00 : YSJJ

35 4 28
                                    

Hello darkness my old friend, I've come to talk with you again.

Ruangan dingin, meja yang dipenuhi berkas, lagu barat jadul yang diputar dengan volume kecil, dan sebuah komputer yang screensaver-nya sedang menyala menampilkan warna-warna kontras yang bergerak kesana-kemari.

Because a vision softly creeping.

Ruangan kecil yang dingin ini ditempati oleh Kang Yeosang, ketua dari tim agen detektif YSJJ yang berisikan empat orang detektif muda yang berpengalaman dan cerdas. Namun, dari empat anggota, hanya ada dua saat ini, ketua itu sendiri dan salah satu anggotanya, Choi Jongho.

Left it seed while I was sleeping.

"Mereka meliputnya di berita malam itu," kata pria berusia dua puluh lima tahun yang sering dipanggil Jongho, sambil berdiri menyandar ke meja milik Yeosang.

And the vision that was planted in my brain,

"Secepat itukah?" tanya Yeosang, yang lebih tua empat tahun dari Jongho.

Still remains.

"Ya, salah satu pelapor adalah orang kaya, ia langsung melapor kepada media massa supaya pihak sana semakin dirugikan."

Within a sound of silence.

Pria bersuara berat bermarga Kang terkekeh. "Uang terus yang bicara."

Jongho, yang sering dijuluki Si Penggila Kopi, belum menjawab apa-apa hingga terdengar pintu ruangan yang diketuk. Yeosang tadinya mau menjawab, "Masuk," tapi tanpa disuruh, pintu dibuka dan menampilkan dua pria yang seumur dengan Jongho, yang adalah bagian dari YSJJ. Yang satu pria pendek dengan pipi yang chubby alami bernama Han Jisung, yang satu pria yang tinggi, Choi Soobin.

YSJJ, singkatan dari empat nama, Yeosang, Soobin, Jongho, dan Jisung. Empat detektif dengan kepribadian yang berbeda-beda, masing-masing dengan talenta dan kekurangannya, membuat mereka semua saling melengkapi.

"Aku pulang, saudara-saudaraku," kata Jisung, sambil membuat nada di kalimatnya.

Yeosang mengangkat kepalanya dan menatap dua insan yang baru terlihat eksistensinya setelah seminggu pergi bertugas ke kota lain. "Bagaimana tugas kalian? Menyenangkan bukan?" tanya Yeosang sambil menampilkan seringaian.

"Menyenangkan kepalamu, kami harus bersembunyi dan menginap di kolong jembatan untuk menghindari kejaran," jawab Soobin dengan sedikit sarkas, yang makin menyiratkan dirinya dan Jisung tertekan selama penugasan.

Jongho terkekeh, sementara Yeosang tersenyum dan berdiri. "Oke, aku mau mengajakmu makan malam bersama nanti."

Soobin menatapnya dengan tanya. Lalu Yeosang berkata kepada Jongho, "Pesankan sebotol sianida untuk Soobin nanti. Larutkan di minumannya."

Jisung tertawa, "Soobin, aku tidak ikutan."

Semua yang ada di ruangan itu pecah dalam tawa. Setelah beberapa saat menenangkan diri, Jongho kembali bersuara, "Mana oleh-olehnya? Katanya membawa buah tangan."

"Ah! Ya sampai lupa," jawab Soobin kemudian ia menggeledah tasnya dan mengeluarkan sebuah bungkusan dan menyerahkannya kepada Jongho. "Ini, bubuk kopi asli."

Jongho langsung sumringah. "Terima kasih. Ini bukan bubuk kopi pewangi ruangan itu, kan?"

Jisung menjawab, "Sepertinya tidak, tapi kalau besok kau ditemukan tak bernyawa selepas minum kopi ini, bisa jadi ya." Kemudian mereka tertawa lagi.

Yeosang menyahut, "Bagaimana denganku? Apa kau lupa dengan ketua?"

"Oh! Tenang kak, kami punya sesuatu spesial untukmu," ujar Jisung lalu mengambil sesuatu dari tas milik Soobin tanpa izin—tak perlu heran, mereka berdua sudah terbiasa seperti itu. Kemudian, Jisung memberikan sebuah botol kaca kecil kepada Yeosang. "Aku tahu kau suka ini, jadi aku mengambil vodka yang disediakan di hotel yang tidak aku minum."

Yeosang menerimanya dan melihat label minuman beralkohol itu. "Kau tahu, minuman alkohol buatan sana rasanya buruk sekali."

Soobin tertawa dan sedikit kaget awalnya. "Maaf aku tidak tahu."

"Aromanya terlalu kuat," tambah Jisung.

Tatapan menyelidik dari Yeosang memindai mereka berdua. "Kalian kalau ada dendam denganku bilang saja, tak perlu menunjukkannya dengan kode. Seperti perempuan saja." Lalu, Yeosang membuka tutup botolnya dan bau menyengat dari perasa stroberi menguar. Tanpa berkeberatan, Yeosang langsung mencicipinya. Sudah sekian lama dia tidak minum minuman beralkohol, semenjak ia hanya meminumnya saat stres.

"Kau kuat sekali minumnya," sahut Jisung yang sedikit terkesan. "Aku langsung minum banyak air putih setelahnya."

Soobin menambahkan, "Memalukan sekali, di hotel pula."

"Kalau Eunbin tahu aku mungkin dimarahi," jawab Yeosang—mengingat Eunbin istrinya yang sangat tidak suka alkohol—lalu menutup botolnya lalu meletakkannya di meja. "Lebih baik disimpan di sini saja."

"Hati-hati nanti kalau Eunsang datang dia akan mencobanya," peringat Jongho.

Soobin dan Jisung tertawa. "Bisa dipastikan kau akan tidur di parkiran," kata Jisung.

Mereka berlanjut bercakap-cakap ringan, mulai dari Soobin dan Jisung yang saling membalap berbagi cerita selama bertugas, sampai curahan hati Yeosang yang merasa kesulitan mengurusi anak. Setelah beberapa jam mengobrol, Jisung menepuk pundak Soobin. "Soobin, mumpung libur, mau main playstation di apartemenku?"

Soobin mengangguk bersemangat dan wajahnya berseri-seri. "Mau, mau!" jawabnya seperti seorang anak kecil.

Jisung menampilkan senyuman lebarnya lalu berdiri. "Kalau begitu kami pamit duluan, lelah sekali."

Jongho dan Yeosang membalas ucapan selamat tinggal mereka.

Dua hari itu merupakan hari yang menyenangkan sesaat sebelum bencana besar tiba. Memang, tak ada yang tahu kapan sebuah kejadian buruk akan terjadi, tapi Jongho dan Yeosang berharap mereka bisa lebih menghargai kebersamaan mereka dengan YSJJ.

(8/6/2021)

S/0 ft. JongSangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang