DELAPAN

152 31 33
                                    

Mentari membentangkan sayap jingga di ujung cakrawala. Burung-burung putih berterbangan membentuk lengkungan garis setengah lingkaran.

Suara kicauan burung peliharaan memenuhi pekarangan dengan celotehan khas hewan unggas tersebut.

Tziya duduk di atas rumput, tangan putihnya terlihat gendut seperti wortel besar. Mata bulatnya sangat indah, iris caramelnya sangat mirip dengan Tzuyu. "Eomma! Eomma!"

Nada suaranya nyaring, terdengar imut, dari arah pintu belakang, Tzuyu keluar sembari membawa nampan berisi kue kering dan segelas susu di kedua tangannya.

Sore ini terasa begitu indah dan damai. Vihyun pergi bermain dengan Taehyung, entah ini karena hubungan darah di antara Ayah-Putra atau apalah, Tzuyu terkejut melihat anak sulungnya mudah sekali akrab dengan Taehyung.

Vihyun termasuk anak pemilih mengenai orang baru. Terkadang suka bersembunyi di balik tubuh ibunya di saat itu juga. Atau meminta pergi dan tidak ingin bertemu orang asing tersebut. Namun dengan Taehyung, putranya terlihat santai dan sama sekali tak merasa takut.

Tziya memanggil ibunya lagi, "Eomma! Eomma!" Di usia yang masih belia, putrinya belum bisa mengucapkan kalimat panjang. Hanya beberapa penggal saja, itupun kalimat yang sering di dengar oleh Tziya sendiri.

Contohnya; Eomma, Oppa, Vihyun.

Putranya sering marah jika sang adik hanya memanggil dirinya menggunakan nama saja. Dan ketika memanggil Tzaoer, Tziya akan berseru, “Oppa! Oppa!”

"Tziya, lihat, Eomma membawakan banyak kue untukmu." Ucap Tzuyu, duduk di samping putrinya dan menaruh nampan di atas meja bundar berwarna putih.

Burung di dalam sangkar adalah hewan peliharaan Tzaoer. Kakaknya menyukai burung akhir-akhir ini. Mungkin ikut-ikutan teman, memang itulah sifat kakaknya.

Suka ikut-ikutan. Tidak kreatif.

"Mam! Mam!"

Tzuyu tersenyum, mengambil satu kue kering rasa coklat dengan tekstur ringan dan lembut, "Mau?"

"Mam! Mam!" Berusaha bangkit dengan mengangkat pantatnya terlebih dahulu, kedua lengan gendutnya bertumpu di tanah. Mulai bangkit sempurna, berdiri kemudian berjalan tertatih mendekati ibunya. Masuk ke dalam pelukan hangat.

"Ah, anak Eomma semakin berat. Bagaimana jika Tziya-ah tidak makan kue satu minggu? Biar berat badanmu menurun. Eomma kesusahan menggendong tubuhmu sayang."

"Ani! Ani! Ani!" Seolah tahu apa maksud dari perkataan ibunya. Mata kucing lebarnya terisi genangan air mata. Bersiap meraung meminta keadilan dunia.

"Biarkan saja dia makan banyak, lagipula, anak-anak membutuhkan banyak gizi untuk tumbuh dengan sehat," pembelaan datang dari belakang. Ternyata Taehyung yang sedang berjalan bersama Vihyun.

Anak laki-laki tersebut sibuk memakan es krimnya dan tidak menyambut ataupun berteriak meminta pelukan Tzuyu.

Melihat es krim di tangan Vihyun, Tziya tidak menginginkan kue kering lagi. Dia ingin es krim!

"Ao! Ao! Ao!" Jemari mungilnya membuka lalu menutup teratur. Bibir mungil secerah bunga sakura mengerucut ke depan.

Taehyung mengeluarkan bungkus plastik yang tadi sempat dia sembunyikan di belakang punggung. Isinya lima sampai enam tusuk es krim.

"Adik!" Vihyun mempercepat langkah, berjongkok sesampainya di depan Tziya, "Buka mulutmu!" Pintanya bahagia.

Tzuyu baru saja ingin melarang andai tangan Taehyung tidak mendarat di bahu kirinya. Gadis itu mendongak, menemukan Taehyung menggeleng pelan sebagai isyarat untuk membiarkan anak-anak memakan es krim.

풍경 - SceneryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang