05 - Tuntut Keadilan

94 20 9
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Jam isterahat pertama, terlihat di lapangan basket SMA Buana, sudah berkumpul siswa yang ingin bergabung dalam eskul basket, beberapa dari mereka punya tujuan berbeda, ada yang masuk karena ingin cari kesempatan buat dekat dengan Grey, ada yang masuk karena ingin coba-coba, ada yang masuk karena ikut-ikut'an dan masih banyak lagi.

Tak lama Grey datang dari arah samping seorang diri, pria itu membawa tumpukan kertas formulir.

Kedatangan Grey, mengundang suara pekikan dari beberapa siswi, tak hanya itu lapangan basket menjadi tempat tontonan.

Beberapa siswa yang tidak bergabung dalam eskul tersebut hanya memilih untuk mencuci mata dari jauh.

Grey mengatur barisan para anggota basket. "Baris memanjar, beraturan jangan desak-desak'an!" teriak Grey.

Pria itu kemudian menaruh tumpukan kertas, disamping menaruh handphone-nya di atas tumpukan, agar kertas tidak beterbangan.

"Pisah barisan cowo sama cewe. Yang cewenya sisi kiri, yang cowo kanan, biar rapi." Grey mengatur dengan gerakan tangan, sebagai kode agar para siswa itu paham.

Tak hanya kelas 1 dan 2 yang ikut dalam seleksi tim basket, kelas 3 juga terlibat mencalonkan diri, terutama Aara Fradella Ulani–bagian dari circle jad, terkenal dengan kebaikan hatinya bagaikan peri di antara kedua temannya walau ia polos.

Padahal dulu sewaktu kelas 1 SMA, Ara tidak memiliki niat untuk ikut, ia tidak menyukai bidang olahraga, tapi karena Grey, ia jatuh cinta pada pria itu ketima menginjal kelas 2 SMA. Ara ikut, iming-iming bisa dekat dengan Grey.

Di bawa terik matahari, barisan siswa sudah rapi, Grey sudah sigap di tempat dengan satu tangan yang dilipat ke belakang, alisnya ikut berkerut karena paparan sinar matahari.

"Sebelumnya terima kasih karena kalian udah nyempetin waktu, dan berkorban harus berdiri di bawa panas matahari seperti ini demi jadi bagian dari basket Buana, gue sangat mengapresiasi antusias kalian." Perjelas Grey.

Namun dari belakang, Inggrid mendengus tak dapat mendengar perkataan pria itu, para gadis centil didekatnya tidak berhenti bicara, ia terus saja memuji Grey, mengatakan semua kelebihan pria itu. Inggrid muak ia tidak tahu dan tidak peduli siapa itu Grey, kebanding berada di barisan paling belakang yang ia kira tempat aman, ia lebih memilih bisa berdiri barisan paling depan, agar bisa mendengarkan dengan tenang apa info di sana.

"Kak Grey selain jago basket, bidang akademi juga nggak kalah, yah nggak sih?" tanya salah seorang siswi.

Siswi lain menyahut, "Pastinya."

"Lo pada ingat nggak momen di mana Kak Grey kepang rambut waktu lomba basket tahun lalu."

"Ingat, kenapa emang?"

"Itu damagenya bukan main! Ditambah kalau udah keringetan pas main, Argh!! Gue nggak bisa napas!"

Inggrid menutup telinga, berisik! Bisa tidak para gadis itu jika ingin bergosip, ingin menghalu di tempat lain saja, ini sedang meeting, alias sedang ada informasi penting dari ujung sana, bukan tempat gosip.

Tawanan 3 Moswanted (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang