2

1.6K 327 25
                                    

Jaemin tidak bisa tidur malam ini, sedari tadi ia hanya mengecek ponsel pribadi milik nya. Ia sedikit melirik ke arah Mark yang seperti nya belum tertidur pulas.

"Mas?" Jaemin menggeser sedikit posisi nya menjadi lebih dekat di samping Mark.

"Hmm"

"Kamu bilang, Haechan ga punya keluarga kan? terus sekarang dia lagi hamil"

Mark membuka mata nya perlahan, ia alihkan untuk menatap Jaemin sekarang.
Mark belum paham kemana arah pembicaraan istrinya sekarang ini.

"Terus?"

"Gini Mas.. hmm Haechan istimewa, dia bisa hamil kan. Sedangkan aku.. engga, aku cuma laki laki biasa seperti pada umumnya"

Mark mulai mengerti maksud dari pernyataan Jaemin, namun ia tetap diam untuk memastikan seperti apa hal yang Nana inginkan.

"Maksud aku, kenapa bukan kita aja yamg merawat Haechan disini, sampai anak nya lahir nanti. Dan kalau anak itu udah lahir, hak asuh nya ada di tangan kita berdua"

"Na, kita gaperlu berusaha kerasa untuk dapat anak. Aku juga ga terlalu mikirin itu kok, lagian belum tentu Haechan mau"

Jaemin terdiam, ia memikirkan kata kata yang pas untuk meyakinkan Mark.

"Kita ga akan tau kalau belum bicara sama Haechan nya sendiri, Mas. Mungkin kamu biasa aja kalau kita ga punya anak. Tapi aku engga, aku juga mau kaya orang orang. Boleh ya?"
"Haechan kan masih bisa nikah lagi dan mungkin punya anak lagi, tapi aku engga"

lirih Jaemin, perkataan dari istrinya itu sedikit melunak kan hati Mark.

"Besok kita bicarain sama Haechan, sekarang kamu tidur dulu"

Jaemin mengangguk antusias, hati nya sedikit lega karna Mark mau mempertimbangkan keinginan nya.

Sedangkan, di lain tempat. Seorang pria tengah berada di ruangan yang amat sangat gelap. Cahaya hanya berasal dari ponsel yang sedari tadi berada di genggaman nya, menampilkan ruangan pesan bersama seseorang. Ia sedikit menyunggingkan senyuman miring.

"Apa yang sebelum nya milik ku, akan tetap menjadi milik ku."

-- --

Sudah pukul 2 pagi, namun mata Haechan enggan terlelap. Ia menatap kosong langit langit kamar.

"Kira kira gue bisa ga ya, besarin anak ini sendiri" monolog nya.

Haechan terdiam dan merenung, dia tidak terlalu memikirkan siapa ayah dari anak ini, namun satu hal yang menghantui pikiran Haechan. Apa bisa ia bertahan hidup tanpa pekerjaan kotor itu?

Lalu, dengan apa ia membesarkan anak nya nanti? bukan kah di dunia ini semua butuh uang?

"Hmm lagian kenapa bisa sampe jadi sih?! bertahun tahun jadi pelacur ga pernah tuh ada yang bocor, bikin susah aja"

Ucap Haechan dengan sedikit menepuk perut nya yang datar. Ia mengasihani kehidupan nya sendiri. Tapi Haechan tidak bisa menangis.

Rasanya air mata milik nya ini sudah habis, lagi pula dengan menangis tidak akan bisa merubah jalan hidup nya.

Dari kecil dia sudah tidak di inginkan di dunia, orang tua nya membuang dirinya, ia di jual. Hidup nya menderita, hingga ia memutuskan untuk bekerja di dunia malam yang membuat hidup nya sedikit lebih bahagia, mungkin?

Tapi, Haechan tetap lah manusia yang bisa berfikir. Ia lelah menjadi seorang yang bekerja hanya untuk melayani nafsu orang lain. Ia sudah lelah menjadi budak sex.

Apakah manusia seperti dia ini, memang tidak bisa di terima baik oleh dunia? Lalu kenapa ia di lahirkan, kenapa dari beribu nyawa ia yang di pilih untuk menjalani takdir konyol seperti ini?

Serendah itu kah, Haechan?

-- --

Mata Haechan terbuka perlahan, cahaya matahari pagi menelusup ke indera penglihatan nya. Sebuah telapak tangan yang lembut mengusap rambut coklat nya.

"Selamat pagi, Chanie~"

"Chanie?"

"Heem, kamu Haechanie. Ini minum dulu susu nya, aku buatin khusus buat kamu biar adek bayi dalem perut sehat"

Haechan masih dalam keadaan setengah sadar, ia mengedipkan mata nya berkali kali.

"Ah! maaf!!" Hingga akhirnya Haechan benar benar sadar, melihat Jaemin tengah duduk di samping nya sembari mengusap kepala dan juga perut rata nya.

"Hah? kenapa haechan? apa aku bikin kamu ga nyaman?"
Sama dengan Haechan, Jaemin juga begitu terkejut.

"Bukan, Na. Engga gitu ehm aku yang ga enak sama kamu"

"Kenapa? lagian aku seneng kok kaya gini, aku jadi bisa punya temen." Jawab Jaemin.

Jaemin membawa tangan Haechan ke genggaman nya, ia usap lembut punggung tangan Haechan dengan ibu jari milik nya.

"Haechanie istimewa bisa bawa bayi dalam perut, sedangkan aku engga.. hehehe"

Lirih Jaemin, Haechan bisa merasakan satu air mata jatuh dari pelupuk mata Nana.
Jaemin menangis?

Tanpa menunggu lama, Haechan segera memeluk Jaemin, mengusap punggung nya dengan lembut.

"Kenapa? Nana juga istimewa, semua manusia istimewa kan"

Pelukan Jaemin semakin erat, isak tangis nya sedikit terdengar.

"Haechan.. apa aku boleh menukar bayi mu dengan semua yang aku punya?"





























-TBC

nanti malem lagi yaa💗
Can i get a feedback? ok thank uuuu

Im letting goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang