PRIA ITU_Part 1

18 1 0
                                    

Sebuah malam biasa bagi dua orang perempuan yang bersahabat selama 3 tahun lamanya membuat rencana janji temu untuk menghabiskan waktu weekend bersama di esok hari.

"Fis, besok lu dateng ke bojongnya jam 7 udah di stasiun ya."

Dalam rencana yang mereka buat, Ayu dan Fisa akan pergi ke sebuah kafe yang berada di tepi jurang di daerah puncak yang mereka ingin datangi sejak beberapa bulan lalu.

Keesokan harinya Fisa sudah bangun lebih awal dari biasanya. Saat ia mengecek ponselnya, Ayu telah memberitahu adanya perubahan rencana.

Ayu memundurkan jamnya menjadi pukul 10 sebab seorang teman pria yang akan menemani perjalanan mereka mengundurkan diri dari rencana karena suatu urusan mendadak. Alhasil Fisa mencari cara untuk membunuh waktunya yang masih banyak.

Setelah mengabari Fisa atas perubahan rencana mereka, Ayu hanya bersantai merebahkan tubuhnya sambil membuka instagram, deretan foto motor dan helm cukup memenuhi laman instagram miliknya hingga akhirnya rasa bosan menghampiri dan Ayu memutuskan untuk menonton youtube motovlog. Saking asyiknya menonton, detik demi detik terlewati hingga Ayu lupa waktu.

“Yu, gua udah mau otw ya.”

Nampak notifikasi pesan dari Fisa, yang hanya disingkirkan dari layar ponselnya dan tak mengubah posisi Ayu sedikitpun di ranjang empuknya. Setelah rasa bosan sudah mulai menggerogoti, Ayu memutuskan untuk mandi dan bersiap-siap.

Akibat terlalu santai, selesai mandi Ayu baru tersadar bahwa jaket yang akan ia kenakan belum disetrika. Akhirnya dengan gerakan secepat kilat Ayu bergerak mencari setrika dan langsung menyetrika jaketnya.
Ayu mendengar suara getaran dari ponselnya namun tak ia gubris, ia tahu bahwa Fisa sudah tiba di stasiun, alhasil jaket yang belum rapi dengan sempurna langsung Ayu kenakan dan dengan asal Ayu memakai bedak seperlunya.

Terdengar suara notifikasi semakin berisik, mengganggu telinga Ayu akhirnya Ayu mengangkat telpon dari Fisa dan terdengar teriakan Fisa.

“Ayuuu,, cepetan jemput”

Ayu hanya menjawab dengan santai “Iyaa iyaa otw”
Lalu telpon dimatikan.

Setelah mengeluarkan motornya dan membawa 2 helm, tanpa memanaskan mesin terlebih dahulu Ayu langsung menarik gas motornya, karena Ayu tahu bahwa Fisa kalau sudah cerewet bisa membuat ponselnya tak tenang, selalu bergetar tanpa henti.

Tarikan gas yang Ayu berikan pada motornya seimbang dengan berpacunya waktu, Ayu melesat begitu cepat di atas kuda besinya itu, lubang dan lalu lalang kendaraan lain tak menjadi hambatan ayu untuk tetap terus menarik gas motornya hingga sepertinya ia lupa dimana letak rem motor yang sesungguhnya.

Benar saja tak sampai lima belas  menit Ayu sudah sampai di depan stasiun, disusul oleh langkah Fisa menghampiri Ayu. Tanpa basa-basi lagi Ayu segera memberikan helmnya kepada Fisa.

“Langsung nih?” Tanya Fisa heran.

“Iya langsung.”

Terik yang sangat menyengat, perjalanan yang jauh dan berada diantara truk-truk besar tak mematahkan semangat kedua gadis itu untuk terus melenggang di jalan raya. Lelah semakin yang meronta dan tetes keringat yang mengalir terbayarkan sudah dengan pemandangan pepohonan asri nan sejuk di sisi jalan.

Fisa sampai kagum melihat sekitar, kesibukan orang disekitarnya membuat Fisa sulit mendapatkan pengalaman seperti ini. Tak ada hentinya mulutnya berdecak kagum mengucap kata "wah".

Semakin mendekat ke tempat yang dituju, jalanan yang ada semakin mengerucut menjadi jalanan kampung, jalan rusak dan tanjakan seperti menanti untuk dilewati.

Truly Stories [OneShoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang