"Hai, Keit." sapa Grenald yang baru saja memasuki kafe. Pria jakung itu menggantungkan jaket ke kursi kasir.
"Oh, hai." Keit membuka celemek yang ia pakai.
Grenald berjalan ke arah mesin kopi dan mulai membuat kopi untuknya.
"Jadi.. kapan kau pulang ke Indonesia?" tanya Grenald yang sudah duduk santai di salah satu meja dengan kopi hitamnya.Keit menaikkan bahu. Ia berjalan seraya meletakkan kotak-kotak yang sepertinya berisi keperluan kafe.
"Entahlah, Ayah bilang dia akan memberitahuku saat aku pulang" jawab Keit dan duduk di depan Grenald.
"Ouh.. jika kau tidak kembali, mungkin aku akan terus merindukanmu." Grenald tersenyum masam.
"Ayolah.. kau bisa mengunjungiku nanti di sana" hibur Keit menyentuh bahu Grenald, sahabatnya sejak ia menetap di London empat tahun yang lalu.
"Maybe," ujar Grenald tersenyum.
Mereka duduk berhadapan, menikmati kopi hitam sebagai penghangat tubuh, mengingat beberapa hari lagi salju akan turun. Dan di pastikan itu sudah berangsur dengan udara yang begitu menusuk.
Menyeruput kopinya, meneguk dengan begitu nikmat, Keit merenung sejenak. Empat tahun sudah ia di negeri orang. Tak terasa ia tumbuh di sini. Kemudian bertemu dengan Grenald, si blasteran Indonesia yang menetap di London. Dan sekarang, ia harus banyak-banyak mengingat kenangannya karena sebentar lagi ia akan pulang ke tanah air.
Keit menyeruput kopi sekali lagi, kemudian meneguknya hingga habis.
Ting.
Laki-laki paruh baya dengan setelan baju era 90-an masuk ke kafe.
"Halo, Mr. Bone." Sapa Keit dan Grenald saat melihat siapa yang datang.
"Hai," sapanya juga dan ikut bergabung bersama mereka. "Jadi... kau akan keluar hari ini?" Mr. Bone selalu menggunakan bahasa yang sama saat berbicara pada Keit, ia dulu seorang penerjemah.
"Hm yeah. Aku dan Ayahku sudah membeli rumah. Ayahku bilang, kurang dari seminggu kami sudah harus pergi. Jadi aku pasti butuh waktu banyak untuk mengemasi barang-barang."
"Kami menghargai keputusanmu dan juga ayahmu. Beliau pasti punya sesuatu yang lebih baik untukmu di sana."
"Terima kasih, Mr. Bone." jawab Keit tersenyum dan di balas juga dengan senyuman oleh Mr. Bone.
Obrolan terus berlanjut hingga jam menunjukkan sekitar pukul 12 malam, dimana seisi kafe tutup. Karena sudah waktunya tutup, Mr. Bone dan Grenald mengantar Keit sampai pintu.
"Tetaplah merindukanku, oke"
"Haha baik"
"Aku juga berharap kau bisa bekerja lebih baik dari di sini"
"Amin. Sekali lagi terima kasih, Mr. Bone, Grenald, aku pasti akan sangat merindukan kalian," Keit tersenyum menatap dua orang terdekatnya selama ia di negeri asing ini.
Mereka tersenyum menanggapi Keit. Saat itu juga, taksi pesanan Keit datang. Keit pun berpamitan dan masuk ke dalam.
Taksi melaju dengan kecepatan sedang. Keit menurunkan kaca jendela, ia mengeluarkan kepalanya dan menengok ke belakang. Ia mengucapkan selamat tinggal pada Grenald dan juga Mr. Bone yang tampak memandanginya.
" GOOD BYE ALL...!" Keit berteriak melambaikan tangan.
"JAGA DIRIMU BAIK-BAIK, SOBAT!" seru Grenald ikut berteriak dan juga melambaikan tangan.
Keit tersenyum kemudian memasukkan kepalanya kembali. Ia menarik nafas dalam-dalam seraya melipat tangan dan menyandarkan kepalanya ke kursi.
Keit memandangi si supir taksi dengan heran. Beliau hanya diam sejak Keit masuk ke dalam taksinya. Keit pun mencoba untuk menegur.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGER
Mystery / ThrillerSeorang pemuda bernama Keit harus senantiasa pulang larut malam ketika sang ayah harus menyuruhnya bekerja setiap hari. Dua tahun ia dan ayahnya bekerja, mereka berhasil membeli sebuah rumah besar di Bogor. Kepulangannya dari London ternyata tidak...