Satu

256 30 10
                                    

"Eh ada Salsha.."

"Makin jelek aja, Sha. Eh iya, lo kapan cantiknya ya."

"Kalo kesekolah itu mandi dulu, Sha. Liat tuh muka lo kucel banget."

"Udah jadi pacar Aldi nggak bikin lo berubah, ya. Tetap aja jelek!"

Langkah Salsha, gadis yang duduk di bangku kelas sebelas itupun terhenti ketika mendengar celotehan tak bermutu dua lelaki yang berdiri di depannya. celotehan-celotehan jahat itu keluar tanpa beban dari mulut Vino dan juga Andre. Mereka berdua adalah sahabat Aldi, pacar Salsha.

Salsha menghela nafasnya dan menatap Vino dan Andre bergantian. "Cowok kok hobinya nyinyir." Salsha menaikkan sudut bibirnya, "Mulut tetangga gue kalah nyinyir sama mulut kalian berdua. Padahal cowok, tapi omongonnya lebih pedas dari cewek. Lo berdua cowok apa banci?"

Aldi yang juga berada di samping Vino dan mendengar semuanya lantas berdiri dari duduknya dan menatap Salsha angkuh. "Lo kenapa marah? Apa yang mereka omongin itu benar. Lo kucel banget kesekolah, kayak nggak mandi."

Ini tentu bukan pertama kalinya Salsha mendengar kalimat hinaan seperti itu dari mulut pacarnya. Salsha sudah kebal, ia tak akan sakit hati lagi mendengar hinaan itu. Bersama atau tidak bersama sahabat Aldi, lelaki itu memang suka menghinanya.

Terdengar suara tawa puas dari Vino dan Andre. Mereka berdua semakin mengolok-olok Salsha.

Seperti tak punya semangat berdebat dengan Aldi pagi ini, Salsha hanya tersenyum tipis dan melanjutkan langkahnya.

Melihat Salsha yang melangkahkan kakinya membuat Aldi marah, ia mengejar langkah gadis itu dan menahan tangannya.

"Lo langsung pergi gitu aja dan nggak jawab ucapan gue. Nggak ngehargain gue banget, lo!" maki Aldi di depan koridor.

Salsha lagi-lagi menghela nafasnya. Masih pagi, dan ia sudah di hadapkan dengan situasi konyol seperti ini. Salsha melirik siswa-siswi yang menonton mereka. Ia tentu saja malu menjadi bahan tontonan seperti ini.

Salsha melepaskan tangannya dan menatap Aldi dengan sorot tajam, "Emang lo ngehargain gue tadi? Gue di hina, di kata-katain sama teman lo, lo bela gue nggak? nggak 'kan! Lo malah ikut ngehina gue."

"Itu karna omongan mereka benar. Ngaca dong, lihat diri lo." Aldi meneliti penampilan Salsha, "Penampilan lo itu kampung banget, nggak cocok sama gue yang udah keren kayak gini!"

"Seharusnya lo itu belajar dandan, contoh Nesha, dia pinter dandan. Kalo lo kayak gini, sama aja lo malu-maluin gue," tambah Aldi. Ia tak memedulikan bagaimana perasaan Salsha.

Salsha menelan salivanya susah payah. Kalimat-kalimat yang Aldi lontarkan sangat menyakiti hatinya. Bagaimana bisa kata-kata menyakitkan seperti itu keluar dari mulut pacarnya sendiri, orang yang ia sayangi.

"Kalo gitu kenapa pacaran sama gue? Kenapa nggak pacaran sama Nesha aja?" tantang Salsha.

"Emang lo siap gue putusin dan gue pacaran sama Nesha. Gue bisa aja dapet cewek yang lebih segalanya dari lo. Tapi lo, yakin bakal dapat cowok yang lebih segalanya dari gue?"  balas Aldi tak kalah sengit.

Salsha terdiam. Jujur saja, putus dari Aldi tidak ada di daftar rencananya. Ia sangat menyayangi lelaki itu. Diluar dari sifat Aldi yang suka menghinanya, Aldi adalah lelaki yang baik.

"Lo siap nggak putus sama gue? Bakal jadi apa lo kalo putus sama gue." Salsha masih terdiam. Melihat Salsha yang hanya diam saja membuat Aldi tersenyum puas. Ia menyentil kening Salsha. "Makanya kalo ngomong di pikir-pikir dulu ya, jelek! jangan asal ngomong."

Kemudian Aldi berbalik dan pergi meninggalkan Salsha. Salsha tersenyum kecut, nyatanya ia selalu kalah jika berdebat dengan Aldi.

*****

HURTED LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang