuliah tersebut belum juga tiba entah terjebak macet, atau memang sedang berbaik hati untuk tidak mengisi perkuliahan hari ini, yang tentunya akan menjadi hari yang baik bagi para mahasiswa yang mayoritasnya adalah seorang karyawan, bukan karena mereka termasuk aku adalah orang yang malas, tapi karena kami bisa mengistirahatkan otak kami setelah pulang bekerja seharian penuh. Aku pun ketika itu tidak langsung memasuki kelas malah aku ikut diam diluar dengan mereka yang sedang melakukan kegiatan-kegiatan dasar, ya apalagi kalau bukan ada yang mengobrol, merokok sambil ngopi, bahkan hingga bermain game mobile. Setelah aku menyalakan rokok barulah aku mulai memasuki obrolan dengan beberapa kawan-kawan ku yang bisa aku ajak ngobrol dan aku pun menceritakan rencanaku untuk pergi berkemah, sekedar untuk menghilangkan kepenatan dalam hidup akhir-akhir ini.
     Tanpa sadar aku bercerita dengan sangat antusias untuk melakukan perkemahan, nampaknya mereka juga tertarik dengan rencanaku ini, dan benar saja ketika aku coba untuk mengajak mereka ke dalam rencana tersebut mereka mulai berpikir untuk menyesuaikan jadwal kapan kami akan pergi? Apa saja yang harus di persiapkan? Kemana kita? Dan semuanya yang akan kami lakukan nanti disana. Kami mulai memperluas ajakan kami kepada yang lainnya, akhirnya setelah kami mengajak setiap orang untuk mengikuti perkemahan maka terkumpul lah 8 orang yang benar-benar siap untuk berangkat di minggu selanjutnya. Sebenarnya aku tidak pernah memikirkan akan sebanyak ini yang ikut, tetapi tak apalah karena berkemah biasa akan lebih seru jika lebih banyak pesertanya.
     Hari itu pun tiba akhirnya tepatnya di hari menuju akhir pekan malam ketika baru saja menyelesaikan perkuliahan kami bergegas keluar kelas untuk bersiap-siap berangkat menuju tempat perkemahan sembari memeriksa apa ada sesuatu yang tertinggal atau belum dibeli, setelah memastikan semuanya aman dan tidak ada yang terlewat kami memulai perjalanan dengan berdoa bersama-sama, tentunya aku yang ditunjuk untuk memimpin berdoa dan perjalanan malam itu. Dan lalu aku segera memanaskan motor ku tanpa belum tahu dengan siapa partner ku nanti ketika diperjalanan, sontak aku terkejut saat semua sudah memiliki rekan perjalanan masing-masing hanya aku dan dia yang sepertinya saat itu belum tahu pergi dengan siapa? Aku sedikit terdiam sejenak ketika salah seorang teman berkata "kamu ini boncengan sama dia, jangan ngebut-ngebut ya!" Sambil pergi memalingkan badan dan menaiki motor yang ditunggangi, aku hanya dapat berkata. Ok, sambil berpikir mengapa bisa begitu pas aku disandingkan dengannya? Mengapa hanya aku yang diberikan tanggung jawab padanya selama diperjalanan? Tapi tak apa aku tidak keberatan sedikit pun. Malah, aku yakin perjalanan malam ini akan menyenangkan berbincang dengan dia.
     Obrolan kecil kita dimulai saat pertama kali aku memberi aba-aba untuk mulai menarik gas motor untuk melaju. Berbicara tentang dinginnya malam yang menelantarkan sepi seakan jarak selalu menjauh saat dihampiri hingga lebih lama untuk sampai pada tujuan, di sinari cahaya bulan purnama kian lama kian menguning hingga kemerahan menghantarkan pesan demi pesan yang tak hentinya ingin selalu kau dan aku sampaikan untuk tak mengenal apa itu sakit? Keadaan ini hanya menjadi terasa seperti cinta yang diam dan biarlah mekar menjalar dari kaki gunung menuju puncak menerbangkan lentera merobek langit menghantarkan rindu satu sama lain pada galaksi, dingin yang mencoba menusuk tembok yang dibangun dengan pondasi kokoh berbahan mesra tak mampu memberikan hantaman berarti bagi kau dan aku.
     Mengutarakan apa yang ku rasakan pada saat itu? Tidak, tidak sama sekali aku hanya ingin tahu lebih jauh dulu tentang dirimu, aku pun adalah seorang lelaki yang pemalu ketika mulai tertarik dengan seorang perempuan, tentunya aku perlu momen-momen yang lebih dari sekedar ini dan memastikan kau dan aku jatuh cinta bersama-sama dengan sukarela satu sama lain agar aku menggapai cakrawalamu.

Lanjutannya di semester keempat...

#perkemahan #camp #puisi #titikimpas #semesterkeempat

Titik Impas - Semester PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang