01

418 48 18
                                    

ASSALAMUALAIKUM
WARAHMATULLAHI
WABAROKATUH!!

happy reading all📖

•oOo•

Di kampus, Dimas dikenal karena sifat tegas dan teguh pendirian. Dia pun dikenal jujur, selalu menepati apa yang ia katakan. Maka demikian, tidak seharusnya Salsa mengira ucapan Dimas tadi hanya candaan. Iya, semua ini salah Salsa.

Salsa menarik ujung baju sang bunda guna meminta penjelasan. Namun, Bundanya sama sekali tidak melirik ke arah Salsa. Bunda malah asik mengobrol dengan orang tua Dimas.

Ya, tidak lama setelah kedatangan mereka, orang tua Dimas ternyata menyusul. Salsa juga tidak mengerti situasi seperti apa sekarang ini.

Ini beneran dia lagi dilamar? kok caranya gini banget, gak ada yang romantisan dikit apa?

"Salsa udah besar ya, rasanya baru kemarin Ummi gendong-gendong." Ucap Wanita paruh baya yang tidak lain adalah Ibunda Dimas.

Bohong ah, Salsa gak inget tuh pernah digendong-gendong sama Ummi-nya Dimas waktu bayi. Cuma pada nge-prank doang nih pasti.

"Nak Dimas juga, sampai pangling Bunda liatnya." Raras-Bunda Salsa ikut menimpali.

"Bunda kenal Pak Dimas dari lama?" Salsa tanpa sadar turut menyahut.

"Iya, keluarga Dimas sama kita kan dulu tetanggaan waktu di Lampung." Jelas Bunda.

"Salsa dulu masih kecil banget, masih bayi, pantes kalau gak inget." Lanjut Ummi-nya Dimas.

"Oh, gitu.." Salsa tersenyum canggung.

Jadi dulu, Salsa dan keluarganya sempat tinggal di Lampung. Kata Bunda sih, mereka pindah ke Lampung karena Ayah ada tugas dinas di sana. Tapi setelah Ayah meninggal, sekitar usia Salsa satu tahun, mereka sekeluarga kembali lagi ke Jakarta dan tinggal sama kakek-nenek dari keluarga Bunda.

"Dimas sama Tirta dulu bukannya satu kampus, ya?" Bunda kembali memulai pembicaraan.

"Iya, cuma semester dua Abang balik ke Indonesia, Dimas masih lanjut di Stanford." Jelas Tirta.

Tirta adalah kakak pertama Salsa.

Salsa adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Kedua saudaranya adalah laki-laki. Tirta-pria berusia 26 tahun yang kini berprofesi sebagai insinyur penebangan. Yang kedua adalah Irsyad-pemuda 21 tahun yang kini masih menempuh pendidikan S1 jurusan Kehutanan semester 6.

Sepanjang perbicangan kedua keluarga, Salsa tidak hentinya menatap tajam ke arah pria yang sungguh paling ingin ia cabik-cabik saja mukanya sekarang. Dimas, siapa lagi? Lihat raut datar pria itu. Apa dia tidak merasa bersalah sama sekali sudah menjebak Salsa ke dalam situasi rumit seperti sekarang?

"Bang, ini cuma bohongan, kan? cuma prank kan?" Bisik Salsa pada Irsyad yang duduk di sampingnya.

Irsyad malah tersenyum jahil dan menggedik acuh. Salsa sontak berdecak, bertanya kepada Abangnya yang satu itu, memang tidak ada gunanya.

"Jadi gimana nak Salsa? udah ada jawaban untuk lamaran Dimas belum?"

Bagai petir di siang bolong, Salsa yang sudah berusaha berpikir se-positif mungkin akhirnya sia-sia. Ternyata memang tujuan kedatangan Dimas dan keluarganya kemari adalah untuk melamarnya. Kalau sudah seperti ini, Salsa harus bagaimana?

"Salsa-Salsa, Salsa mau ke belakang dulu, permisi." Gadis itu langsung beranjak dari tempat duduknya dan berlari kecil meninggalkan ruang tamu.

Semua orang yang ada di sana terdiam.

Mr. Dosen, Help Me Hijrah!Where stories live. Discover now