1. TIDAK MUDAH

0 0 0
                                    

"Vi, bangun. lo kayaknya di trotoar juga bisa tidur ya. Bangun vi, ayok ke kantin gue laper tauuu" ujar perempuan berpipi cubby itu pada teman semejanya yang sudah sejak tadi tak kunjung membuka matanya, mungkin dunia mimpinya sedang sangat menyenangkan saat ini. Berkali kali Calya arsyana swasti mengoncang tangan temannya itu tapi yang keluar hanya sebuah gumaman secukupnya.

" iya iya, cal, tapi gue masih ngantuk, kemaren malem ga bisa tidur" katanya masih dengan mata yang tertutup rapat. "coba ajak dipa, fitry kek, atau sepa" timpalnya lagi memberi saran tak ingin di ganggu lagi.

"yaudah, gue pergi. Gue ga mau ya lo ngadu asam lambung lo naik karna ga makan dari pagi, gue ga mau denger" timpal calya kesal pada temannya itu lalu pergi begitu saja meninggalkan perempuan itu yang kini masih asik dengan mimpinya.

Sedetik yang lalu nampaknya mimpinya begitu indah, mungkin kini dia mengingat ada yang lebih indah di dunia nyata.

"calyaaa, yaaa. Ishhh calyaaa" ucap perempuan itu sedikit berteriak pada temannya yang kini sudah berjalan duluan, masih menyimpan kesal padanya.

" jangan ngambek gitu, pipi lo bisa bisa makin gedek tau" kata perempuan bernama Alvisa Manuela Ardhana yang kini sudah berhasil mensejajarkan langkahnya pada calya

"kenapa? Bukannya lo ga tidur semalaman kok sekarang bisa seger tuh muka"

"iyaa tapi gue laper juga, ga mau kambuh asam lambung gue"

" gue tau bukan karna itu, jangan anggap gue baru sehari deh beteman sama lo" gerutu calya pada alvisa, sudah paham pada tingkah gila temannya itu, dan hanya di balas kekehan kecil oleh alvisa.

" lo emang temen gue yang palingggggg paham" ucap alvisa menekankan di kata paling paham.

Mereka berdua berjalan santai ke arah kantin, markas segala siswa berkeluh kesah. Melewati beberapa kelas karna memang kelas mereka terletak paling ujung.
Begitu sampai di kantin calya langasung mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru mencari teman temannya yang lain. Sedangkan alvisa masih asik melihat foto yang kemarin sore di ambil bersama agam sepupunya.

"vi"

"emm" jawab perempuan itu singkat, malas bersuara karna kini fokusnya masih pada foto foto cantik di galeri ponselnya itu

"dipa, fitri, sama sepa duduk bareng agam"

"terus"

"ish.. Coba otak lu ikut bekerja" umpat calya, kini kesalnya berlipat pada alvisa

" hah! BERARTI DUDUK BARENG ERLAND DONG"

"Ga usah teriak teriak, sekarang lo diliatin sama sekantin" ucap calya sambil sedikit menarik tangan temannya itu, meski sedikit berbohong soal di lihatin sekantin tapi memang ada beberapa orang yg berada di dekat mereka kini memperhatikan.

Mereka berdua berjalan bersamaan kearah tempat yang mereka maksud tadi, calya terus menahan tangan alvisa, takut takut bila di lepas dia akan lari dan langsung mengarah ke erland, dia sudah tau sifat malu maluin temannya yang satu itu.

"vi"

"emm" diluar dugaan biasanya alvisa yang langsung menggoda erland kini dia masih fokus pada ponselnya, tapi tetap saja, dia mangambil duduk tepat di depan lelaki itu

" bayarin gue ya" ucap agam, meski dia tau hal yang sebaliknya lah yang akan terjadi

"bagus ga?" kata alvisa semangat menunjukan foto dirinya di ponsel pada erland yang ada didepannya, dan tak memperdulikan agam

"sabar, sedarah bakal kalah sama yang setulang rusuk" ucap praba sambil menepuk nepuk pundak agam pelan lalu tertawa kecil melihat nasib temannya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Old WoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang