Bab 3

13 1 2
                                    

Bangunan tinggi memenuhi kota, tapi kebanyakan darinya hanya bangunan lawas berlumut. Sebagian bahkan ditinggalkan dan dibiarkan bobrok seadanya. Asap hitam dari pabrik memenuhi langit selatan, membumbung tinggi lalu menyebar ke segala penjuru.

Udara tercemar dengan asap rokok dan kendaraan memenuhi sebagian tempat menambah kesan mengerikan di wilayah itu. Tidak heran banyak orang-orang yang ingin bunuh diri memilih lokasi itu sebagai tempat yang cocok. Banyak gedung kosong dan sedikit penduduk.

Daerah itu kumuh dengan caranya sendiri. Sebenarnya kehidupan orang-orang di sana cukup glamor bahkan masing-masing memiliki gedung mereka secara pribadi. Namun, lokasinya yang cukup jauh dari pusat kota membuat orang enggan untuk tinggal di sana. Kebanyakan dari mereka lebih memilih pindah dan menetap di tempat yang lebih ramai.

Semenjak Read Online muncul banyak kota mulai berubah, dari segi nama hingga batasan wilayah. Perubahan itu awalnya hanya sedikit. Namun, semakin lama semakin banyak yang berubah. Budaya, bahasa, wilayah, semuanya kacau dan tak beraturan tak terkendali.

Di bawah aturan para determinant yang berkuasa bahkan pemerintah tidak bisa bergerak bebas. Mereka hanya bisa maju saat situasi sangat parah dan selain itu mereka hanya bisa menutup mata. Salah satu contohnya adalah kasus Selena. Walau kenyataannya dia bunuh diri, tapi setidaknya ada sebab yang menyebabkan itu. Namun, tidak ada yang berani melangkah lebih jauh kecuali teman bodohnya yang sekarang terperangkap dalam bahaya.

Jackson hanya bisa menggerutu dalam hati. Memiliki masalah dengan para bajingan ini, dia sendiri bahkan belum pernah ke pusat kota. Yang dia dengar di sana sangat menakjubkan. Itu terletak di antara tiga kerajaan paling terkenal. Bagi Jackson yang pemalas, hidup di sini, menjauh dari kekacauan adalah surga yang sebenarnya.

Dia hanya perlu pergi berjaga di pagi hari lalu berganti shif ketika menjelang sore. Membeli makan malam dan berbincang di kedai dekat pos sebelum pulang ke rumah dan pergi tidur. Hidupnya sangat santai dan tenang, melebihi tenangnya air yang tenang. Belum lagi dia tak perlu khawatir dengan uang karena gajihnya cukup besar untuk ukuran sekedar tidur di pos penjaga.

Pekerjaannya pun tak ada masalah, di sini menemukan pencuri bahkan lebih sulit dari menemukan sebelah kaos kaki yang hilang. Itu karena tidak ada yang mau mencuri di lingkungan yang suram, ini tidak seperti ada berlian tersembunyi atau nenek sebatang kara dengan banyak warisan di sini. Intinya hidup Jackson damai sedamai tikus dengan anjing.

Namun, seekor kucing mulai mengusiknya. Sebenarnya dia bisa saja pura-pura tak tau apa yang terjadi seperti yang selama ini dia lakukan, tapi ini melibatkan Rudy. Bukan karena Jackson khawatir padanya, hanya saja dia adalah rekan shif dan itu akan merepotkan jika memiliki rekan baru. Dia harus memulai dari awal, belum lagi jika rekan barunya nanti tidak sebaik Rudy, dia yang sering terlambat atau tertidur di pos akan mengahadapi masalah sulit.

Bagaimana pun dia tidak mau sesuatu terjadi pada rekan naifnya itu. Jackson juga sedikit khawatir dalam hatinya meski terlalu gengsi mengatakan.

"Aakkhh! Ini membuatku gila!" teriak Jackson sambil menendang kerikil jauh ke depan mengenai dua ekor kucing yang sedang bermesraan. Sangat sulit baginya untuk sekedar mengungkapkan pikiran, setiap dia berbicara itu hanya bisa terdengar sarkastik di telinga orang. Jackson tak pandai mengekspresikan dirinya sendiri.

Tak terasa dalam satu putaran Distrik B, hanya perlu waktu tiga puluh menit untuk mengelilinginya, senja mulai merayap perlahan. Matahari tenggelam di ufuk barat memancarkan cahaya kuning keemasan.

Jackson memutuskan langsung pulang kerumah, mungkin Rudy juga sudah pulang atau paling tidak dia masih bersama Tom di pos. Merasa ragu sejenak, dia berjalan dengan mantap, berpikir apa gunanya dia memikirkan mereka. Jackson hanya akan menonton dengan santai di pinggir jika terjadi sesuatu nanti.

Read OnlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang