Dua

9 2 1
                                    

- Kentut ajaib
- Tak ada ayam tahu pun jadi.

____________________

Saking puasnya meledek Junet hingga tertawa lepas membuat Mei merasakan perutnya sakit ketika sampai di rumah.

Vanto---kakak Mei---mengerutkan dahinya melihat si adik begitu senang. Sebuah lekukan senyum miring menjadi pertanda terciumnya sesuatu keanehan.

"Tumben lo ketawa-ketawa. Cerita, dong." Vanto menaikkan alisnya sebelah.

"Kepo ae lo, Vanto."

"Udah akhlakless, nggak asik lagi jadi adek."

"Emang, yang asik mah si Ayu Ting Ting, noh. Sik asik sik asik kenal dirimu," kata Mei sebelum menutup pintu kamar dengan tas sekolah yang digendongnya.

"Mei, lo mau ikut latihan?"

"Ikutlah, ya kali nggak."

"Nggak, nggak ada acara latihan, ya. Mei harus ikut Ibu masak di dapur pokoknya." Ibu Mei dengan pakaian khasnya yaitu daster akan mengerahkan kekuatannya sebagai The Power off Emak-Emak kali ini.

"Intinya Mei mau latihan dulu, titik."

"Mei!" Belum juga mengerahkan jurus, Mei berjalan ke arah teras depan rumah tanpa memedulikan emaknya.

*****

Beberapa orang berpakaian hitam dengan sabuk beragam warna tengah melakukan jurus untuk menguji kemampuan mereka masing-masing.

Saat giliran Mei maju, sang bapak meliriknya. Sontak dia memandang ke arah pandang yang dimaksud. Dengan menghela napas, Mei berjalan mendekat. "Ngapain lo ke sini?"

"Eh, Mei nggak usah kepedean, ya. Junet ke sini cuma terpaksa disuruh Ibu buat ngasih masakan sebagai ucapan terima kasih kemarin aja, kok."

"Nggak perlu, di rumah masakan juga banyak. Pergi sana, ganggu aja!"

"Ih, Mei nggak tahu berterima kasih banget, ya. Junet bela-belain ke sini cuman buat nganterin ini."

"Eh, ngaca, dong. Yang harusnya terima kasih karena udah ditolongin itu siapa."

"Terserah mau dimakan atau nggak, yang penting Junet pulang nggak dimarahin Ibu karena makanan ini." Junet meletakkan rantannya di bawah, kemudian pergi. "Oke, masama."

"Ih, nyolot lo, ya!"

"Biarin." Junet menjulurkan lidahnya.

Vanto bukan yanto, dia tersenyum jahil ke Mei. "Makanan dari siapa, Dek?"

"Makan aja! Gue nggak butuh, lagian emak juga masak."

"Sayangnya emak bilang, masakannya nggak mau dimakan sama lo."

"Mana bisa?"

"Tanya sendiri." Vanto terkikik sendiri, ada hikmahnya juga menjahili Mei, dia bisa mendapat serantan makanan lengkap. "Tak ada ayam tahu pun jadi."

"Yah, Mak, kok lauknya pare pahit? Kan, Emak tau Mei nggak suka."

"Sengaja, salah kamu sendiri nggak mau bantu Emak masak."

"Mak ...."

"Mau gimana lagi, Emak capek ngasih tahu kamu supaya belajar masak. Kalau kamu mau makan, ya, masak sendiri."

"Yah, Kak, kok dihabisin?"

"Menjilat ceritanya? Siapa tadi yang bilang nggak butuh?"

"Ibu, masak Mei berani ngatain anak ibu yang ganteng ini dibilang anak lemah."

"MEIII ... berapa kali Ibu harus ngulangin kalimat yang sama? Jangan pernah cari masalah sama orang lain. Kamu itu sukasanya bikin ulah, tapi nggak bisa nanganin masalah."

"Terserah, Ibu."

"Jangan pernah menyalahgunakan ilmumu itu, Mei. Bahaya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dunia TerbalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang