Mark yang malam ini hendak pulang ke kediaman nya tepat pukul 10 malam harus tertunda karna ia tidak sengaja melihat seorang pria tengah berjongkok di dekat tong sampah dengan keadaan yang bisa di sebut tidak baik baik saja.
Pria itu terlihat berusaha memuntahkan seluruh isi perut nya. Dengan langkah yang sedikit tergesa gesa Mark mendekati pria berkulit tan tersebut."Hey? What are you doing? Kamu sakit?"
Mark sedikit membungkukkan badan nya.
Pria yang di tanyai pun mendongak, menatap Mark dengan wajah sendu dan mata yang berair. Sebelum akhirnya, ia jatuh pingsan di tubuh si pengusaha muda, Mark Jung.-- --
Mark memijit pelan tulang hidung nya, karna jujur seharian ini banyak hal yang membuat ia dan pikiran nya lelah, terlebih masalah Haechan pria yang sama sekali tidak ia tahu asal usul nya yang membuat Mark terpaksa menunda kepulangan nya.
Mark bersandar pada dinding dengan mata yang terpejam, menunggu dokter atau perawat yang sedang menangani Haechan, keluar dari dalam ruangan.
"Dengan wali saudara Lee Haechan?"
Sontak Mark menoleh ke arah sumber suara.
"Saya keluarga nya" jawab nya di sertai dengan anggukan.
Perawat tersebut lalu menyuruh Mark masuk ke dalam ruangan dimana Haechan ditangani. Ternyata Haechan sudah sadar, kini pria manis tersebut sedang berbaring dengan kedua lengan yang menutupi perut nya.
"Apakah anda suami dari pasien?"
"Bukan, saya hanya kerabat dekat nya"
Dokter mengangguk lalu memberikan selembar kertas hasil usg (?) kepada Mark.
Mark melirik ke arah Haechan yang kini juga tengah menatap nya."Usianya dua minggu" Ucape Dokter yang berdiri tepat di hadapan Mark.
Mark melirik ke arah Haechan lagi, dan Haechan hanya diam tak bereaksi apapun.
Setelah Dokter keluar menyisakan Mark dan Haechan. Barulah Mark membuka suara.
"Sekarang pukul setengah sebelas malam, telfon suami mu. Jangan berkeliaran di luar sendiri, berbahaya"
"Saya ga punya suami, saya ga punya keluarga"
Cicit Haechan sambil, memainkan ujung kaos nya. Haechan tidak berbohong, dia hidup sendirian selama 21 tahun.
Haechan merogoh saku celana nya, dia mengeluarkan dua lembar uang bernilai seratus ribu kepada lelaki yang hanya diam menatap nya.
"Apa?"
"Uang terakhir"
"Simpan, semua biaya nya biar jadi tanggung jawab saya. Sekarang tunjukan alamat kamu, saya yang antarkan pulang"
Haechan sudah akan menjawab pertanyaan Mark, namun hal tersebut urung karna suara keroncongan yang berasal dari perutnya.
Cukup keras hingga Mark pun menyadari nya, apakah Haechan belum makan?
"Oke, kita makan dulu"
Yang di ajak pun hanya mengangguk dan berusaha turun dari brankar rumah sakit dan di bantu oleh Mark.
-- --
"Saya ini sebenarnya striper. Kalau dari tadi Mas bertanya tanya tentang siapa ayah dari anak ini, saya juga ga tau. Pelanggan saya kan bukan cuma satu atau dua orang"
Pernyataan yang baru saja Haechan sebutkan, berhasil membuat pria keturunan kanada itu tersedak kopi yang sedari tadi ada di genggaman nya.
"M-maaf..." Lirih Haechan, pasti pria di hadapan nya ini terkejut.
"Apa tidak ada pekerjaan lain selain menjadi... ?"
Haechan hanya menjawab dengan gelengan pelan.
ting!!
Ponsel Mark berbunyi, sebuah notifikasi pesan muncul dari istri nya, Na Jaemin.
Ternyata Jaemin belum tidur karna menunggu nya pulang."Jadi selama ini kamu tinggal dimana?"
"Dulu tinggal di rumah majikan, hmm semacam orang yang mendistribusikan saya ke laki laki untuk di layani nafsu nya"
Mark lagi lagi hanya bisa menatap Haechan penuh keterkejutan. Bahasa yang Haechan gunakan sungguh frontal.
Mark berfikir sejenak sebelum ia memutuskan untuk membawa Haechan pulang ke rumah nya.
"Malam ini kamu nginep di rumah saya aja"
"Semalam aja, Mas?"
"Ya.. iyaa?"
"Emang ga bisa saya tinggal di rumah mas nya untuk beberapa hari kedepan? sampai setidak nya saya punya pekerjaan yang tetap dan tentunya lebih baik lagi dari pekerjaan sebelum nya. Saya gamau balik ke dunia kotor itu lagi"
Ucap Haechan dengan kesedihan yang sama sekali tidak ia buat buat.
"Nanti di rumah saya diskusikan dengan istri saya terlebih dahulu"
Haechan mengiyakan ucapan Mark, setelahnya ia mengikuti kemana pria itu berjalan, ke parkiran mobil tentu nya.
"Sudah punya istri ternyata" ucap nya pelan.
-- --
Mark memakirkan mobil nya di garasi. Rumah Mark cukup mewah, tapi sangat mengagumkan bagi Haechan.
Haechan berjalan perlahan mengikuti pria yang di depan nya, sebelum nya Mark juga meminjamkan jas kantor nya kepada Haechan, di karenakan Haechan hanya menggunakan Kaos oblong putih dan celana pendek selutut.
"Hai.. hari ini di kantor banyak kerjaan ya Mas?"
Mark di sambut oleh seorang pria cantik berkulit putih, ah dan jangan lupakan senyuman manis di sertai gigi kelinci nya.
Tapi senyuman itu perlahan memudar kala ia melihat sosok yang berada di belakang tubuh suaminya.
"Dia.. siapa?" Tanya nya
"Masuk dulu ayo, nanti aku ceritain."
"Dan Haechan ini istri saya Jaemin""Ahh.. iya, selamat malam saya Lee Haechan"
Haechan mengulurkan tangan nya kepada Jaemin, di luar dugaan Haechan. Alih alih mengusirnya Jaemin malah menyambut uluran tangan Haechan dengan sopan.
"Aku Jaemin, panggil Nana aja biar kelihatan akrab"
Haechan mengangguk sembari tersenyum.
Tidak buruk, batinya.anw, yang udah mampir. Boleh tolong kasih feedback nyaa? heheee thank u <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Im letting go
FanfictionHaechan sudah lelah dengan kehidupan nya di dunia malam. Hingga akhirnya ia bertemu dengan Mark si pengusaha muda yang membantunya melewati masa sulit dimana ia hamil tanpa tahu siapa ayah dari anak yang di kandung nya. Sayangnya, bantuan Mark buka...