04. Kesimpulan

7 0 0
                                    

"Jangan jadikan kesalahan untuk pembenaran"

Langkah kaki mereka terhenti tepat di depan ruang kelas sebelas Ipa satu, Johan langsung masuk ketika melihat suasana kelas cukup sepi. Benar saja ini sedang jam istirahat, untung saja orang yang dicarinya masih berada di dalam kelas, dia duduk sendiri di pojok kelas. Johan tebak orang itu sedang menangis,

"Permisi kak," Anna buru-buru mengusap air matanya ketika Johan dan Nina datang menghampiri, pandangannya lalu menoleh kepada keduanya. Matanya masih terlihat sembab, "kak Anna, saya Johan." Johan memperkenalkan diri, lalu duduk di depan Anna. Nina memilih duduk di samping Anna.

Anna masih bergeming, dia enggan untuk membuka saura.

"Begini kak-"

"Kalau mau tanya masalah kemarin gue gak mau jawab," Kata Anna lugas memotong ucapan Johan, Johan sejenak berpikir.

"Kami tau kak, pasti berat buat kakak. Tapi demi kebaikan bersama, agar tidak bertambah berita palsu yang beredar. Kami ingin sedikit mengkonfirmasi dari kakak langsung." Nina mengangguk menyetujui ucapan Johan, Anna menghela nafas sebentar. Wajahnya sendu, air mata kembali memenuhi matanya,

Dia menghirup napas dalam-dalam, setelah mengusap air matanya sudah mengalir di pipinya, "oke gue mau cerita," Mereka berdua tersenyum puas mendengar keputusan Anna akhirnya.

"Kemarin pas istirahat seperti biasa, gue Arya sama Reza udah janjian buat ke kantin bareng. Kelas kami memang beda-beda, sampai kantin Arya minta gue buat beliin dia es kopi. Ya gue nurut beliin di kopi, tapi setelah gue beliin dia marah-marah ke gue. Gue lupa dia bawa gelas, dan seharusnya gue beliin dia pakai itu.

"Akhirnya kena semprot lah gue, emang gue juga sih yang salah. Terus Reza nawarin diri buat beliin lagi langsung pakai gelas Arya, dan Reza setuju. Waktu Reza beli minuman gue pergi sebentar," Anna mengusap cairan bening yang mengalir membasahi pipinya,

"Pas kak Reza beli minuman, kakak sempet pergi kemana?." Nina kembali membuka suara, ia memicingkan matanya curiga.

"Gue ke toilet,"

"Kakak ke toilet ngapain?." Nina menggebu-gebu, "Dia ke toilet cuci muka, karena nggak mau ketahuan nangis di depan kak Arya." Nina memelototi Johan karena Johan yang menjawab bukan Anna,

"Seperti yang dibilang Johan, setelah kita udah kumpul lagi nggak lama kejadian itu terjadi." Air matanya semakin deras membasahi pipinya, Nina merasa kasihan terhadap Anna pasti dia sangat terpukul. Dia mencoba merangkul bahu Anna berusaha menenangkan,

"Kakak tau kebiasan kak Arya selalu bawa botol?." Anna mengangguk, "Iya karena dia nggak bisa minum air putih selain, air yang dibawa dari rumahnya. Dan hari itu gue bener-bener lupa beliin dia langsung nggak dari tempat minum yang dia bawa." Nina merasa sudah cukup menanyai Anna, dia kasihan melihat Anna.

Suasana kantin cukup ramai, beberapa murid memadati ruangan itu. Butuh waktu sedikit lama untuk mengantri makanan, akhirnya perjuangan Johan tidak sia-sia walaupun dirinya harus ikut antri berdesak-desakan untuk mendapat dua porsi makanan dan minuman. Di tangannya dia membawa sebuah nampan yang berisi semangkuk mie ayam dan semangkuk bakso tak lupa dua gelas es jeruk.

Mata Nina berbinar ketika semangkuk mie ayam sudah terhidang di depannya, tangannya sigap mengambil garpu dan sendok. Dia sudah sibuk dengan makanannya, sementara Johan dia masih termenung.

"Itu kalau nggak mau di makan mending buat gue deh." Nina berkomentar, Johan sekilas melirik Nina lalu mengambil sendok dan garpu di hadapannya. Dia mulai memotong gumpalan daging yang berbentuk bulat itu menjadi lebih kecil agar mudah di masukan kedalam mulutnya. Keduanya terdiam sampai mereka selesai makan, Nina meneguk es jeruk hingga tetes terakhir. Dia juga memakan es batu yang menurut Johan membuat gigi ngilu,

4+1 Sekawan : Crypto PartyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang