Happy reading
Anak laki-laki yang baru saja memasuki toilet dengan tergesa itu kemudian segera membasuh wajahnya.Membasuhnya dengan tidak sabaran dan terkesan buru-buru.
Lee jeno kemudian menatap pantulan dirinya di cermin.
Mendadak pria berumur 18 tahun itu merasa emosional, jeno mengepalkan lengan nya, menetralisir rasa sesak di dadanya.
Untung saja saat itu toilet nampak sepi, semua bilik toilet nampak terbuka, itu artinya tidak ada siapapun yang tengah menggunakan nya selain dirinya.
Syukurlah, Lee jeno juga sedang ingin sendiri.
Lagipula sekarang bukanya masih jam pelajaran???
Saat sibuk berfikir sembari masih memandangi bayangan nya sendiri di cermin, seseorang tiba-tiba saja datang dari arah belakang nya.
Jeno bisa melihat? Tentu saja! Pantulan orang itu terlhat di cermin, mendadak Lee jeno yang tadinya menumpu badan di atas ke dua tangan kini berdiri tegak.
"Gimana ketemu mantan? Panik?"
Sebuah suara yang terdengar seperti ejekan itu membuat si pria Lee semakin marah.
Dari sini, dari bayangan cermin ia bisa melihat rivalnya tengah tersenyum remeh, memandang nya dari balik cermin.
Lalu Lee jeno berbalik, dan mendapati hyunjin yang tengah menyeringai ke arahnya.
"Kaget ya?" Katanya.
Jeno masih diam, jujur dia sedang tidak ingin berurusan dengan manusia semacam ini? Tapi...mana mungkin dirinya menghindar? Yang ada jeno dikira pengecut.
Tidak!
Hwang hyunjin mendekat, mempertipis jarak di antara mereka, masih dengan senyuman menjengkelkan itu.
Lalu si pria Hwang menepuk pundak jeno sekali, sembari berbisik "lemah juga Lo ternyata"
Segera jeno menepis tangan itu dengan kasar, masih dengan menatap hyunjin sinis, "Lo gak usah ikut campur!" peringat nya, "ingat? Urusan kita hanya sebatas club' basket!" Jeno menekankan.
"Oh ya?" Hyunjin berjalan ke sebelah kanan pria itu. "Kayanya Lo takut banget ya? Rahasia besar Lo itu gw bongkar" katanya di akhiri kekehan pelan.
Jeno mengepalkan lengannya kuat-kuat, ia ingin sekali meninju wajah itu, ingin menerjang hyunjin sekarang juga. Namun ia urungkan, Karena bagaimanapun jeno tidak boleh bertindak gegabah. Lagipula ia masih ingin mendengar kalimat selanjutnya dari si pria Hwang tersebut.
"Tapi tenang aja, gw gak secupu Lo kok" hyunjin mengangkat kedua bahunya sembari tersenyum songong.
Srett
Demi Tuhan jeno sudah tidak tahan, kini lengan berurat itu sudah mencengkram kuat kerah seragam si pria Hwang.
Hyunjin terlihat biasa saja, bahkan ekspresi wajahnya terkesan meremehkan. Dengan santainya laki-laki yang lebih tinggi itu tersenyum lebar. Meski kini ia harus berjinjit Karna Lee jeno mengangkat nya kuat-kuat, membuat kemeja sekolahnya lecek.
"Gw bunuh Lo!!" Desis jeno, tajam, penuh amarah.
Hyunjin mendengus sebelum akhirnya melepaskan cengkraman yang membuatnya tercekik itu, lalu pria itu tak kalah menatap sang rival tajam, "sebelum Lo bunuh gw, gw duluan yang bunuh Lo" katanya.
"Buktiin" kata jeno remeh.
Setelah mendekat, "Lee...Lee" ujarnya menggelengkan kepala, "gw cukup tau kelemahan Lo, jadi... main-main bentar kayanya seru"
KAMU SEDANG MEMBACA
BEFORE YOU GO
Dragoste"tidak ada yang namanya happy ending, Karna pada akhirnya kita semua akan saling meninggalkan, akhir dari sebuah kisah adalah kematian"