"Kembalilah suamiku!" lirih perempuan itu.
Lagi, Abel bermimpi aneh. Bertukar jiwa dengan sosok yang entah dari mana asalnya. Lantas, setelah dialognya selesai Abel bangkit dari kursi dan melihat sekitar. Kalau sebelumnya Abel mengenakan kebaya, sekarang pakaian itu berubah menjadi daster dengan motif bunga-bunga. Memiliki kemampuan seperti ini sangatlah melelahkan. Apabila Abel menyelami masa lalu sosok yang diajak bicara, ia harus rela mengorbankan energi dengan berperan sebagai tokoh utama. Seandainya diberi kesempatan menjadi pengamat, Abel ingin sekali. Sayang, hal itu belum terwujud. Selama 24 tahun, ia tak juga mahir menyelaraskan kemampuan istimewa ini. Abel hanya bisa pasrah. Mungkin ini sudah takdirnya.
"Abel, bangun!"
Itu suara Rangga. Abel bisa dengar jelas. Namun ketika ia hendak menyahut, suaranya tiba-tiba tercekat. Wanita ini sepertinya tidak membiarkan Abel terdistraksi oleh Rangga. Kemudian tubuh Abel dikendalikan dan dibawa keluar dari rumah.
"Baik, kamu mau bawa aku ke mana sekarang?" tanya Abel kepada sosok itu.
Ia pun melangkahi jalan setapak yang sisi kiri dan kanannya dipenuhi pohon-pohon rimbun. Saat melengak ke atas, Abel melihat bulan purnama bersinar terang, meski terhalang dedaunan. Dari kejauhan, samar-samar nampak lampu teplok menyinari rumah warga.
"Sendiri aja, Nduk?" tanya ibu paruh baya itu begitu Abel sampai.
"Iya, Bu. Suamiku belum pulang soalnya," jawabnya.
Abel masih belum menemukan titik terang. Apa yang ingin diceritakan sosok itu dan siapa wanita di depannya kini.
"Sudah, enggak usah, Mbok. Saya mampir karena ingin beli lilin dan korek api saja. Kebetulan cuma warung Mbok yang buka." Perempuan itu menolak teh hangat yang disodorkan wanita itu. Lalu, ia menjawab, "Tidak baik menolak rezeki, Nduk. Sudah diminum saja."
"Makasih, Mbok."
Mbok itu bertanya, "Kenapa kamu berani sekali pergi malam-malam begini? Kampung kita sedang enggak aman, Nduk."
"Saya bisa jaga diri kok, Mbok. Enggak usah khawatir."
"Ini kamu lagi hamil, lho. Sudah, menginap di rumah Mbok saja. Pamali malam-malam di luar begini."
Sekali lagi perempuan itu menolak. "Selama ini Mbok selalu bantu saya. Saya enggak mau merepotkan."
Abel menyimpulkan perempuan dan Mbok ini ada hubungan dekat. Saat hendak meninggalkan Mbok, ada perasaan mengganjal di dalam hatinya. Ingin ia mencegah perempuan ini pergi, namun Abel tidak berdaya. Bagaimanapun, tubuh ini bukanlah miliknya.
Firasatku enggak enak, batin Abel.
Seperti video yang dipercepat, tiba-tiba Abel sudah dihadang oleh sekumpulan pria. Botol kaca berwarna hijau itu nampak familier, apalagi kalau bukan alkohol. Seandainya Abel bisa mencegah perempuan ini berpisah dari Simbok, ia tidak akan bertemu pria-pria ini.
Siapa mereka? Kenapa aku enggak bisa lihat wajahnya? Apa yang akan mereka lakukan?
Abel bisa lihat badan mereka dari leher sampai bawah, namun tidak dengan wajah. Aneh. Wajah mereka blur-terhalang asap hitam. Perempuan itu tidak berdaya. Sekujur tubuhnya sakit sehabis ditendang. Darah membasahi kedua kakinya. Anak itu... sudah tiada. Ia menangis. Menangis karena tidak berhasil menyelamatkan anaknya.
"Anakku!!!"
Wajah-wajah orang yang mencemaskannnya nampak jelas begitu Abel siuman. Di depan ada Rangga, Sintya, Cahyadi, dan Ferdi sedang berdoa. Ustaz itu lantas menyingkirkan tangan yang ia letakkan di kening Abel selepas berdoa tadi.
"Ada apa ini?" ujar Abel heran.
"Kamu kesurupan, Bel. Sejak tadi kamu nangis terus gak berhenti," jawab Sintya.
Abel terlonjak, lantas memandangi Ustaz di sebelahnya. "Ini beneran?!"
"Benar. Saya datang karena diminta oleh Nak Rangga. Apa kamu mengenali wanita yang mengikuti kamu selama ini?" tanya Ustaz.
"Enggak, Ustaz. Dari dulu saya sudah coba cari tahu apa yang dia inginkan dan menyelami masa lalunya, tapi enggak bisa. Entah bagaimana tiba-tiba saya terhubung sama perempuan itu dan dia cerita ke saya."
"Apa yang kamu lihat?"
"Saya lihat wanita tua dan tiga laki-laki."
Kegaduhan nampaknya masih berlanjut. Para tamu undangan terlihat kepo, bahkan ada yang mengintip lewat jendela.
"Sepertinya ada seseorang yang sengaja 'mengirim' wanita itu untuk mengusik keluarga kalian. Tetapi, ada hal yang mengganjal. Wanita ini malah tidak menjalankan tugas seperti yang diperintahkan, Bel," urai Ustaz itu.
"Maksud Ustaz?" tanya Abel masih kurang paham.
"Ini kasus yang langka sepanjang saya mengobati orang. Jin ini memberontak. Baru pertama kali saya menemukan hal semacam ini."
Ketika ingin melanjutkan penjelasan, tiba-tiba mereka mendapat serangan. Sulit dipercaya, siang bolong begini diusik makhluk astral. Angin misterius bertiup dan memorak-porandakan ruangan. Dekorasi yang sudah dirancang sedemikian rupa pun hancur begitu saja. Kericuhan semakin menjadi tatkala salah satu perempuan kesurupan dan membuat tamu lain latah hingga kesurupan massal. Semua orang dipaksa tenang dan berdoa supaya keadaan kembali normal.
Ini pasti ulah wanita berbaju hitam itu, batin Abel.
![](https://img.wattpad.com/cover/265123327-288-k420816.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Desa Terkutuk [ON-GOING]
HorrorDesa Kembang digemparkan dengan mayat wanita hamil di tengah jalan. Warga berbondong-bondong menyaksikan, namun tidak berani menggotong jenazahnya ke pemakaman. Penduduk desa meyakini jika ada wanita hamil yang meninggal secara tidak wajar, maka des...