Prolog

16 1 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ayu, dengan rambut model pendek segi sebahunya, bergegas pergi ke sekolah dengan membawa ransel dan mengenakan sepatu sesuka hatinya tanpa mengikuti aturan sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayu, dengan rambut model pendek segi sebahunya, bergegas pergi ke sekolah dengan membawa ransel dan mengenakan sepatu sesuka hatinya tanpa mengikuti aturan sekolah. Dia tampak tidak terlalu bersemangat di hari pertamanya dan dengan santai menaiki mobil jemputan dari sekolahnya.

"Hari pertamaku di kelas 8. Semua tampak baik-baik saja. Tapi rasanya masih terasa malas karena libur panjang kemarin, ditambah semua terasa membosankan semenjak aku putus dengan pacarku di kelas 7," pikir Ayu sambil melirik ke luar jendela.

"Apakah kali ini aku harus mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah?" tanya Ayu pada Dina, teman karibnya yang sekarang satu kelas kembali di kelas 8.

"Iya, Yu. Lebih baik sepulang sekolah kamu ikut aku ke GOR Citra untuk ikut ekskul basket. Seru loh, apalagi kamu bisa sekalian cuci mata di sana," jawab Dina sambil melempar senyuman.

"Iya, Din... Dasar kamu tuh mau ekskul atau modus sih?" balas Ayu sambil mencubit tangannya.

"Ya, dua-duanya boleh deh. Aku kan jomblo akut, tak tahu rasanya berpacaran. Gak kayak Ayu, bucin terus," ledek Dina padanya.

Lonceng sekolah pun berbunyi menandakan kelas pertama dimulai.

"Din, satu bangku denganku yuk," ajak Ayu sambil menarik tangan Dina menuju bangku paling belakang.

Ya, bangku belakang menjadi bangku favorit Ayu. Biasalah, anak yang tidak terlalu peduli dengan pelajaran.

"Yu, kok belakang sih? Kebiasaan kamu tuh! Gimana mau masuk peringkat 10 besar?" tanya Dina dengan cemas.

"Di belakang bukan berarti bodoh, bangku belakang ini hanya untuk orang-orang yang cukup pintar! Biarkan saja yang masih butuh belajar yang di depan," balas Ayu sambil mengangkat alis dan melempar senyum pada Dina.

"Iya, terserah Ayu saja. Toh memang Ayu sudah pintar kan? Pintar mengeles maksudku," kata Dina tertawa terbahak-bahak hingga suaranya terdengar satu kelas.

"Sudah diam, Din! Suaramu itu loh terdengar satu kelas," ujar Ayu sambil menutup mulut Dina dengan tangannya.

Satu persatu bangku kelas mulai terisi dengan teman-teman baru Ayu. Sebagian dari mereka ada yang sudah dikenalnya, ada juga yang tampak asing karena tidak sekelas saat di kelas 7. Wali kelas mereka pun datang dan menduduki bangkunya.

"Selamat pagi semuanya," kata Pak Yanto dengan wajah semangat dan senyuman.

"Selamat pagi, Pak," balas murid-murid serentak.

"Kita lanjut dengan menguji kemampuan kalian di kelas 7. Ayo keluarkan semua bukunya! Kita ada kuis," ujar Pak Yanto dengan senyuman yang tampak menyebalkan.

"Loh kok, Pak, langsung kuis? Kita kan baru hari pertama," protes salah satu murid.

"Kalian sudah kenal dengan saya. Toh saya dulu yang mengajar matematika di kelas 7," jawab Pak Yanto dengan ramah.

Begitulah Pak Yanto, tampak bersahabat dengan murid karena keramahannya, tapi cukup menyebalkan untuk urusan pelajaran. Rasanya ingin keluar kelas untuk membeli seblak di kantin.

"Din, kamu selama liburan belajar?" tanya Ayu.

"Ya, liburan berarti memang waktunya untuk libur," jawab Dina.

"Ya benar, Din. Gak tahu tuh guru sok ramah dan menyebalkan! Kenapa harus dia wali kelas kita," ujar Ayu dengan wajah cemberut.

"Yu, coba lihat depan kita. Katanya dia ranking pertama di kelasnya dulu," kata Dina sambil melirik ke arah murid di bangku depan.

"Cocok tuh, memang terlihat kertasnya dari sini?" tanya Ayu.

"Enggak, Yu," jawab Dina sambil menggeleng.

"Susah kalau begitu. Ya sudahlah, kita nanti tukar jawaban saja ya," ujar Ayu.

"Oke," balas Dina.

Pak Yanto pun mulai membagikan soal kuis yang harus dikerjakan.

"Anak-anak yang Bapak cintai, itu soalnya ada dua paket ya, paket A dan B. Jadi jangan harap kalian bisa bekerja sama dengan teman sebangku kalian," ujar Pak Yanto dengan senyuman dan sorotan mata yang mengintai.

Lagi-lagi dengan wajah baiknya tapi menerkam dengan soal-soalnya.

"Din, bagaimana ini?" tanya Ayu dengan wajah panik.

"Pasrah sajalah, pakai rumus kancing saja," jawab Dina sambil terus menyusuri kancing bajunya.

Waktu terus berlalu hingga bunyi bel pulang sekolah pun berbunyi.

"Ayo kumpulkan soal dan jawabannya anak-anakku," ucap Pak Yanto dengan nada ramah kembali.

Ayu pun bergegas membereskan tasnya dan keluar meninggalkan kelas.

"Yu, jangan lupa nanti jam 1 kita ketemu di GOR Citra ya," teriak Dina pada Ayu.

Lagi-lagi dengan suara cemprengnya.

"Iya, Din," balas Ayu.

Sebenarnya Ayu buru-buru bukan karena ingin cepat-cepat pulang, tapi ada misi yang akan dia lakukan.

Sessssssssttt (Suara udara dari ban motor).

Ya, itu pembalasannya ke Pak Yanto karena membuat otaknya pusing di hari pertama. Untung saja motor Pak Yanto berada di balik pohon yang tak tampak oleh CCTV.

Kakinya langsung bergegas pergi meninggalkan parkiran.

Kisah Ayu & RamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang