"Mas, baskomnya satu."
Di hari yang cerah nan terik, Liu Zhang masih mendapat rezeki berwujud Lin Mo yang membawa uang untuk membeli baskomnya. Setiap hari anak itu memang selalu ke sini membeli baskom untuk mamanya tercinta. Liu Zhang juga tidak mau tahu, yang penting dagangannya laku.
"Oke, yang warna mana, dek Lin Mo?"
"Hari ini mama maunya yang motif batik Megamendung."
"Oh, ini. Bilang terima kasih sama mama kamu, ya."
Liu Zhang cuma pernah bertemu sekali dengan mamanya Lin Mo ketika hari itu si bocah ada les sampai sore dan tidak sempat disuruh mamanya beli baskom. Mamanya datang hanya dengan memakai piyama lope-lope dan sandal crocs. Dia adalah perwujudan nyata dari manusia yang shining, glowing, shimmering, dan amazing. Geulis pisan, euy. Bodo amat, sih ... yang penting dagangannya laku (2).
"Oke."
"Abang!"
Lin Mo menghela napas. Ada si kembar nakal rupanya. Mereka adalah adik abang bakso di kompleks sini, namanya Nine dan Patrick. Mereka adalah kembar yang terkenal karena kenakalannya. Karena sepantaran, kadang Lin Mo juga bermain bersama mereka.
"Lin Mo, hari ini kita menggambar di tembok rumahnya Cakbo, yuk!" Ajak Patrick sesat. Ia memakai kacamata hitam dan membawa tas kecil.
"Benar! Catnya masih bagus, Mo!" Nine berbinar-binar. Berbeda dengan saudara kembarnya yang nyentrik, Nine tampil apa adanya dengan kaos b*b*iboy dan celana pendek.
"Oke, aku mau nganter baskom ini dulu ke mama aku, kalian ikut aja sekalian ke rumah."
"Gapapa nih, Mo? Kalau mamamu tahu kegiatan kita gimana?"
"Mama udah tahu, kok. Yuk gaskeun!"
Akhirnya tiga bocah kecil itu berjalan bersamanya menuju rumah besar milik Lin Mo dan mamanya. Lin Mo membuka pintu depan dan masuk bersama mereka. Nine dan Patrick belum pernah bertemu dengan mamanya Lin Mo, mereka jadi agak khawatir akan dimarahi.
"Mama! Aku pulang bawa baskomnya!"
"Taruh di meja, eh, siapa mereka, Lin Mo?"
Nine melihat ada seseorang yang muncul dari balik dinding dan masih mengenakan bathrobe. Ada kilau-kilau yang berada di sekelilingnya. Sampai Nine harus berkedip beberapa kali memastikan ini bukan fatamorgana. Indah ... indah sekali. Wajahnya, matanya, rambutnya, bulu matanya ... tidak ada yang kurang dari penampilannya. Baru kali ini Nine melihat manusia seindah itu.
Lalu tanpa sadar ia berlutut.
"Tolong sucikan saya, Yang Mulia."
"Lin Mo, kenapa dia?" Tanya mahluk indah itu.
Lin Mo tidak peduli. "Kesurupan kali, ma. Lin Mo mau main dulu, ya!"
"Tapi jangan ke rumah Cakbo, ya. Kemarin mama dikasih tahu gejrot sama dia. Di rumah Keyu saja."
"Oke, ma!"
Selepas ketiganya keluar, Patrick masih melihat Nine yang belum sadar dari alam khayalnya. Ia meminta bantuan pada Lin Mo.
"Mo, tadi itu mama kamu, ya?"
Lin Mo mengangguk.
"Terus gimana kita balikin Nine biar sadar? Apa kita ke rumah Ustadz Cakbo dulu buat rukiyah dia?"
"Nanti dia balik sendiri, Pat. Orang kalau pertama kali ketemu mama aku semuanya kaya gitu."
Patrick menegang bahu Lin Mo, mengguncang tidak percaya. "Bukankah itu berbahaya, Lin Mo? Mamamu udah kayak Medusa!"
"Iya, emang dia Medusa." Anaknya sendiri tidak membantah hal tersebut.
"Kamu gak keberatan mamamu dikatain kaya Medusa?!"
"Gak penting anjir." Balas Lin Mo. "Ayo seret Nine aja ke rumah mas Keyu."
Mereka tiba di rumah seseorang yang disebut sebagai Keyu. Patrick mengeluarkan krayon dari tas kecil yang ia bawa dan membaginya pada Nine dan Lin Mo. Tapi Nine masih belum sadar dan terus melongo.
"Berapa lama efeknya, Mo?" Tanya Patrick. Bisa-bisa saudara kembarnya melongo seumur hidup, kan susah.
"Paling satu dikali dua puluh empat jam." Jawab Lin Mo santai.
"Mamamu beneran Medusa!"
"Aku malah heran kenapa kau gak ikutan bengong kaya Nine." Kata Lin Mo. Patrick melepas kacamata hitam yang ia pakai.
"Aku tahu, ini adalah penangkal!"
"Bodo amat njir."
Mereka memulai membuat gambaran di tembok rumah Keyu. Lin Mo menggambar kerajaan ubur-ubur, sementara Patrick menggambar S*nda Empire. Nine? Dia masih belum kembali.
"Hei, apa yang kalian lakukan?"
Seseorang datang. Patrick berbisik pada Lin Mo. "Mo, gimana nih. Itu mas Keyu."
"Gimana lagi ... KABURRRR."
Ketiganya segera berlari kencang. Cuma Lin Mo dan Patrick, sih. Sementara Nine diseret keduanya biar lebih praktis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kompleks Chuang
FanfictionKehidupan sehari-hari penghuni kompleks Chuang. Dari penjual baskom sampai selebgram, semuanya ada! Nothing related to real life. Read for fun! Basically main cast is debuted member, but i would think again and add the tag if i want to add others. S...