1. Satu atap?

648 77 14
                                    

⚠Koreksi jika ada typo.

Happy Reading!!
••

"SHENA CEPET BIKININ GUE MAKANAN!"

"SETELAH ITU BERESIN KAMAR GUE, GUE MAU ISTIRAHAT!"

Teriakan seorang lelaki menggema di ruangan itu. Tentu itu membuat seorang gadis yang sedang bersantai merasa kesal. Pasalnya ia baru saja duduk beristirahat, namun lelaki itu terus saja menyuruhnya ini-itu.

Dengan malas, ia berdiri dari duduknya dan berjalan ke dapur. Matanya menatap seorang lelaki yang sedang duduk di meja makan. Lelaki itu menatapnya tajam.

"Mana makan malam gue?!"

"Udah numpang, males-malesan lagi!"

Gadis yang dipanggil Shena itu mencebikkan bibirnya kesal. Lantas ia berkacak pinggang menatap lelaki itu sengit.

"Kepada bapak Sheon terhormat, gue dari tadi nyapu, ngepel, beres-beres, ya! Lo tuh yang dari tadi tiduran mulu!" jawabnya kesal.

"Jelas lah! Secara gue pemilik apartemen ini. Inget ya, lo itu cuma numpang di sini. Jadi, lo harus nurutin semua perintah gue! Kalo nggak, siap-siap aja gue tendang lo dari sini," ujar lelaki itu.

"Kalo gue bisa milih, gue juga nggak mau seatap sama cowok rese kayak lo!"

Dia, Shena Zamora. Gadis cantik, bar-bar dan tentunya cerewet. Gadis itu terpaksa harus tinggal bersama dengan Sheon, yang mana pemuda itu adalah teman satu kelasnya.

Mengingat itu, Shena jadi teringat saat pertama kali orang tuanya mengajak ke rumah Sheon.

•Flasback on•

Seorang gadis berambut panjang duduk bersimpuh di atas gundukan tanah yang mulai mengering. Tangannya membawa satu botol air mawar dan satu keranjang bunga. Terlihat mata gadis itu berkaca-kaca, dan mulutnya bergumam pelan seperti tengah membacakan doa.

Hari-hari yang semula diisi kebahagiaan, kini telah digantikan dengan hari-hari yang penuh dengan kesedihan dan keterpurukan. Tetapi, ia selalu bisa menutupi semua kesedihannya ketika bersama orang-orang terdekatnya. Namun, ketika ia merasa sendiri, ia tidak bisa lagi menyembunyikan kesedihannya itu.

Di tinggal selama-lamanya oleh seorang kekasih yang amat di cintai dan sayangi memanglah bukan hal mudah. Baginya, Rion adalah segalanya. Tetapi, Tuhan lebih sayang dengan pemuda itu, makanya Tuhan lebih dulu mengambil Rion darinya.

"M-maaf, sayang. Aku baru bisa ke sini setelah berbulan-bulan." Gadis itu mengelus batu nisan dengan nama Rion Wijaya dengan lembut. Sesekali ia mengusap air matanya.

Kemudian tangannya membawa gadis itu untuk menaburkan bunga dan menyiramkan air mawar pada makam Rion.

"Kamu, kan tahu sendiri kalau kakak aku suka banget pindah-pindah sekolah. Makanya aku jarang banget jengukin kamu, itu karena aku lebih sering Jengukin kakak aku. Tapi sekarang, kakak aku udah mutusin mau lanjut kuliah di Jerman. Jadi, kemungkinan aku bakal pindah ke sana," ucap gadis itu lirih. Matanya memandang ke arah gundukan tanah itu kosong.

"Tapi kamu tenang aja. Aku udah minta mama supaya aku nggak ikut kesana, kok. Katanya, mama sama papa mau titipin aku ke temennya. Jadi, aku bakalan jauh sama mereka." Gadis itu kembali mengelap matanya yang berair, kemudian gadis itu tersenyum. "Tapi nggak papa, jadi aku bisa ke sini jengukin kamu terus, ya, kan? Rumah temen mama juga nggak jauh-jauh banget dari sini, kok."

Dear S Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang