Chapter 02

232 33 5
                                    

Hari-hari berlalu begitu saja, dan ini sudah dua minggu tepatnya Luffy bekerja di Hāto bar. Ia sudah banyak belajar tentang operasional bar ini. Tak hanya itu Luffy bahkan sudah menghafal semua menu beserta condiment nya, untuk berjaga jika sewaktu-waktu Cashier sakit atau mengambil cuti. Ia sungguh bekerja keras untuk itu.

"Wow, Luffy-kun, kau cepat belajar dan sangat rajin. Jika seperti ini seterusnya kau bisa dapat promosi jabatan" Ucap salah seorang karyawati pada Luffy yang tengah mengelap meja-kursi.

Menghentikan kegiatannya, Luffy lantas menyengir "Terimakasih Ikkaku-san. Aku sebenarnya tidak terlalu berharap seperti itu. Di terima disini saja sudah sangat bersyukur"

"Kau selalu seperti itu Luffy-kun, baiklah aku akan kembali ketempat ku. Sesekali beristirahat lah, jangan memaksakan diri" Ikkaku melangkah pergi meninggalkan Luffy menuju counter Cashier.

"Baik Ikkaku-san"

Selama bekerja disini Luffy selalu mendapat shift pertama jam 8 pagi, dari total seluruh shift yaitu dua. Bepo belum berani menempatkan Luffy di shift dua, karena memang di jam-jam itu bar terbilang ramai pengunjung. Jika dibandingkan dengan shift pagi yang rata-rata pengunjungnya hanyalah mahasiswa. Sebenarnya Luffy juga ingin bergilir shift. Kalian tahu, jika melakukan hal yang sama setiap hari meski itu menyenangkan bagi kalian sekalipun, kelamaan kalian akan bosan melakukannya.

Bukan hanya karena bosan. Luffy jadi hanya bisa mengenal sebagian kecil karyawan yang memang mayoritas mendapat shift dua. Karyawan shift satu memang hanya sedikit sekitar 4-6 karena dirasa sudah cukup untuk meng-handle keadaan.

Ngomong-ngomong soal shift satu, Bepo sendirilah penanggung jawabnya atau biasa disebut PIC (Person in Charge). Dan untuk shift dua Bos mereka sendiri yang meng-handlenya. Karena memang disini tidak ada Assistant Manager dan belum ada yang mau mengambil tanggung jawab itu. Terkadang Bepo juga mengambil lembur jika sang Bos ada kepentingan lain.

Kembali lagi ke cerita, setelah melihat jam yang menunjukkan pukul 4 sore, Luffy segera menyelesaikan tugasnya lalu ia  berpamitan pada karyawan lain. Setelah mengganti seragamnya dengan kaos lengan panjang dan absen, pemuda bercodet dibawah mata itu bergegas pergi dari bar. Rencananya ia akan belanja bahan makanan. Dengar-dengar sedang ada diskon besar-besaran di supermarket tak jauh dari tempat bekerjanya. Ia jelas tak mau ketinggalan.

*
*
*

Sekitar 10 menit berjalan dan akhirnya sampai. Luffy menjejakkan kaki ke dalam supermarket tujuannya. Dan demi Tuhan, pemuda raven itu benar-benar takjub akan isinya. Luas, bersih dan sangat ramai. Jangan lupakan bau citrus yang tercium begitu masuk kedalam. Terkadang Luffy juga mencium bau wewangian yang lain saat ia berpindah lantai. Bukan wangi-wangi yang lebay dan membuatmu akan bersemangat ketika menciumnya.

Luffy merasa sangat betah berlama-lama, membandingkan harga, atau hanya melihat komposisi bahan. Hingga tak terasa sudah 2 jam berlalu, padahal list belanjanya tak begitu banyak. 'Sial, aku malah keenakan melihat-lihat' umpatnya dalam hati kala mengecek arlojinya. Saat hendak membayar ke kasir ia teringat, masih belum membeli mirin. Lalu Luffy pun bergegas mencari bahan tersebut.

Setelah menemukannya, lantas ia memasukkan kedalam kantung belanja dan berjalan ke area Cashier, membayarnya, setelah itu pulang. Seharusnya begitu ceritanya, ketika suara  seseorang membuatnya mengalihkan atensi.

"Luffy!"

Dan begitu terkejutnya Luffy saat tahu sang sumber suara yang ternyata adalah Zoro, temannya.

"Zoro, apa yang kau lakukan disini?" tanyanya seraya mendekat.

"Aku belanja. Kau sendiri?"

"Aku juga berbelanja. Ah, baik-baik bagaimana kita bicarakan ditempat lain? Akan menggangu pengunjung lainnya jika kita mengobrol disini" ajak Luffy.

"Kau benar. Tunggulah sebentar, aku sedang mencari sake. Kita ke kasir bersama"

"Baiklah" Luffy tersenyum sambil menggelengkan kepala. Hafal betul jika temannya ini seorang pemabuk berat.

*
*
*

"Zoro, kau seharusnya tidak perlu membayar belanjaan ku, aku membawa uang yang cukup" Ujar Luffy pada teman lumutnya. Kini mereka tengah bersantai di Food Court yang tak jauh dari supermarket tadi, membeli beberapa cemilan dan meminum sake yang di beli oleh Zoro.

"Tidak masalah, kita ini teman" ucap Zoro enteng.

Luffy menghela nafas, temannya ini tidak pernah berubah sama sekali. Sangatlah royal. Bahkan sejak mereka pertama saling mengenal. "Maaf, Zoro. Aku belum bisa menjadi teman yang baik. Selalu saja merepotkan mu.. a-akuu.."

"Dengar Luffy, aku berteman denganmu bukan karena ingin mencari untung atau apapun itu. Aku berteman karena aku mau. Dan lagi jangan pernah sungkan untuk meminta bantuan ku. Kita ini teman. Bukankah teman ada untuk saling membantu? Kau sendiri yang mengajariku dulu, ingat?"

'Kita ini teman, dan teman akan saling membantu'

Benar sekali, Luffy pernah mengatakannya dulu saat mereka masih duduk di bangku anak-anak. Tapi mengigat keadaan Luffy dulu tidak se menyedihkan sekarang, itu membuatnya merasa seperti seorang beban bagi temannya. Namun bagi Zoro, Luffy ya Luffy, temannya yang sangat berharga.

Mereka berdua terus menegak minuman beralkohol favorit pria berambut lumut itu. Sambil bercerita banyak hal. Ternyata teman Luffy ini melanjutkan studinya ke Tokyo Tech. Tak mengherankan mereka bisa bertemu di supermarket tadi yang jaraknya memang tak berjauhan. Zoro juga menceritakan tentangnya yang tinggal di apartemen sekitaran sana.

Sesungguhnya toleransi Luffy terhadap alkohol sangat rendah, tapi ia terus memaksakan untuk meminumnya. Bagaimana tidak jika Zoro terus saja mendesaknya untuk terus minum. Hingga kesadarannya pun ambruk. Ia tidak sadarkan diri dan tertidur pulas.

Merasa sakenya telah habis, Zoro kemudian berjalan pulang sambil memapah Luffy, namun ia tak tahu dimana alamat tempat tinggalnya sekarang. Kesalahannya memang tak bertanya tadi. Ia mencoba menepuk pelan pipi Luffy, hendak bertanya. Nihil, Luffy sudah sangat terkapar. Alhasil, ia berencana membawa Luffy pulang ke apartemennya tinggal. Tak melupakan belanjaan mereka tadi, Zoro menggendong Luffy sambil menenteng tas belanjanya.

*
*
*

Haripun berganti. Sinar matahari yang masuk melalui jendela membuat si pemuda rambut raven terpaksa membuka matanya. Enggan sejujurnya untuk bangun, rasanya begitu nyaman.

Tapi, rasa nyaman itulah yang membuat kesadarannya terkumpul. Dimana ia sekarang?Dan lagi, pakaian yang ia kenakan semalam telah berganti dengan setelan piyama entah milik siapa.

Apartemen Zoro?

Hanya itu yang bisa ia pikiran. Karena Zoro lah orang yang terakhir kali bersamanya.

Melihat sekeliling, sangat mewah. Kamar ini saja lebih luas jika dibandingkan dengan rumahnya yang hanya sepetak. Ranjangnya bahkan mungkin bisa untuk tidur 4 orang, bisa jadi lebih.

Luffy perlahan menurunkan kakinya ke lantai. Disana ada sepasang sandal bulu motif kelinci. Sangat lucu jika Zoro yang mengenakannya dengan perawakan yang menyeramkan seperti itu. Ia pun memakainya. Dan ya, ukurannya sangat pas di kaki Luffy. 'Apa Zoro yang menyiapkan semua ini?' batinnya bertanya-tanya. Kalau iya, itu sungguh berlebihan.

Ia hendak pergi mencari Zoro, namun suara seseorang membuatnya terkerjut.

"Kau sudah bangun?"

*
*
*

Semoga kalian suka membaca cerita ini. Dan Terima kasih telah menikmatinya.

Dan saya peringatkan disini, ini cerita yaoi, BL, gay!!
Bagi yang homophobic disarankan untuk berhenti membaca. Terima kasih

Sampai jumpa chapter depan❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝚃𝚑𝚎𝚛𝚎 𝚊𝚗𝚍 𝙽𝚘𝚝 [ 𝙻𝚊𝚠𝚕𝚞 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang