61

157 21 0
                                    

"Xie Ci, mengapa menurutmu aku tidak akan merasa tidak nyaman."

Xu You bertanya dengan lembut.

Dia mengangkat wajahnya, matanya basah, menatapnya dengan tenang, dan menatapnya dalam-dalam.

"…..Saya menyesal."

Dia sedikit bingung dengan luka bakar itu dan tidak tahu bagaimana cara mengangkatnya.

Tidak ada gelombang di wajah Xu You.

Bahkan, dia tidak bisa menahan emosinya, dadanya sakit seperti ada sesuatu yang merajalela, dia tidak bisa menahannya, air mata pecah.

Perlahan, berkat tatapan seperti ini, dia menundukkan kepalanya lagi.


Dia menatapnya, ingin mengatakan sesuatu, dan ketika kata-kata itu sampai di bibirnya, dia merasa tertekan dan panik.

Setelah terlalu lama terdiam, berterima kasih padaku dan mengangkat kepalaku, aku melihatnya berdiri di depannya, menatapnya tanpa ragu-ragu.

Menonton.

Permukaannya tenang dan tenang, tetapi dia tidak bisa menyembunyikan rasa malunya.

"Xu Yo, jangan menangis."

Air mata di wajah Xu You tidak kering, dan dia terus menangis dalam diam. Berkat dia yang tidak berdaya, ragu-ragu untuk menghapus air matanya.

Hanya dua langkah ke depan, Xu You mengambil inisiatif untuk mendekat, mengulurkan tangannya, dan melingkarkan pinggangnya dengan erat.

Keduanya tiba-tiba menjadi dekat.

Pinggang dipeluk erat dengan kedua tangan, dan detak jantung terima kasih tiba-tiba berhenti sejenak, dan tangannya menggantung di udara, tidak tahu bagaimana harus bereaksi.

Xu You meletakkan kepalanya di bahunya, tiba-tiba mengeluarkan suaranya, tersedak air mata. Dia tidak menyangka bahwa ketika dia berusia 24 atau 5 tahun, dia bisa dengan mudah meneteskan air mata di depan seseorang.


Pikiran yang sangat egois tiba-tiba muncul di hati ucapan terima kasih.

Tidak apa-apa membiarkan Xu You menangis seperti ini, bagaimanapun, dia juga tertekan untuk dirinya sendiri.

Tubuhnya yang hangat hanya meringkuk di tubuhnya, kulitnya dekat, dan jarak antara kedua hatinya sangat dekat.


Begitu pikiran ini keluar, kesenangan yang naik dari telapak kaki mengalir ke atas kepala. Kulitnya yang terbuka bahkan memiliki benjolan kecil.

Berterima kasih padanya, menghitung napasnya, satu, dua, tiga…. Tangan itu perlahan melingkari bahunya, hanya memukulnya.

Xu You berkata dengan bodoh, "Terima kasih."

Dia berhenti bergerak dan menjawab dengan perasaan bersalah.

Kemudian, di ruang tamu yang tenang, jam weker yang berdetak masih terdengar seperti suara air di dapur.

Dia berjalan kembali ke akal sehatnya dan mendengarnya bertanya.

"Dalam beberapa tahun terakhir, apakah kamu baik-baik saja?"

✔ Her Little Dimples ( Indonesia )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang