Laut Berparuh Merah

24 4 0
                                    

Akan kuhentikan tahun-tahun diamku demi mengatakan kau cantik. Setelah itu, aku bunuh diri.
Atau memintamu jadi seekor gagak yang mematuk mataku. Aku ingin melihat perih terakhir adalah merah paruhmu.

Halaman dan rumahmu selalu penuh langit jatuh. Permukaannya menyentuh dan menjadi kalung bagi leher kota.
Laut merebutmu. Matamu berteman baik dengan ikan dan terancam mata pancing.

Laut adalah langit, namun sedikit lebih basah. Keduanya cemburu kepada matamu.

Waktu menjadi siang yang padam berminggu-minggu.
Menggenang seperti kenangan yang ditanggalkan jalan pulang.
Bencana melandai, menjadi tongkat yang menggandeng tanganku ke pantai.
Dengan gemetar rindu, kusentuh alismu. Sesuatu yang asin dan asing menjawabku. Butiranbutiran garam yang terbuat dari
masa lalu kita. Aku tidak bisa merasakan angin lagi sebagai lagu. Ia menyebut terlalu banyak nama.

Bekas lukaku hidup seperti sisa air terperangkap di telinga usai mandi.
Seperti gigi bungsu susah payah tumbuh dan merobek gusi.

Kini kau laut berparuh merah.
Tulang rusukku debu. Cinta jadi lumpur, jika aku menyentuhmu.
Aku menyimpan napas terakhir dalam botol parfum. Aku meletakkannya di rambut-rambut
halus tubuh berombakmu.

Kelak jika kaubangkit, lolos dari laut, akan kususun debu-debuku kembali sebagai kita. Sebagian kuciptakan jadi kata-kata yang cuma mencintai mulutmu dan telingaku.

sunyi soraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang