Aku ingat hari itu.
Setelah seminggu penuh mengurus draft presentasi untuk laporan bulanan divisi. Akhirnya aku bisa istirahat juga walau sekedar satu dua jam setelah jam istirahat kantor terlewat. Yang benar saja, tugas seperti itu dibebankan pada staff biasa seperti ku. Ya memang di divisi hubungan luar negeri hanya ada 5 orang, tapi apa harus aku terus - terusan yang jadi pembicara laporan setiap bulan. Bukan kah ada penanggung jawab keuangan kita yang bahkan pekerjaan lebih mudah dari pada nama jabatannya.Entah berapa kali aku melenturkan bahu selama jalan kembali dari ruang meeting ke ruangan divisi ku.
"ya memang dia orang tercepat dalam mengerjakan tugas, si so hee itu"
Yang benar saja, aku ingin istirahat setelah laporan, tapi kenapa malah mendengar nama ku disebut di ruangan merokok. Tolong lah, aku tidak mau kepo tentang itu. Sekarang cukup kembali dengan nyaman ke me-
"aku paham jes, tapi Itu memang tuntutan divisi mu, kau tak ada hak memakinya seperti itu"
Langkah ku reflek terhenti. Sial aku gk mau kepo, aku gk mau peduli. Tapi siapapun pasti senang bukan kalau dalam pertikaian dirinya di bela. Manusiawi aja lah, ada sesuatu yang menggelitik hatiku saat mendengar kalimat itu. Ya, aku jujur jika memang aku senang di bela seperti itu.
"kau gk paham ken"
ken? Ku rasa, kalau gk salah ingat dia dari divisi pemberdayaan karyawan? Pantas saja cara pikirnya menyenangkan.
"ya kau gk paham, dia cuma ikut presentasi akhir bulan lalu dibiarkan istirahat di waktu yang lama sampai jam pulang tiba, dan kita tetap bekerja di akhir bulan dengan jam istirahat normal, bukankah itu sebuah keistimewaan berlebihan untuknya"
Wah manusia satu ini
"tenanglah din, ken kan cuma berpendapat, lagi pun tugas akhir bulan kalian bertiga kan tak semenumpuk itu"
Selalu saja begini, maaf jika ini terdengar menjengkelkan. Tapi manusia cenderung lebih peka terhadap 'apa yang di miliki orang lain tapi tidak dirinya milik'. Mereka bahkan tidak tau apa yang aku lalui tapi bisa bicara seenteng itu, sudah ku duga kepo untuk mendengar kelanjutan pembicaraan kek gini gk ada gunanya juga
"aku yakin dia tidur dengan pak hong"
"andin kau keterlaluan klo pak hong dengar bagaimana"
"aku paham kau kesal tapi jaga bicara mu, serti kata silvia klo pak hong lewat bagaimana"Apa-apan ini kemana pembicaraanya jadi merancu gini. Haruskah aku masuk, tidak, lebih baik kita lihat dulu kearah mana ini akan dibahas
"gini ya ken, dan juga kau sil, aku dan kau sil bahkan al dan jesslyn, bagaimana cara pak hong memperlakukan kita? Berbeda kan? Dia terkesan di istimewakan oleh pak hong"
"din memang benar aku merasa iri pada nya karena beberapa hal, tapi aku gak paham kamu dapat dari mana kamu bisa berpikir kearah situ"
"setiap aku menyerahkan berkas hasil kerja, aku, dan yang lain, klo selesai di periksa apa yang pak hong lakukan? Dia tidak memberikan ketangan kita tapi melemparnya ke meja"
"maksudmu melempar? Diterbang kan?"
"bukan hans, bukan itu, dilempar lebih seperti di lepas kemeja kami, tapi tidak dilempar, andin terlalu berlebihan menjelaskannya"
"aku tidak berlebihan, coba kalau berkas dia telah selesai, dia dipanggil ke meja nya, di berikan senyuman, dan di pegang pegang tangannya"
"heh yang benar saja, bukankah itu pelecehan, pak hong keterlaluan"
"bukan pak hong yang salah, si so hee itulah yang salah, maksudku, kau tau kan seberapa gk awarenya dia terhadap dadanya, menampilkannya dengan bangga, dan berjalan tegap melewati org lain, merasa sok tinggi, bahkan saat bicara dengannya dia selalu menunjukan lubang hidungnya dan tak menatap mata ku dengan benar"
KAMU SEDANG MEMBACA
KATARSIS
AdventureBerusaha..... Setiap manusia berusaha untuk membuat hidupnya tidak menjadi lebih buruk lagi. Itu yang kupikir, karenanya akupun berusaha. Setidaknya untuk sekedar dapat hidup dan beristirahat. Apakah sebuah dosa walau aku hanya mengharapkan diri...