nada menatap bangunan dua tingkat dihadapannya saat ini. Tidak terlalu mewah , sederhana itu yang ia lihat. Tapi yang dipikirkannya adalah bahwa bangunan ini akan menjadi tempat tinggal barunya mulai saat ini dan kedepannya. Gadis itu berharap bahwa rumah baru ini akan menjadi tempat untuk memulai kehidupan yang lebih baik dari kehidupan sebelumnya.
nada baru selesai membereskan barang-barang yang diangkut oleh jasa pindahan sedari pagi dan baru selesai pukul 5 sore bersama ibu dan kakaknya. nada menatap sekeliling, mulai dari tempat sampah yang datangi guna membuang sisa sisa pindahan, dan hingga rumah rumah tetangga barunya.
Semua ini tidak akan terjadi ketika ayahnya tidak menghancurkan hubungan yang sudah dibangun bertahun tahun dengan ibunya dengan membangun rumah tangga baru secara diam diam dibelakang mamanya. Setelah kedua orang tuanya bercerai nada dan kakak keduanya memilih untuk ikut ibunya. Sedangkan Tama kakak pertama nada tidak memihak salah satu dari mereka.
Sebagai anak bungsu melihat kedua kakak nya yang mencoba terlihat tegar ia berpikir bahwa ia tak mungkin menangis seperti anak kecil di usianya yang akan menginjak 17 tahun. Meskipun dadanya terasa sesak. Ia kecewa pada ayahnya kecewa kepada semuanya bahkan kecewa pada dunia kenapa harus memilih dia untuk berada dikondisi seperti ini. Tama selaku kakak sulung nada, mencoba menenangkan adik bungsunya yang terus berdiam diri di kamar. dihampirinya Gadis itu yang menatap nanar pada jendela. Dibelainya rambut nada dengan lembut lalu tama berkata
"nada Kehidupan ini memang nggak selalu berjalan seperti apa yang kita inginkan. Adakalanya kita harus bahagia karena sesuatu yang kita inginkan tercapai dan adakalanya kita harus ikhlas dengan apa yang tidak kita hendaki. Kalau kamu mau nangis nggak apa apa. Nggak perlu ditahan. Menangis itu emosi pengganti ketika bibir sudah lelah untuk berkata kata, asal kita jangan terlalu larut dalam kesedihan dan kita juga pantas untuk mendapatkan kebahagiaan" Dan pada saat itu pun tangisnya pecah di pelukan kakak sulungnya. Tanpa mereka sadari seorang pria juga menangis dibalik dinding kamar itu.
Lalu tiba tiba Suara seorang lelaki memecah lamunannya. nada menoleh dan mendapati seorang pria dengan membawa buah semangka yang sudah terpotong rapi didalam tempat makan transparan sembari tersenyum hangat pada nada.
"Permisi, kamu yang tempatin rumah baru ini ya ?" Tanya pria itu padanya. gadis itu mengangguk mengiyakan pertanyaan pria itu. Lalu pria itu menyodorkan tempat makan tersebut.
"Kenalin namaku Genta. oh iya Ini icip icip dari mamaku. Untuk sambutan juga perkenalan. Semoga betah tinggal di rumah barunya." Ucapnya dengan senyuman yang tidak luntur dari bibirnya. nada menerima uluran tempat makan yang diberi oleh pria bernama genta itu.
"Terima kasih ya kak Genta, bilang ke mamanya juga terima kasih dan salam kenal. Nanti aku sampaikan ke ibuku juga." gadis itu tersenyum canggung.
setelah itu genta berpamitan dan berjalan kembali kerumahnya, setelah sebelumnya dia memberitahu letak rumahnya kepada nada. Dan setelah memperhatikan punggung Genta yang perlahan menghilang, gadis itu juga turut masuk ke rumah sembari membawa potongan semangka yang diberikan Genta tadi.
.
.
.
.
.
.
.
.
Terima kasih buat kalian yang sudah mau membaca cerita pertama ku. Jangan lupa vote yaVisualisasi
1. Diranda pratama (Tama)
2. Denindra Juanda Bagaskara (denindra/dejun)
3. Serenada edenia (nada)
4. Genta Priam akhtar (Genta)
See you next chapter 💚
KAMU SEDANG MEMBACA
RANADA
FanfictionKisah gadis bernama nada yang baru saja mendapat masalah yang mana masalah itu dibenci anak manapun. Dan berharap di kehidupan barunya berjalan mulus seperti jalan tol.Tapi justru di pertemukan dengan Raung yang menyukai kehidupan bagaikan roller co...