Entah kenapa kata 'lelaki berponi' pikiranku mendadak ke sini:v
Padahal mah, nggak sebegitu juga panjang rambutnya😳
________________________
Langkah orang-orang itu terus mendekat membuat seorang lelaki berponi semakin terpojok di pohon rindang belakang sekolah.
Keadaan sekolah yang sudah sepi, apalagi belakang sekolah menjadi tempat yang jarang dilewati karena mitos keangkeran pohon tadi, membuat lelaki berponi itu meringkuk ketakutan sambil menggigiti kukunya sendiri.
Salah satu dari mereka bertiga mengungkung tubuh Junet kemudian menarik kerah bajunya. Badannya sedikit terhuyung karena dibangunkan secara paksa ditambah mabuk kepayang aroma parfum orang itu. Aroma yang sangat-sangat-sangaatt mengganggu indra penciuman Junet, aroma-aroma ketek.
"Ihh, kalian mau ngapain, sihh?" Junet mencebikkan bibirnya.
Seakan tersadar dari lamunan, Junet menepuk bibirnya sendiri. Apa, apa yang tadi dia ucapkan? Junet tak percaya jika dirinya senekat dan seberani itu barusan.
Dalam hati dia merapal untuk bisa pergi sekarang juga. Entah itu dengan cara lari secepat kilat, terbangnya alap-alap saat kalap atau apapun itu yang terpenting Junet bisa selamat sekarang! Sekiranya harapan tadi terlalu khayal, setidaknya ada yang bisa menolong Junetlah. Ibuuu, bantu Junet kabur ....
Meski di hadapannya adalah orang seumurannya, tapi postur tubuh yang tegap dan jumlah mereka lebih banyak membuat Junet gentar dan tak berani menatap mata mereka.
Mereka mencengkeram Dagu Junet sampai membuat dirinya meringis pelan. "Cukup serahin uang yang lo punya dan semua akan selesai." Mereka tersenyum licik dengan tangan bersedekap, persis seperti lagak emak-emak yang suka nagih uang kontrakan.
Tes ... tes ... tes ....
Kalau kalian mengira itu suara dari MC yang ngecek sound suara, itu jelas salah!
Ya, memang penulisannya sama, hanya saja disini menggambarkan cairan merah yang tiba-tiba menetesi lengan Junet dan ketua pasukan itu. Entah kenapa tiba-tiba bulu roma .... eh, kok, bulu roma? Roma kan roti. Bulu kuduk maksudnya.
Ulang ulang ...
Entah kenapa tiba-tiba bulu kuduk Junet berdiri. Apa tempat ini beneran ada hantunya?! Kalau beneran ada hantunya berarti ....
Antara campuran ngeri dan takut, sontak mereka mengadah ke atas, rupanya cairan itu dari atas dan ... dan ada seorang laki-laki yang sedang tiduran di ranting pohon.
Keduanya saling bersitatap sebentar lalu melanjutkan kejadian tadi, seolah-olah kejadian yang barusan hanya angin lalu tanpa memikirkan resiko yang didapat kelompok itu nantinya. "Cepat, mana uangnya?!"
Junet membatin, "Kenapa tadi nggak kabur aja, sih, Junett?"
Saat Junet hendak mengeluarkan uangnya dengan tangan yang tremor, terdengar suara hentakan antara kaki dengan tanah seperti sesuatu yang jatuh. Akankah itu ... h-hantu? Atau pahlawan yang sebentar lagi akan menolong dirinya?
"Yes, Junet bakal selamatt!" hati terdalamnya bersorak ria ingin berjingkrak-jingkrak.
Dipandangnya kaki itu perlahan sampai ke atas, Junet menyaksikan sosok di depannya ini secara lengkap seluruh tubuh. Dan ini bukan sosok! Karena orang itu mengenakan pakaian manusia dan kakinya menginjak tanah.
Junet jadi bingung, ini hantu, pahlawan atau manusia? Ah, yang terpenting Junet selamatt!
Orang itu menghajar habis-habisan sampai wajah mereka membiru akibat tonjokannya kemudian pergi. Ketika berbalik, pandangan Junet membola sepaket dengan mulutnya yang menganga.
Astaga, memalukan.
Detik berikutnya Junet kembali seperti biasa, menatap orang itu dengan tatapan malas. Bukan bukan seorang pria, tapi perempuan khas pria.
Sudah menjadi rutinitas ketika bertemu akan ada pertengkaran. Tadi malam Mei yang memulai, kini giliran Junet yang memulai. Junet berjalan layaknya model perempuan, melalui Mei begitu saja tanpa mengucapkan kalimat "terima kasih" dulu.
Mei yang melihat Junet pergi begitu saja membuat darahnya seakan mendidih. Sudah dikasih hati, malah minta jantung! Tapi, peribahasa itu sepertinya kurang pas karena Mei tak pernah menyerahkan hatinya ke Junet, catat itu baik-baik. Amit-amit jangan sampai kejadian itu terjadi!
Mei sengaja mempercepat langkahnya mendahului Junet. "Udah ditolong bukannya berterima kasih, malah biasa aja. Dasar lupa diri!"
Junet mengibas-ibaskan telapak tangannya di depan wajah. "Helloww, gue nggak lupa diri, ya. Gue masih ingat jelas siapa identitas gue."
"Terserah! Intinya sia-sia gue nolongin lo dari pengemis paksa itu."
"Valakor itu namanya."
"Ah, ribet. Lagian mirip juga sama pelakor."
"Beda, Meii." Saking gemasnya Junet, ia inginn sekali mencekik leher Mei itu.
"Intinya sia-sia gue nolongin lo. Coba aja nggak nolong, gue nggak perlu repot-repot tuh ngekotorin tangan gue ini."
"Nah, nah, itu alasan gue nggak bilang makasih. Karena gue tau lo nolongin orang itu nggak pernah ikhlas, jadi percuma." Junet kembali berjalan bak model sambil bersedekap tangan.
Mei menepuk pundak Junet sambil tersenyum miring dengan tatapan mata yang miris. "Gue nolong itu cuman karena kasian. Mana ada sejarahnya cewek nolongin cowok? Emang dasarnya Lekong itu lemah."
"Gue nggak lemah, ya!" Tangan lelaki itu terkepal kuat dengan tatapan mata tajam dan bibir yang mencebik.
"Nggak lemah, terus tadi itu namanya apa?" Mei dengan isengnya menunjuk celana Junet yang basah dengan lirikan matanya. "Itu juga apa?"
"G-gue cuman nunggu waktu lengah aja buat nyerang. Dan i-ni karena es sirop lo itu."
"Halah alasan. Ayo sekarang juga lo lawan gue!"
"Bukan lelaki sejati kalau sampai berani nyakitin perempuan."
"Halah, kebanyakan ngemeng lo. Bilang aja takut, susah amat. Lagian mana ada lekong itu lelaki sejati?"
Junet semakin menggeram dengan kakinya yang menghentak-hentak ke tanah. "Nggak, ya!"
"Tuh, tuh. Junet cemen wle wle." Saking puasnya meledek Junet dan tertawa lepas membuat perutnya merasakan sakit setelah sampai di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Terbalik
HumorDiikut sertakan dalam Event Marvel Dream Lights *judul dan sampul masih sementara