Bab 1 Di Balik Senyum Ratu

9 3 12
                                    

Terlihat seorang gadis kecil berambut pirang tengah berlarian di antara pohon bunga. Tawa bahagia menghiasi wajah mungil itu.

"Lyn! Jangan lari-lari, nanti kau jatuh!" teriak seorang wanita bergaun ungu yang terlihat kelelahan mengejar Madelyn.

"Kalau aku tidak cepat, kupu itu akan pergi, Bu!" sahut sang gadis kecil itu sambil terus berlari.

Kehidupan yang terlihat sangat sempurna. Kebahagiaan begitu tergambar dari tawa gadis mungil itu.

Namun, siapa sangka jika jauh di lubuk hatinya, gadis kecil itu merasa kesepian.

Menjadi anak tunggal bukanlah hal yang luar biasa. Memang benar, kasih sayang kedua orang tua hanya tercurah pada Madelyn seorang. Namun, tidak memiliki saudara kandung adalah hal yang cukup menyedihkan.

Tidak akan ada yang membantu ketika suatu hari ada masalah menimpa Madelyn. Akan tetapi, bukan itu. Madelyn hanya membutuhkan teman.

Madelyn mendekati wanita bergaun ungu tadi, yang kini tengah duduk di atas tikar sembari memperhatikan putri kecilnya.

"Ibu, kapan Lyn akan punya adik kecil?" tanya Madelyn dengan raut sedih.

Sang ratu—Helena menarik lembut tangan putrinya. Dia mendudukkan Madelyn di pangkuannya.

"Sayang, dengarkan ibu ... ibu dan ayahmu sangat sayang padamu. Jadi, kami tidak ingin kasih sayang untukmu dibagi—"

"Tapi, Bu, Lyn kesepian," potong Madelyn setengah merengek.

"Ugh, Sayangnya ibu ...." Helena menghujami Madelyb dengan ciuman bertubi-tubi di wajahnya, hingga gadis kecil itu tertawa.

"Hentikan, Ibu!" teriak Madelyn di sela-sela tawanya karena merasa sangat geli.

"Dengar, ibu akan coba bicara dengan ayahmu, dan mencari solusi agar kamu tidak lagi kesepian. Oke?" tawar Helena dengan senyum mengembang di wajahnya.

"Ibu janji?" tuntut Madelyn seraya mengulurkan tangan menengadah.

"Janji, Sayang ...." Helena mencium tangan putrinya, lalu memeluk erat tubuh mungil Madelyn.

Helena menengadah ke atas, menjaga agar air matanya tidak menetes di hadapan putrinya.

"Sayang, sudah mulai panas, ayo kita masuk," ajak Helena sambil mengangkat tubuh putrinya agar bangkit dari pangkuannya.

"Ayo, Bu, Lyn juga lapar," sahut Madelyn disertai kekehan.

"Tolong bereskan ini semua, ya," titah Helena terdengar lembut tetapi tegas secara bersamaan.

Kedua pelayan yang sejak tadi menemani keduanya mengangguk seraya berkata, "Baik, Yang Mulia."

"Ibu ...," panggil Madelyn sambil menarik-narik gaun yang dikenakan Helena.

Helena pun menoleh. "Ya, Sayang?"

"Gendong," pinta Madelyn sambil mengulurkan tangannya.

Helena terkekeh mendengar permintaan putrinya. Wanita itu dengan senang hati mengangkat Madelyn ke gendongannya.

Sang ratu mulai melangkah diikuti oleh dua pengawal yang memang ditugaskan untuk menjaga mereka.

***

Sesampainya di dalam istana, Helena menyerahkan Madelyn pada pengasuhnya.

"Tadi dia bilang lapar, tapi sepertinya sekarang mengantuk. Tolong diurus ya, Gil. Aku ada urusan dengan raja," ucap Helena kepada pengasuh Madelyn yang biasa dipanggil Bibi Gil.

"Baik, Yang Mulia, saya akan menjaga Tuan Putri," jawab Gil terdengar sangat sopan.

Setelah mendengar jawaban dari sang pengasuh, Helena menunduk mencium kening Madelyn sebelum berlalu dari sana.

GUARDIAN: The Queen's DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang