sunflower

276 41 6
                                    

—Start.

Yūta sangat tahu gadis itu begitu menyukai bunga matahari. Setiap kali pergi ke taman bunga, wajahnya selalu sumringah menatap bunga-bunga besar berwarna kuning itu berdiri berjejeran. Walaupun terkadang bunga dari famili Asteraceae itu memiliki ukuran lebih tinggi dari sang gadis, ia justru tertawa; seolah menertawakan tubuhnya sendiri yang mungil.

Pun hari ini, kekasih hatinya tidak absen memerhatikan tumbuhan tersebut yang menyembul dari balik pagar rumah seorang warga, saat mereka tengah dalam perjalanan pulang dari supermarket dengan berjalan kaki.

“Hei, [Name], perhatikan jalan. Nanti kamu tersandung,” Yūta memperingatkan, lembut sekali nada suaranya.

[Name] tersadar, kemudian memerhatikan jalan di depannya yang sedikit berbatu. Mungkin bekas anak-anak bermain. Dengan lincah ia berjalan menghindari batu-batu kerikil tersebut, masih dengan senyum sumringah-nya. Kepalanya menoleh untuk yang terakhir kali, menatap bunga matahari yang sudah terlihat kecil di belakangnya.

“Yūta-kun, bunga matahari itu cantik sekali, ya!” serunya, membuat Yūta mengacak rambutnya gemas.

Lelaki itu tersenyum, begitu meneduhkan. “Aku tahu itu,” pungkasnya.

🌻

Sunflower © miyatsumuswife

Sunflower Collab © SwansCollab

Jujutsu Kaisen © Gege Akutami-sensei

Warning: maybe OOC and typo(s).

Genre: Fanfiction, Romance, Fluff.

🌻

Sekarang sudah memasuki musim panas. [Name] menghidupkan kipas angin, mengusir panas yang datang akibat cuaca yang terik.

Ponsel gadis itu tiba-tuba berbunyi. Dengan sedikit malas ia mengecek siapa yang mengiriminya pesan. Matanya yang setrngah tertutup langsung membelalak tatkala membaca pesan dari Yūta.

Jalan-jalan keluar sebentar, yuk. Kita cari es krim.

Ia menimbang-nimbang sejenak. Jarum pendek dari jam di meja belajarnya menunjuk angka tiga. Sudah pukul tiga sore, namun cuaca masih sama teriknya dengan dua jam lalu.

Aku yang traktir. Kita bawa payung saja sekalian. Begitu isi pesan susulan dari Yūta, seolah mampu membaca pikirannya.

Tanpa berpikir dua kali, sang gadis membalas pesan itu dengan kata 'OK' dan bergegas, langsung bersiap.

Kapan lagi ditraktir es krim, bukan? Begitu kira-kira pikirnya.

Tidak butuh waktu lama baginya untuk bersiap. Cukup memakai kaos pendek yang tidak membuatnya gerah, celana denim panjang, dan sandal. Setelah mematut diri di depan cermin, ia berlari keluar kamarnya dengan riang, seraya bersenandung ceria.

“Oh, iya, bawa payung,” ucapnya seraya menepuk dahi sendiri. Ia menyambar payung berwarna biru cerah yang diletakkan dalam tempat payung di dekat pintu.

Setelah dirasa ia sudah mengunci pintu kamarnya dengan baik, [Name] berjalan menyusuri lorong. Sesekali menolehkan kepalanya ke sana kemari, memantau keadaan sekolah yang sepi.

Sunflower | Yūta OkkotsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang