Hujan turun dengan deras, Ariana tidak bisa pulang karena terjebak di kantornya. Teman-teman Yang lain sudah pulang lebih dulu. Mereka membawa jas mantel. Sementara Ariana dengan bodohnya meninggalkan jas hujan tadi di kontrakan.
Sedangkan Lukas pimpinan tertinggi di perusahaan X belum beranjak dari tempat duduknya karena harus memeriksa beberapa berkas kantor.
"Ariana, kamu masih di kantor, 'kan, tolong buatkan saya kopi."
Ariana yang baru saja menerima telepon dari bosnya menghela napas dengan berat. Bukannya apa-apa, Lukas mempunyai kelakuan aneh. Beberapa hari yang lalu ketika Ferdinand--rekan kerjanya--mendekati Ariana hanya sekedar mengobrol, tiba-tiba dia marah dan mengancam akan memecat Ferdinand. Lukas juga sering bertingkah mengada-ngada dengan mengatakan bahwa jika Ariana mau selamat bekerja di sini jangan coba-coba dekat dengan lelaki lain.
Sudahlah. Ariana tidak perlu memikirkan itu. Sebaiknya, dia segera ke belakang untuk membuatkan kopi. Tugasnya di sini yang hanya sebagai karyawan rendahan harus menurut saja apa kata bos supaya bisa tetap selamat dan mendapatkan gaji.
hidupnya hanya sebatang kara. Tidak ada siapa-siapa yang diandalkan kecuali dirinya sendiri.
Ke dapur membuatkan kopi, setelahnya Ariana masuk ruangan Lukas dan meletakkannya di meja.
"Kopi Anda, Pak," katanya dengan sopan. Menunuduk sedikit, dia permisi untuk keluar dari ruangan.
"Ariana, tunggu! Aku belum mengizinkan kamu untuk keluar dari ruangan ini."
Ariana menahan langkahnya, kemudian ia bertanya, "Ada yang Anda perlukan lagi, Pak?"
"Duduk di sini, temani aku mengerjakan berkas-berkas."
Ariana menghela napas. Menemani Lukas bukan salah satu dari deskripsi pekerjaannya sebagai seorang office girl di kantor ini.
"Anda bisa mengerjakannya sendiri, Pak. Toh, saya di sini pun tidak membantu apa-apa sama sekali."
Ketika Arian mengambil langkahnya kembali, Lukas mencegahnya.
"Bukankah sudahku bilang padamu untuk tetap diam di tempat! Berani sekali kamu menantang aku. Pemimpin sekaligus pemilik perusahaan ini. Apa kamu mau tidak diterima bekerja di mana pun sampai harus memakan muntahanmu sendiri?"
Baiklah. Lukas berhasil mengancam Ariana dan dengan patuhnya gadis itu duduk di ruangan Lukas tanpa bicara apa-apa lagi.
"Bagus!" gumam Lukas.
Setengah jam kemudian, Lukas sudah selesai dengan urusan berkas-berkasnya. Ariana hampir saja tertidur di kursi sofa ruangan tersebut karena bisa dibilang terlalu nyaman. Namun, sekuat hati dia menahan matanya agar tidak mengatup rapat.
Tadinya Ariana merasa lega ketika Lukas sudah menyimpan berkas pertama. Namun, siapa sangka dia ternyata mengeluarkan berkas-berkas lainnya. Ini sudah pukul 11 malam. Memang tidak ada orang di di rumah yang akan memhkhawatir. Masalahnya, dia sudah sangat mengantuk.
Lukas tidak bicara apa-apa sama sekali selama dia memeriksa dokumennya.
Ariana tidak tahan, dia tertidur.
.
.
Lukas memperhatikan Ariana yang sedang tidur. Tadinya dia hanya sekadar melepas jas untuk dipakaikan ke tubuh gadis itu supaya tidak kedinginan. Namun, entah kenapa ketika semakin dekat, Lukas malah terpaku padanya.
Ariana, gadis yang menolak ketika didekati Lukas. Dia tidak pernah menganggap serius niat Lukas. Dia mengatakan bahwa Lukas adalah seorang atasan yang terlalu tinggi. Tidak mungkin bisa menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Boss Who Touched Me
RomanceMengandung unsur dewasa dan umpatan kasar Ariana dinodai oleh Lukas dan dia bersumpah bahwa akan membenci lelaki itu seumur hidup. Namun, kenyataan mengatakan berbeda. Ariana mengandung benih yang ditanam Lukas secara paksa. Ketika buah hati membutu...