Chapter 1 : Penerbangan Terakhir

15 1 0
                                    

Kapan terakhir kali Aku mengecek ponsel?. Itu baru beberapa menit yang lalu disaat aku memastikan sudah jam berapa ini.  Kegelisahan menyelimuti diriku. Aku berusaha bangun pagi agar bisa berangkat lebih awal.  Siapa sangka akan terjebak kemacetan tepat di pintu masuk bandara seperti ini.

"apa kota ini benar - benar sangat ramai?  Sampai bandara saja membludak begini... " gumam ku dengan mendengus kecewa.
"maafkan saya nona,  mungkin karena besok adalah festival hari tanam jadi banyak turis yang datang dan membuat terminal penjemputan jadi penuh,  saya akan berusaha masuk ketempat terdekat dengan terminal keberangkatan anda" ujar sopir yang berusaha menghiburku.
Festival Hari Tanam adalah festival ucapan syukur masyarakat Republik Antrag atas panen tahunan.  Tapi sayangnya aku kesini karena urusan pekerjaan dan harus kembali sekarang untuk memberi laporan secepatnya.

'Pak Hong sialan,  knp gk kasih aku satu hari libur sih, jauh - jauh cari bahan research dan temu klien malah gk bisa nikmatin festival kan' betapa mebebankannya ini.  Tugas ku adalah menjaga hubungan dengan klien dan investor luar negeri, aku bekerja di perusahan kontruksi. Sangat disayangkan memiliki atasan yang bahkan tak tau cara memperlakukan anak buah dengan baik,  aku harus pergi pas 1 hari sebelum bertemu klien,  10 jam perjalanan dri Singapura dan langsung bekerja dengan klien 5 hari. Harus segera pulang tanpa ada istirahat.

Entah aku harus senang atau tidak karena macet ini.

Begitu menepi,  ku segerakan diriku membawa barang barang ku. Memang gk adil jika aku membenci pak supir secara sepihak tapi aku tak bisa menahan ekspresi kesal ku 'maaf pak tapi sungguh terimakasih' untunglah dia menepati janji dengan menurukan ku dekat dengan terminal keberangkatan ku.
Begitu banyak wajah dari berbagai etnis. Rupaya kabar tentang festival besar ini gk main main. Ku kira hanya dilebih lebihkan saja, tapi memang kenyataannya karena festival lah ribuan orang penuh sesak di bandara hari ini.
'aku ingin cepat cepat duduk di pesawat,  terlalu melelahkan kalau dipikirkan terus sambil berdiri' aku bahkan tidak ingat semalam tidur jam berapa.  Untungnya posisi tidurku tidak beresiko sehingga aku bangun dengan posisi dan tubuh yang baik.
Ku masuki kabin,  yang memang tak terlalu ramai.  Mungkin beda dengan pesawat yang baru tiba sih.  Masa bodo lah asalkan bisa segera memejamkan mata untuk sementara.

Tak terlalu lama,  proaedur ini dan itu akhirnya selesai dan pesawat pun lepas landas.  Aku tidak punya cukup tenaga untuk kembali memikirkan yang menyebalkan memang ada baiknya kembali tidur meski itu akan benar2 memakam waktu untuk sampai dengan cepat di singapur.

Pandanganku gelap. Sudah berapa lama aku tidu 10? 15?. Kesadaran ku mulai terkumpul.  Entah kenapa posisi tidur ku semakin tidak enak.  Kenapa sangat gaduh sekali,  aku ingin tetap tidur dan menutup mata untuk beberapa menit lagi. Kubuka mataku segera setelah semakin banyak orang yang bersuara membuat ke gaduhan.

'apa apan ini,  kenapa para pramugari tidak ada yg berkeliling kena-'  aku menolehkan pandanganku kesisi lain jendela,  ada badai besar disana.  'Apa jangan jangan org2 gaduh karena sebelumnya' jika memang benar itu alasan yg menjelaslan kenapa posisi duduk ku tadi sangat tidak nyaman sehingga aku terbangun.

Tanda pasang sabuk menyala 'yang benar saja sedari tadi, baru sekarang menyalanya,  dan juga kemana semua pramugarinya,  knp tidak ada himbauan atau apapun itu'
Suasana semakin kacau,  orang diliputi kegelisahan. Padahal getaran telah lama berlangsung kenapa mreka sama sekali belum mengeluarkan masker oksigen. Ku lihat beberapa orang berdiri dengan percaya dirinya,  sepertinya mereka ingin menghampiri para pramugari ketimbang berdiam diri.  Wajah mereka benar sangat gelisah. Entah sejak kapan tangan ku jadi dingin begini.  Terlebih lagi tak ada org di samping ku jadi membuatku berpikir negatif.
'setidaknya cepatlah berakh-'
Saat ku berharap seperti itu entah kenapa kursi ku sepergi tertarik kebawah,  atau kah aku yang terarik keatas.  Beberapa detik kesadaranku perlu waktu untuk menyadari,  pesawatnya tertarik gravitasi. Semua orang panik.  Jantung ku berdegub kencang dengan ketakutan. Semua lampu kabin berkedip.  Retakan terjadi di seluruh kaca secara bersamaan.  Bagian dari diriku terasa lemas,  terlalu takut sampai tak berani diriku membuka mata,  aku berpegangan pada kursi didepan dengan napas berat bersamaan dengan semakin menipisnya oksigen.  Kudengar semua orang berteriak. Semua orang?  Atau kah itu memang teriakan,  tidak,  itu aku,  aku berteriak sangat kencang sampai memblokir suara teriakan orang lain masuk ke telingan ku.
Tamat lah sudah. Dalam ketakutan, ku rasakan sesuatu menghantam.  Terasa basah.  Kenapa punggung ku terasa hangat? Dimana kaki ku menapak?  Terasa seperti terbang.  Aku tak merasa kan apapun, apa karena terlalu sakit.  Kenapa semua terlihat seperti buih. Jika ku tutup mata. Akan kah keadaan berbalik, seperti pintu keluar kebalikan dari sebuah mimpi.

Sangat nyaman,  kapan terakhir kali aku tidur dengan kasur senyaman ini. 'Begitu kembali masuk kerja kurasa aku akan mulai dengan mengajukan surat pengunduran,  Pak Hong pasti sangat marah,  lagi pun mereka akan jadi jauh lebih senang jika posisi ku kosong kan? '

KATARSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang