03

454 63 11
                                    

Karena merasa urusannya sudah selesai. Luci, Kian, dan Leo pamit pulang. Yahh, walau ada sedikit drama saat Jordan ingin ikut bersama dengannya dan Raiden yang tidak mengizinkan Jordan. Karena tidak di izinkan, Jordan mulai merengek seperti anak kecil.

"Jika Jordan menuruti apa kata papa Jordan, Jordan boleh datang bermain ke rumah kakak." Ucap Luci lembut.

"Benarkah?" Luci hanya menjawab dengan anggukan.

"Jika kakak tidak sibuk, Jordan boleh datang ke rumah kakak." Senyum merekah datang di wajah Jordan.

Luci dan teman-temannya melangkah pergi menuju ke mobilnya yang terparkir di depan cafe.

"Kau yakin menjanjikan hal itu ke Jordan?" Tanya Kian.

"Tak apa. Dia hanya anak kecil yang kesepian, lagipula aku juga merasa kesepian di rumah seorang diri." Ucap Luci sembari menyetir.

"Bagaimana kau tahu kalau dia kesepian?" Tanya Leo tampak bingung.

"Sepertinya dia hanya mendapat pembullyan saat disekolah dan di rumah sepertinya dia tidak punya teman."

"Rumahnya kan ada di jalan Zenash. Sudah dipastikan dia hanya memiliki Raiden saja." Lanjut Luci.

____

Beberapa minggu telah berlalu. Kini Luci sedang sibuk dengan skripsinya. Oh! aku lupa memberitahu kalian jika Luci, Kian, dan Leo adalah mahasiswa semester akhir yang sedang dipusingkan dengan skripsi.

"Kenapa susah sekali menemukan beberapa jurnalnya." Keluh Leo dan di angguki lesu oleh Kian.

"Bisa diam tidak? Kita di perpustakaan, kalian akan ditendang keluar jika berisik sekali lagi." Ucap Luci dengan lirih.

"Ini sangat susah." Keluh Leo lagi namun dengan lirih.

"Astaga. Leo, ini bukan pertama kalinya kau mengerjakan skripsi." Ucap Luci kesal.

"Tetap saja. Tingkat kesulitannya meningkat dari sebelumnya." Ucap Leo dan di angguki oleh Kian.

Benar. Mereka sedang mengerjakan skripsi demi mendapatkan gelar magister. Bukan keinginan diri mereka sendiri, namun keinginan orang tua mereka yang menginginkan gelar tersebut agar anaknya dapat meneruskan bisnisnya.

Suasana kembali tenang. Mereka kembali fokus mengerjakan skripsinya, namun seseorang datang menghampiri meja Luci dan menepuk pundak Luci.

"Oh! Ada apa bapak datang kesini?" Tanya Luci saat tahu siapa yang menepuk pundaknya.

"Jordan menanyakanmu."

"Kalau begitu datanglah besok. Kebetulan besok saya tidak punya jadwal apapun."

"Kalau sekarang?"

"Saya senggang jam 3 sore."

"Dia ingin menginap di rumahmu."

"Hah! Bapak serius?"

"Yes. Jordan berada di ruangan saya sekarang, dia sudah merengek dari kemarin."

Luci yang mendengar hal itu hanya bisa merasa kasihan. Apalagi saat melihat mata Raiden yang tampak lelah, ia menjadi merasa bersalah. Luci mulai membereskan barang-barangnya dengan tergesa-gesa, Kian dan Leo yang melihatnya hanya diam. Mereka malas ikut campur, lebih baik menyelesaikan skripsinya daripada ikut campur urusan sahabatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNIVERSITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang