"Kenapa harus aku? Kakak ada, kenapa Ayah pilih kasih?"
_DashaNora_
Happy Reading!
Kini kita kembali lagi dimana Dasha yang tengah mendengarkan guru mengajar. Menjelaskan tentang sejarah yang membuat beberapa murid menguap, rasanya mengantuk.
Dasha memang tidak mengantuk namun pikirannya berkecamuk sehingga kefokusannya teralihkan pada pulpen yang tengah menggambar sesuatu dibuku sejarahnya.
Tanpa ia sadari, lelaki yang tengah fokus menatap kedepan itu sedikit melirik kearahnya. Bagas menatap gadis itu dengan tatapan heran dan juga sedikit tertarik pada seragam yang Dasha pakai hari ini.
Tidak biasanya Dasha memakai seragam putih abu-abu yang panjang. Hampir dua tahun lamanya, Dasha selalu memakai rok selutut dan seragam yang pendek. Tapi, kali ini gadis itu sebaliknya.
Ketika dirinya terlalu fokus memikirkan kejadian semalam tentang Dasha. Bel pelajaran kedua dibunyikan. Yang artinya, pelajaran keduanya itu adalah Penjaskes.
Dihari selasa, memang kelas mereka mendapat jadwal olahraga. Guru yang mengajarpun tadi langsung pamit dan menyuruh murid-murid itu untuk mengganti seragam putih abu-abunya ke baju olahraga.
Selama murid lain berdiri dan ingin mengganti pakaiannya, Dasha dan Bagas hanya diam ditempat. Bagas tidak berdiri karena terlalu fokus dengan apa yang digambar oleh tunangannya itu.
Tunangan? Pikirnya lucu.
Bagas memilih menutup buku dan pergi untuk mengganti pakaian ke seragam olahraga. Dengan Dasha yang tetap tak bergeming dari tempat duduk.
Lima belas menit kemudian, semua murid kini sudah berkumpul dilapangan. Dengan guru yang sudah siap untuk mengajar.
"Bapak akan mulai pelajarannya dengan mengabsen satu-persatu, kalian cukup bilang hadir jika bapak panggil." Titah pak wahyu selaku guru senior pelajaran olahraga kelas sebelas.
"Amelia?"
"Hadir!"
"Andika?"
"Hadir!"
"Beni?"
"Dia ijin karena sakit pak!"
Pak wahyu hanya mengangguk mendengar salah satu muridnya tidak bisa hadir hari ini.
"Cantika?"
"Hadir!"
"Desika?"
"Hadir pak!"
Semua nama yang berawalan A sampai H sudah disebut. Kini giliran Bagas yang menjawab.
"Ilman Bagas?"
"Hadir!"
Setelah semua nama sudah dipanggil. Pak wahyu langsung menutup buku absen itu dan menatap satu persatu muridnya dengan seksama.
Terlihat sangat bahwa kehadiran Dasha disana tidak pernah diperdulikan. Bahkan, sekalipun guru tidak memanggilnya, tidak ada yang penasaran kenapa Dasha tidak hadir dipelajaran olahraga hari ini.
Pak Wahyu sudah tahu kalau Dasha hari ini tidak bisa ikut mata pelajarannya. Ia hanya ingin tahu, seberapa perdulinya teman-teman Dasha dengan tidak memanggilnya.
Pak Wahyu tahu, gadis itu dikucilkan. Sangat disayangkan, murid sepintar dia tidak mempunyai teman.
Namun salah satu gadis disana mengacungkan diri dan hendak bertanya pada pak wahyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haineuse
FanfictionPenuh Kebencian, kehidupannya terlihat kejam namun ia rapuh didalam. Terukir senyum namun retak dihatinya. Terlihat tegar tapi ia butuh bahu seseorang untuk ia sandarkan. Ayah, Ibu, Kakak, Adik maupun tunangannya seakan-akan membenci Dasha. Gadis ya...