SatuAja

62 9 62
                                    

Sebuah mini bus melaju dengan kecepatan rata-rata membelah jalanan. Tidak perlu di tanya seperti apa ramenya, jika chatan di Group saja bisa rusuh apalagi ketemuan?

"Guys gw punya tebak-tebakan! Ada yang mau?" Seru Aiko di tengah-tengah keributan, menatap satu persatu orang di dalam mobil ini.

"Apa?" Tanya Melan, menginstruksi agar Aiko meluahkan tebak-tebakan nya.

"Kenapa nama elu 'Melan'?" Semua langsung menghadiahkan Aiko ekspresi bingung dengan gaya mereka masing-masing.

"Aku tau, aku tau! Aiai pernah ngasih ke aku," Seru Kiya mengangkat tangan kanannya sedikit ke atas.

"Mak Sol, lu bisa diem kagak?"

Kiya bi lek : Ó╭╮Ò

"Ya, mana ku tau, mungkin karena emang cocok? Atau—entah," Melan sedikit kebingungan untuk menjawab, gadis itu menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tak gatal.

"Melan aja kagak tau, pa lagi gw," Najwa menatap malas Aiko, tebak-tebakan kek apa tu?

"Jadi pada nyerah?"

"Aye milih nyerah aja deh, malas cari jawaban sampai kudu mecahin beribu-ribu rumus," Ini dia lagi ada masalah apa sih? Mana masih muda lagi.g

"Aku sih 'yes',"

"Nyerah/Yoi"

"Aku ndak nyerah, aku tau jawaban nya," Kasian banget anak orang di kacangin, moga bersabar ya..

"Karena kalo nama elu 'mayat' berarti elu dah mati," Kesel ndak? Kesel ndak? Kesel ndak? Ya kesel lah! ヽ('д´;)/

"Harap bersabar molen, ini ujian" Ujar Raisya menepuk-nepuk pelan pundak Melan, pura-pura prihatin padahal ngakak!

"Aku sabar, aku di sayang Thorn:' )" Miris Melan, tenang ged dia sabar kok, buktinya setiap di ganggu di group dirinya malah melayani bukan nya kesel:'V

"Eh Kiy,"

Yang di panggil menolehkan kepalanya,"Iya?"

"Kamu kan yang dapat tugas tuk pesan penginapan?" Tanya Raisya seraya mengintip sedikit keluar jendela.

"He'em,"

"Pesen dimana? Kok jalanan nya semakin sepi sih? Mana udah mulai gelap lagi," Tanya Raisya cemas, semua pun ikutan mengintip melalui jendela. Benar saja jalan sepi, tak ada satupun kendaraan yang berlalu. Pepohonan besar nan menjulang tinggi semakin membuat kesan suram tersendiri.

Pernah terpikir kalau secara tiba-tiba mobil mogok di tengah jalan? Apalagi jalan yang mereka lalui termasuk hutan, kiri-kanan lebat dengan berbagai macam pohon yang di tumbuhi rumput liar panjang-panjang tergantung di ranting besar pohon itu.

Uhk serem--

"Santuy aja, kek ndak biasa, di ujung dunia banyak jalan kek gini untuk ke tempat rekreasi," Ujar Kiya sembari memakan kripik yang ia bawa di tasnya.

"Tante, kenapa tiba-tiba perasaan ku jadi ndak enak ya?" Talita masih menatap keluar jendela mobil, padahal yang lain sudah tidak. Entahlah, ia juga tak tau kenapa bisa disaat seharusnya dirinya bahagia bisa bertemu mem BoYa—tapi malah perasaan cemas meruntuhkan.

"Kan udah di bilang, jangan di makan, ngeyel aja masih di makan," Timpal Najwa, menyenderkan dirinya di kursi.

"Ini bukan waktu nya bercanda Wawa," Tegur Fatma, sementara Najwa hanya cengengesan.

"Udahlah ndak usah khawatir, ndak bakalan ada apa-apa kok. Kalian pasti terkagum-kagum ngeliat penginapan nya, emang jauuuh dari kota sih," Jelas Kiya memamerkan senyum keyakinan nya.

We Are TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang