FATE - 5

66 7 1
                                    

EPISODE 5
                                   ...5...

Tak terasa waktu cepat bergulir, yang tadinya siang cukup terik, kini diganti malam yang penuh bintang

Tapi kemeriahan festifal tak akan surut. Kini adalah puncaknya dimana seluruh rakyat akan menerbangkan lampion kertas kelangit.
Memanjatkan doa dan meminta harapan pada dewa Dewi.

Jeonghan dan Seungcheol sudah dihadapkan dengan satu buah lampion sedang, berwarna merah muda dengan hiasan bunga sakura.

"Sekarang sebutkan harapanmu Han-ah" pinta Seungcheol.

Jeonghan mengerjap pelan, mata indahnya menelisik cahaya lampion itu. Bibir kecilnya menyunggingkan senyuman tipis. Rona wajahnya terlihat berkali kali lipat lebih ayu. Dan hal itu tak luput dari pandangan Seungcheol. Jantungnya berdetak cepat tak beraturan.

Hingga saatnya lampion itu diterbangkan ke langit.
Seungcheol mengusap surai legam panjang Jeonghan. Menikmati moment yang begitu mendebarkan sekaligus menenangkan.
Ia jatuh hati pada Jeonghan untuk kesekian kalinya.

...

Di satu sisi Jisoo sedang berdiri bersama Mingyu dan Jeongyeon. Mingyu si pemuda tingga itu datang terlambat karena harus pergi ke perpustakaan kota. Mencari buku untuk bahan belajarnya esok hari.

Mingyu menatap lamat wajah kecil Jisoo. Sang empu hanya terpejam sambil memanjatkan doa. Bibirnya tersenyum tipis. Dan Mingyu menarik seluruh kesadarannya agar ia jatuh tak terlalu jauh dalam pesona seorang Jisoo, si putra tabib desa.

Jeongyeon yang melihatpun hanya menggeleng pelan, terlampau biasa dengan reaksi Mingyu setiap kali memandang Jisoo.

"Sudah ayo terbangkan" Jisoo,Mingyu dan Jeongyeon pun menerbangkan lampion bersama warga yang lain.

Seketika langit yang kelam kini ramai oleh kelap kelip lampion. Terang seterang harapan harapan rakyat desa.

"Kalau boleh tahu, apa harapanmu Jisoo-ya" tanya Mingyu.
Jisoo mengerjap,sunggungan senyum manis ia terbitkan sambil melihat ke arah angkasa.

"Sesuatu yang berharga di dunia ini" jawabnya pelan.
Mingyu penasaran, amat sangat penasaran tapi ia cukup tahu diri untuk tidak bertanya lebih lanjut.

Semoga saja ada namanya yang terselip dalam harapan Jisoo untuk masa mendatang.

Jisoo pun menoleh ke arah sekitar, seketika matanya bertemu dengan pemuda yang menolongnya tadi saat di pasar.

Pemuda bertubuh tegap dan berhidung mancung. Jisoo meremas kantung jerami yang ia genggam. Dengan langkah pelan ia mendekat ke arah pemuda itu.

Tanpa suara Mingyu pun mengikuti arah Jisoo melangkah, hendak kemana pemuda manis ini berjalan.

"Kau tahu Jisoo-ya aku senang kau...." Ocehan Jeongyeon terpotong saat lawan bicaranya sudah tak ditempat.

"Aish kenapa kau selalu meninggalkanku" Jeongyeon pun mengikuti arah Jisoo berjalan.

Sampailah ia pada pemuda itu, tangannya sedikit bergetar, terlampau gugup dan malu.
"P-permisi tuan"

Pemuda yang terusik dengan suara lembut itu pun menoleh. Ia mengernyit bingung, siapa dia?

"Maaf sebelumnya, untuk kejadian di pasar saya ucapkan banyak terimakasih, tapi ada barang tuan yang tertinggal, jadi saya akan mengembalikan ini"

Pemuda gagah itu paham, ini adalah pemuda manis yang ia tolong ketika hendak terjatuh.

"Sama-sama, untung saja kau menemukannya bila tidak aku akan kelimpungan mencari ini"

Suara pemuda itu terdengar cukup berat.
"Kalau boleh tahu siapa namamu??" Pemuda itu bertanya pada Jisoo.

Jisoo mendongakkan kepalanya sedikit.
"Jisoo tuan".

"Ah baiklah terimakasih Jisoo, dan jangan lagi memanggilku tuan, sepertinya umur kita tidak jauh berbeda"

"Seokmin..." Suara berat lain menginterupsi kegiatan perkenalan mereka.

Sosok pemuda gagah bertubuh tegap dengan seseorang yang rupawan tengah berjalan mendekat.

'itu Pangeran Seungcheol dan Jeonghan bukan' batin Mingyu yang sedari tadi diam melihat interaksi mereka.

"Kau keterlaluan Cheol-ah, kau tahu aku hampir tersesat disini,dan apa-apaan hei kau malah bersenang-senang dengan Yang Mulia Jeonghan" ujar Seokmin.

Jeonghan tersenyum kecil, lalu netranya bertemu dengan netra Jisoo. Seperti ada magnet tersendiri yang membuatnya tak sadar menatap lamat mata itu.

Jisoo pun sama, perasaannya berkata seperti ada rindu yang tak kunjung usai. Tapi bukankah ini yang pertama kali ia melihat sosok rupawan itu.

Tanpa sadar air mata Jisoo jatuh tanpa sebab. Rongga dadanya hampa sekali, ada apa sebenarnya.

Seungcheol pun yang melihatnya pun dibuat heran dengan reaksi Jeonghan.
"Han-ah,kau tidak apa-apa" tanya Seungcheol.

Memori otak Jisoo merekam sesuatu di masa lampau yang kusut. Hatinya berkata ia pernah bertemu dengan sosok didepannya.

Jeonghan pun sama, ia merasakan debaran aneh ketika melihat netra sekelam malam itu.
Hingga kakinya melangkah pelan mendekat, ia ingin menggapai pemuda itu.

Tapi tiba-tiba sebuah pedang menghalangi jarak mereka berdua.

"Jangan mendekat Yang Mulia, kita tidak tahu pemuda ini membawa dampak apa bagi anda" seorang pengawal kerajaan berkata sedemikian tegas.

Pedang itu terjulur ke leher Jisoo, ia diam tercekat.
Mingyu yang dibelakang Jisoo pun terperangah.

"Katakan apa mau anda, sehingga berani mendekat ke arah putra mahkota kami".

Lidah Jisoo kelu,hingga tangan besar melingkupi lengannya dan menariknya pelan.
"Maafkan teman saya,dia hanya mengembalikan sesuatu pada pemuda itu, tidak bermaksud apa-apa, apa boleh saya undur diri" ujar Mingyu.

Pengawal itu menoleh ke arah Seungcheol meminta persetujuan. Dan Seungcheol pun mengiyakan.

Akhirnya Jisoo, Mingyu dan Jeongyeon pergi berlalu.
Pandangan Jeonghan tak lepas dari badan Jisoo yang mulai hilang ditelan kerumunan.

Lalu sebuah tangan besar melingkupi tangan mungilnya, menarik seluruh kesadaran yang ada.
"Han-ah ayo kita pulang, kau sudah terlalu lama disini".

Jeonghan mengangguk pelan, ia dan rombongan serta Seungcheol pun kembali ke istana.

....

Di satu sisi Jisoo berjalan pelan menyusuri jalanan setapak pinggir hutan. Angannya masih menerawang, pikirannya kosong entah kemana.

'Kenapa rasanya tak asing lagi melihat wajahnya'

"Jisoo-ya ,apa kau lelah??" Tanya Mingyu.
"Sedikit, mungkin aku kelelahan karena terlalu lama mengitari pasar Mingyu-ya".

Kini mereka tengah berjalan berdua, Jeongyeon pamit pergi ke bukit barat, mengambil beberapa bahan makanan untuknya.

Mingyu jelas ingin bertanya tentang apa yang terjadi, namun ketika melihat raut wajah Jisoo yang sedang suram rasanya ia akan mengulur waktu untuk bertanya.

Ia berjalan pelan, menikmati keheningan diantara mereka berdua.

...

Di dalam tandu, Jeonghan terlihat murung. Ia sedari tadi diam tak bersuara, tentu saja mengundang ke khawatiran pada Seungcheol.
"Han-ah kau benar tidak apa-apa?"

"Aku baik Cheol-ah" Jeonghan menjawab sambil tersenyum tipis.
"Apa ada pikiran yang mengganggumu?"
"Tidak juga, aku hanya ingin cepat sampai Cheol, dan istirahat"

Seungcheol mengangguk paham.Meski banya pertanyaan yang mengganggu pikirannya, ia akan tetap diam, lagipula pertanyaan itu masih bisa ditanyakan di lain waktu.
.....

Hai....
Ketemu lagi deh ...
Gimana masih pada bingung ya apa udah ketebak jalan ceritanya mau kemana,..
Kalo mau kasih saran dipersilahkan banget supaya aku bisa memperbaiki tulisan aku☺️☺️☺
Terimakasih.........

❤️❤️❤️❤️

FATE - Kata TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang