3

2.3K 320 30
                                    

Suasana di meja makan kini sangat hening, Jaemin sekilas melirik Haechan yang sedang sibuk memakan roti, karna sadar Haechan pun membalas lirikan Jaemin, dia mengangguk seolah berkata 'tidak apa apa, katakan saja' .

ya, Jaemin sudah mengatakan keinginan nya kepada Haechan tadi pagi. Kelihatan nya Haechan tidak masalah, hanya saja Jaemin sedikit merasa takut untuk membicarakan itu lagi bersama Mark.

"Mas.."

"Kita diskusikan nanti setelah makan"

seolah tahu maksud dari Jaemin, Mark menolak untuk membicarakan masalah ini ketika sedang makan, ia hanya takut membuat mood Haechan buruk sehingga
nafsu makan nya turun.

"Saya ga keberatan kok Mas"

Haechan seolah paham, akhirnya dia memutuskan untuk membuka suara.

Hal tersebut sontak membuat Mark berhenti mengunyah, lalu memfokuskan pandangan nya ke arah Haechan dan Jaemin secara bergantian.

Jaemin pun mengangguk pelan, ia tahu arti tatapan Mark itu. Mark pasti sedang bertanya 'Apa Haechan sudah tau?'

"Apa imbalan yang kamu minta, Haechan?"

Haechan sedikit memikirkan pertanyaan Mark kepadanya, yang ada di pikiran nya sekarang hanyalah bagaimana ia harus bisa bahagia di sepanjang sisa hidup nya ini.
Haechan hanya tidak tahu tolak ukur bahagia itu bukan saja tentang materi.

"Hmm.. Bisakah kalian berdua menjamin aku akan hidup bahagia sampai aku tua nanti?"

Mark dan Jaemin mengangguk. Mereka pun juga tidak menyadari, jika bahagia bukan hanya mengenai uang dan kemewahan.

"Nanti kamu bisa tanda tangani surat perjanjian nya"

"Oke.."

Jaemin mengusap surai kecoklatan milik Haechan. Ia sedikit merasa bahagia namun ia juga merasakan sesuatu yang mengganjal di hati nya.

-- --

Hari hari berganti, beberapa bulan sudah terlalui. Usia kandungan Haechan kini sudah menginjak 6 bulan. Perut nya juga sudah tidak rata lagi, ia kadang bisa merasakan gerak gerik bayi nya di dalam sana. Awal nya Haechan tidak bisa terbiasa, tapi lama kelamaan dia tidak terlalu terganggu lagi.

"Haechan sudah makan?"

Jaemin tiba tiba masuk ke kamar Haechan.

"Haechan?! kamu masih merokok?!!"

Dengan segera Jaemin membuang benda yang tengah mengeluarkan asap dan bau yang menyengat itu.

Haechan yang tertangkap basah hanya bisa menggaruk rambut kepala nya yang tidak gatal. Jaemin sangat khawatir padanya. Atau lebih tepat nya kepada bayi yang ada di dalam perutnya.

"Udah berapa kali aku bilang? Berhenti merokok! itu ga baik buat kesehatan adek bayi dalam perut"
"Jangan di ulangi lagi, okey?"

"Iyaa.. Nana"

Haechan tersenyum kaku, ia kira Jaemin begitupun juga dengan Mark benar benar peduli tentang nya, namun seperti nya ia salah.

"Haechan, hari ini aku ada janji sama temen lama ku, jadi aku bisa nitip Mas Mark sebentar? sampai sore nanti"

"Mas Mark? dirumah?"

Jaemin mengangguk.

"Iya, tapi dia belum bangun. Bisakan Chan?"

"Heem bisa kok"

Jaemin tersenyum puas, ia menangkup pipi Haechan yang kian hari makin berisi.

"Terimakasih Haechaniee~"

"Sama sama, Nana"

-- --

Ini sudah siang, tapi Mark belum juga bangun dari tidur nya. Sesuai perintah Jaemin tadi pagi, Haechan memberanikan diri masuk ke kamar pribadi Mark dan Jaemin.

Perlahan Haechan membuka pintu, hingga akhirnya ia dapat melihat Mark sedang tertidur pulas disana.

Haechan tersenyum. Dia membayangkan, inilah yang akan terjadi jika ia menikah dengan Mark, dan anak yang di kandung nya ini juga anak dari Mark.

Membayangkan nya saja sudah membuat hati Haechan terasa begitu bahagia.
Namun dengan segera ia buang jauh jauh hal kotor dalam pikiran nya itu. Mark sudah memiliki Jaemin.

"Mas.. bangun, udah siang"

Haechan berdiri di samping ranjang, ia sedikit mengusap pelan rambut Mark yang sedikit lepek karna keringat.
Ini pesan Nana, Mark akan bangun jika rambutnya di usap terlebih dahulu.

"Hmm.." Mark hanya menggumam, suara nya serak khas orang yang baru bangun

Haechan di buat lebih terkejut lagi ketika Mark menggenggam erat telapak tangan nya bukan hanya itu, Mark juga memberi kecupan kecupan basah di punggung tangan Haechan.

Haechan yang di perlakukan seperti itu hanya bisa terdiam, hati nya menghangat.
Jadi seperti ini rasanya, apa ini yang di rasakan Jaemin setiap pagi?

Mark enggan membuka matanya, ia masih nyaman mengecup punggung tangan yang ia kira itu adalah tangan Jaemin, istrinya.
Dia juga bisa merasakan usapan halus di bagian puncak kepala nya.

Namun, hal itu terhenti ketika Mark merasakan satu tetesan air jatuh ke lengan nya. Mark dengan cepat membuka mata, alangkah terkejutnya ia ketika tidak mendapati Jaemin di samping nya melainkan ..

"Haechan?!!"

--- ---

"Kamu cemburu?"

"Kenapa harus?"

Pria berhidung bangir itu tersenyum puas, ia meneguk habis air yang berada di atas meja tepat di hadapan nya.

"Bagus, Na Jaemin."




















-TBC

Makasiih banyak yg udah mampir yaa :D
w usahain cepet up nyaa, krna beberapa chap udah ada di draft cuma dulu nyaa w mau bikin jaeyong ft dowoo tapi berakhir jadi mahae ft nomin.
jadi sabar yaa w edit dulu pelan"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Im letting goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang