EMPAT

1.8K 310 49
                                    

“Tsumu, pulang yuk..” Aku meyeka air mataku dan mengangguki permintaan Osamu. Kami melangkah pergi dari pemakaman, setelah mengucapkan selamat tinggal kepada mama dan papa.

“Tuhan, ini bukan permohonanku.” Batinku.

---

“Tsumu, samu gak ngerti sama isi buku ini. kayaknya liburan kali ini Tsumu yang nentuin tempatnya.” Ujar Osamu yang masih berdiri pada sisi tangga ranjang tingkat.

“Sini” Aku menarik Osamu untuk naik keatas ranjang dan berbaring bersama denganku. Sedari dulu Osamu ingin tidur di ranjang atas, tapi aku selalu membantahnya karena takut ia akan jatuh.

“Tsumu juga ga ngerti.” Aku cepat-cepat menyembunyikan buku yang diberikan ayah ke balik bantal. Sebenarnya buku cerita yang ayah berikan kali ini cukup menarik perhatianku, walaupun harus merasa pusing dan mual, aku terus mengulang membacanya hingga mengerti.  “Nanti Samu aja yang milih tempat liburannya.”  Ucapku lagi.

“Yah,.. Tsumu kok gitu, sih?” Osamu mencubit kedua pipi-ku dengan tangannya.

“Tidur, besok sekolah.” Gumamku mengajaknya melipat kedua tangan dan segera memanjatkan doa sebelum tidur.

“Tsumu mau buat seribu bangau kertas biar Samu bisa sembuh.” Gumamku. Kukira Osamu mendengarnya, saat kulihat ia sudah tertidur sangat lelap.

“Selamat malam, samu.” Aku memeluknya erat.

---

“Shin, lo udah urus berkas yang gw minta?” Tanyaku pada Shinsuke yang sedang duduk di meja kerjanya, tak jauh dariku. Wajahnya sudah terlihat lelah malam ini.

Sepeninggalan kedua orangtuaku, aku memutuskan untuk menghandle pekerjaan di perusahaan Papa. Sebagian pegawai pertama kali mengira kalau aku adalah Osamu, tak terhitung beberapa pegawai yang sikapnya semena-mena dihadapanku. Sudah kuduga kalau mereka akan menganggap spele adik kembarku.

Sayang sekali, yang ada dihadapan mereka sekarang adalah kakak kembarnya, Miya Atsumu.

“Lo- loh, yang bener aja sih?” Shinsuke menghempas beberapa dokumen di mejanya, ia berjalan kearahku yang sedang duduk di kursi dengan kedua kaki di atas meja.

“Lo mau balik nama seluruh asset perusahaan pake nama Osamu? Gila, ya! Lo masih punya keinginan buat mati, Tsum?” Salah satu tangannya meraih dan menarik dasi yang aku kenakan.

Aku tahu Shinsuke tak akan pernah menyetujui keputusanku yang satu ini.

“Kalau lo mau donor, lo gak harus mati.” Ia mengguncang tubuhku berkali-kali.

Transplantasi hati memang tidak akan merenggut nyawa. Aku pernah berkonsultasi dengan dokter yang menangani Osamu sedari kecil, ia menyatakan bahwa beberapa pendonor hati yang pernah ia tangani sebelumnya tetap dalam keadaan sehat dan tidak mengalami komplikasi apapun setelah sebagian hatinya di donorkan.

Tentu saja hal itu adalah berita yang menyenangkan suasana hatiku, dan aku sangat ingin melakukannya. Namun aku sangat ingat kata-kata papa saat ia sedang berbincang-bincang dengan dokter mengenai Transplantasi hati, dan aku sangat menyetujui apa yang papa pikirkan sekarang.

“Minum yuk.” Aku menepis tangan shinsuke, ia mendecik kesal.

.

“Uh,.. pusing banget.” Saat membuka mata, aku sudah berada di atas ranjang. Sulit rasanya mengingat kejadian beberapa saat lalu, sepertinya aku mabuk berat.

GUBRAKKKK!
“SAMU!” Tubuhku refleks bangkit begitu saja setelah terdengar suara dentuman yang kuat dari luar kamarku. Kulihat pintu kamar Osamu yang masih terbuka, tapi aku tak menemukannya didalam.

Your Wish - Miya Atsumu [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang