#001

179 26 7
                                    

Aku ingat pertama kali kita bertemu, kala itu hujan deras. Di bawah naungan Halte sekolah, duduk termenung dengan pikiran yang berantakan.

Bagaimana mata kelam mu menatap kosong pada jalan. Sama sama menunggu seseorang, terjebak dalam hujan dan keheningan.

Kurva indah yang melengkung sempurna, dengan hidung mancung terpampang disana. Awalnya hanya kagum biasa, entah kenapa aku malah jatuh hati padamu.

Kamu selalu menarik perhatian, bagai magnet kau menarik arah pandangku dan menguncinya.

Aku juga ingat di mana kita saling berbagi kehangatan, dibawah jaket kulit mu waktu kita terperangkap hujan sesudah pulang dari perpustakaan kota.

Tawamu, tingkah konyolmu, rasanya malah menjadi pemanis dirimu. Atau mungkin karena aku yang terjebak dalam lobang pesonamu?

Aneh ya Hendery, rasanya kamu tidak pernah melakukan salah di mataku.

Oh ya Hendery, apakah kamu ingat saat kamu tak sengaja mencium ku?

Wajahku selalu memerah ketika mengingat itu, apalagi waktu kita menjadi bahan candaan karena hal itu terjadi di depan teman sekelas kita.

Kisah kita saat itu masih berlanjut. Yang masih ingat jelas, itu pertengahan bulan November. Dimana aku memberanikan diri untuk berbicara hal ini padamu.

Hendery, apa kamu tau kalau selama ini aku mencintaimu?

Hendery, aku suka kamu

Kata itu terus ku ulang dalam benak, sambil menelusuri jalanan kota. Sesekali aku bersenandung kecil, melangkahkan kaki ke tempat yang biasa kita kunjungi.

Aku duduk di bangku di mana kita sering bertukar cerita. Jariku bergerak mengambil ponselku untuk mengabarkan bahwa ada hal penting yang harus ku bicarakan. Rasanya aku tak sabar melihat reaksimu setelah aku ungkapkan ini.

Namun sebelum aku mengirimkan pesan itu padamu, aku melihat kamu bersama gadis. Memang cantik aku akui, bulu matanya lentik, suara tawanya merdu. Aku lihat kalian bersenda gurau sambil melihat langit sore.

Kamu terlihat sangat menikmatinya ya, Hendery. Bahkan tawamu terlihat sangat cerah, terlihat lebih bahagia daripada denganku.

Hendery

Omg, Xiaojun!
Aku punya berita bagus!

Aku sedang menikmati
angin sore dengan gadis
yang lama ku sukaa

Ah, aku senang sekali!

Aku turut senang
mendengarnya.

Bersenang-senanglah!


Semesta memang tidak menyetujui nya ya? Sayang sekali. Hendery, sepertinya aku harus berhenti mencintaimu ya?

***

"Ma, apa aku boleh ikut ke Jakarta?"

"Lho, kenapa tiba tiba?"

Aku menggeleng cepat.

"Kayaknya lebih enak kalau kita tinggal di sana, mama papa jadi nggak usah bolak-balik deh".

"Lalu Hendery?"

Aku tersenyum kecut dan menghela nafasku. Menatap mata indah mama yang juga sedang menatap ke arahku.

"Hendery kan punya banyak temen, nggak aku doang mah".

Teman ya, ya memang begitu kenyataannya. Sampai kapanpun aku dan Hendery tak akan pernah jadi kita.

Hendery, i wish i was girl. Dengan begitu aku bisa selalu melihat indah senyummu, hangatnya pelukmu, lembutnya ciumanmu.

Tapi, aku sadar diri kok Hendery, harapku untukmu adalah hal yang terpatahkan sebelum benar benar ku perjuangkan.

***

Tak terasa, 2 tahun aku di sini. Bersama hiruk pikuknya kota Jakarta. Rasa untukmu juga masih sama, seringkali juga ku tuliskan karangan untukmu. Entah tentang senyum mu, rinduku padamu, atau apalah itu.

Apa aku harus meminta maaf karena meninggalkan nya tanpa pamit?

Hal yang memang senantiasa ada dalam benakku 2 tahun ini, pertanyaan yang sama selalu terulang.

Maaf ya Guanheng, dulu memang aku terlalu terbawa ego padahal harusnya aku sadar diri.

Jariku mengambil ponsel yang tersimpan elok di meja, mengetikkan pesan terakhir sekaligus pesan selamat untuk nya.

Hendery

Hendery, maaf aku tiba-tiba menghilang kala itu. Egoku
memang tinggi, maaf tidak pamit
dahulu.

Memang ya, relung asa yang
telah kita rajut dulu rasanya
tidak cukup untuk membuat
aku dan kamu menjadi 'kita'.

Walau telah lama
berlalu, nyatanya aku masih
jauh dari kata melupakan. Lupakan kisah yang telah kita ukir, walau
nyatanya ukiran yang awalnya
terlihat indah, tak akan pernah
terselesaikan.

Tidak, ini jelas bukan surat
cinta. Meski telah ku ketik
dengan rasa sedalam lautan
dan masih ada corak namamu
dalam hati. Aku tahu, kita
hanyalah memori yang selesai
sebelum benar benar terukir.

Aku mendengar kamu telah
bertunangan dengan gadis
manis itu ya? Langgeng ya.

Aku cinta kamu Hendery,
dari dulu mungkin
sampai sekarang?

Kalau aku perempuan,
  kamu sudah ku perjuangkan.
Tapi ya begitu, asa ku
hanyalah hal yang patah
sebelum ku perjuangkan.

Air mata menetes dengan sendirinya, segera ku simpan kembali ponselku di atas meja. Mata ku melihat ke arah jendela, hujan ternyata.

Pikiranku melambung tinggi, menjelajahi memori waktu, tempat di mana aku dan kamu bertemu. Mungkin memang kisah cintaku tak semulus kisah fiksi yang biasa ku baca. Tak semulus kisah di film-film Disney.

Tapi mengenal sosok Hendery juga sudah cukup, toh tak ada undang-undang wajib mencinta.

Terima kasih atas memori indahnya, cinta pertamaku.

END

ASA - henxiaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang