Jika kalian bersatu, maka kehidupan akan lebih baik."
"Jika kalian bersatu, maka kehidupan akan lebih baik."
"Jika kalian bersatu, maka kehidupan akan lebih baik."
"Hosh..hosh..hosh.." Wonjin terduduk, nafasnya tercekat, Wonjin langsung memegang dadanya kuat-kuat.
"Suara siapa itu?" Pandangannya mencari-cari seseorang di sekitarnya. Alisnya mengernyit. Sebentar, dia dimana?
Cklek
"Wonjin, udah sadar?"
"Ma?" panggilnya sambil memijat pelipisnya.
Mamah Wonjin menaruh nampan berisikan bubur dan air hangat di atas nakas sebelah ranjang Wonjin. Mamahnya mengelus puncak kepala Wonjin.
"Kamu kok bisa pingsan?"
Loh jadi dia pingsan? Wonjin melirik baju yang ia gunakan. Wah, benar bajunya masih sama yang ia gunakan tadi pagi di sekolah.
"Kok Wonjin udah di rumah?"
"Tadi pihak sekolah telfon mama. Katanya ada beberapa anak yang pingsan jamaah. Mama cepet-cepet kesana, akhirnya mama bawa kamu pulang aja." ucapnya.
Wonjin terdiam.
Apa? Ada anak lain yang pingsan sepertinya? Siapa dia?
"Jika kalian bersatu, maka dunia akan lebih baik."
Lagi? Suara itu? Itu suara siapa? Apa maksudnya? Wonjin semakin pusing. Dia memegang kepala dengan kedua tangannya.
"Eh eh tiduran lagi."
Mamahnya segera membaringkan tubuh Wonjin semula.
"Kenapa Wonjin, kamu masih pusing?"
"Gak ma. Paling Wonjin cuman kecapekan aja." jawabnya sambil tersenyum tipis.
"Makanya ga usah begadang lagi ya. Tidur yang cukup nak."
Mamah Wonjin pun mengelus rambut Wonjin. Ia memberikan kecupan singkat di kening putranya. Kemudian membiarkan Wonjin untuk beristirahat dan meninggalkan kamar Wonjin.
"Jadi, apa suara tadi itu sebuah pesan?" ucap Wonjin lirih.
"Tapi gue masih kurang yakin."
"Jika kalian bersatu, maka kehidupan akan lebih baik."
Woobin membuka matanya. Pandangannya sedikit samar.
"Ah, langit UKS."
Woobin memegang kepalanya. Ia duduk bersandar pada dinding UKS. Pandangannya mengedar ke penjuru ruangan. Ada tirai yang menyekat di samping kiri dan kanan ranjang UKS.
Woobin menormalkan nafasnya yang semula tak beraturan. Ia meminum air yang sudah disediakan di nakas sebelahnya.
Suara itu...
Rasanya sangat pusing berpikir mengenai suara itu. Ia segera turun dari ranjang. Dengan langkah gontai dan pelan, Woobin keluar dari UKS dan pulang menuju rumah.
Woobin nggak sadar, kalau di sebelahnya ada anak yang bernasib sama dengannya.
Hyeongjun membuka matanya. Menetralisir pandangannya yang semula samar. Mencari-cari seseorang yang mungkin berada di sekitarnya.
Pandangannya terpaku saat melihat Taeyoung merebahkan kepalanya di samping Hyeongjun dan duduk di kursi sebelah ranjangnya.
"Young..." panggilnya sembari menggoyangkan tubuh anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WE ARE CRAVITY
Fantasy[LEAGUE OF UNIVERSE] Peristiwa hujan meteor kala itu, membuat sembilan orang siswa sekolah menengah pingsan secara bersamaan